HELL CLASS 3 - Long Night

170 43 4
                                    

Haru terbangun karena perutnya yang keroncongan. Ia mengambil ponselnya untuk melihat jam. Ternyata sudah hampir jam sebelas malam.

Ada pesan masuk dari Mama kalau dia tidak akan pulang malam ini karena harus lembur. Baguslah. Ia masih punya waktu untuk memikirkan cara supaya Mama tidak bertemu atau bahkan berpapasan dengan Tante Hanami.

Ctek...

Tiba-tiba Haru mendengar pintu balkonnya seperti dilempar sesuatu.

Ctek... Ctek...

Suara itu terdengar lagi. Ia membuka pintu tersebut dan mendapati seorang cewek berambut hitam lurus sebahu tersenyum kearahnya. Matanya berbinar seperti anak anjing.

"Lo..." Haru seharusnya tahu siapa yang membuat kegaduhan malam-malam begini kalau bukan Prilly.

"Lo lupa sama gue?" Prilly tersenyum, tangannya memainkan biji kacang hijau. Rupanya benda itulah yang dilempar-lemparkannya ke pintu balkon Haru.

"Mau apa lo?" tanya Haru sadis.

Prilly menoleh ke belakang memastikan pintu kamarnya terkunci. Selanjutnya dia memanjat pagar balkon miliknya dan melompat ke pagar balkon milik Haru yang hanya berjarak kurang lebih satu meter. Cewek itu mendarat dengan mulus tepat di depan Haru dengan bertelanjang kaki. Gaun tidurnya yang agak tipis berwarna putih melambai tertiup angin saat dia melompat turun.

"Lo nggak lupa sama gue, kan?" Ia memastikan lagi.

"Lo masih pendek seperti dulu!" komentar Haru.

"Ishh," kesal Prilly.

Haru memang membenci Tante Hanami. Tapi dia tidak bisa membenci Prilly, bagaimanapun mereka berdua hanyalah korban dari keegoisan orang dewasa.

"Besok gue mulai sekolah di Pentagon. Gue harap kita sekelas!" Prilly mengikuti Haru memasuki kamarnya.

"Gimana kabar lo?" tanya Prilly.

"Ngapain lo pindah kemari?" Haru balik bertanya.

"Ceritanya panjang. Papamu sudah bercerai dengan mamaku dan dia sudah menikah lagi dengan wanita asli Jepang."

"Ooh!" komentar Haru singkat. Seharusnya ia bisa menduga papanya memang berengsek sejak lahir.

Haru membuka isi kulkas. Ada banyak stok frozen food dan sayuran. Ia melihat sepiring masakan mamanya yang harusnya tinggal ia panaskan tapi merasa malas.

"Lo belum makan? Mau gue masakin?" tawar Prilly.

"Lo bisa masak?" tanya Haru.

"Bisa." Prilly terlihat meyakinkan.

Akhirnya Haru hanya duduk dan meneguk air mineral sementara Prilly mengambil alih dapurnya. Cewek itu masak dengan cekatan dan selesai lima belas menit kemudian.

"Taraa, sosis darah ala Aprilly Anna Belle!" Prilly menyajikannya di hadapan Haru.

Sungguh sesuai dengan namanya. Sosis itu benar-benar berwarna merah karena saus tomat yang dipakai Prilly terlalu banyak. Mendadak ingatannya kembali di malam saat ia menemukan tubuh Lily sudah tak bernyawa, darahnya menggenangi meja dan lantai. Haru langsung kehilangan nafsu makan.

"Kenapa, nggak suka?" tanya Prilly. "Gue masakin yang lain mau?"

"Gausah, ini aja." Haru mengambil garpu. Ia mengelap saus tomat itu dengan tissue sebelum memakannya.

"Sorry, gue nggak tahu lo nggak suka saus!" tukasnya dengan raut bersalah. "Lo selalu di rumah sendirian?" tanya Prilly lagi.

"Sering, tapi nggak selalu."

HELL CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang