8. want to go on a boat?

128 18 0
                                    


Happy reading

•••••

Sesuai janjinya kemarin, hari ini Jendra kembali ke rumah Luna untuk mengajaknya bermain sambil mengajarinya membuat mahkota bunga. Ketika ia sampai di rumah Luna, ia melihat Luna yang duduk di teras di temani pengasuhnya tersenyum seakan menyambut kedatangannya.

"Hai.." sapa Jendra sambil berjalan mendekat ke arah Luna.

"Hai..." Sahut Luna.

"Jendra aku ga boleh pergi main sendirian sama papi, jadi harus ajak suster aku, gapapa?" Ucap Luna sambil mengerucutkan bibirnya sebal, semalam ia mati matian membujuk papinya agar mengizinkannya pergi bermain keluar, Karena jujur saja ia tidak pernah pergi keluar. Kehidupannya hanya tentang rumah dan sekolah, bertambah satu rumah sakit karena maminya di rawat. Di rumah ia tidak memiliki teman, lingkup tetangganya tidak ada yang seumuran dirinya bahkan sepertinya ia tidak pernah melihat wajah tetangga tetangganya. Disekolah pun ia jarang berinteraksi dengan anak lainya, Karna ia anak yang cukup pendiam ketika di keramaian.

Jendra menganggukan kepalanya, merasa tidak masalah jika pengasuh Luna harus ikut " oh.. gapapa kok tapi..." Jendra memandang sepedanya, kemudian memandang Luna dan pengasuhnya.

Seakan paham dengan apa maksud Jendra sus Rini tertawa "hahaha...nanti saya pake sepeda sendiri atuh...masa mau bonceng tiga..lagian kalo bonceng tiga sayang dimana? Di ban?"

Jendra mengusap kepalanya sambil tertawa canggung "hehe... yaudah..ayok" ajak Jendra.

"Ayo..ayo non, nanti ke buru siang panas"

"Luna kamu bisa naiknya?" Jendra bertanya Karna Luna akan membonceng dirinya sepertinya ragu.

Luna memandang sepeda jendra, jika ia membonceng Jendra itu artinya harus berdiri, tapi nanti kalau jatuh gimana?
"Eee...."

"Non Luna kalo ga bisa naik sepedanya si tong Jendra, bonceng sus aja" sus Rini jelas tau Luna pasti bingung, seumur hidup Luna bahkan tidak pernah naik sepeda.

"Kamu kalo takut bonceng di aku kamu bonceng di Suter kamu aja gapapa kok lun"

"Aku mau bonceng kamu tapi aku takut" cicit Luna.

"Kamu pegangan pundak aku lun, di jamin ga akan jatuh" ucap Jendra.

"Ayok non, sus bantu" sus Rini membantu Luna berdiri dia antara besi yang ada diantara ban belakang sepeda jendra. Ia juga menyuruh Luna memegang bahu Jendra dengan erat dan menyuruh Jendra mengendarai sepedanya pelan pelan.

"Ayok jalan!..." Seru Jendra senang. Luna tersenyum saat sepeda itu mulai melaju, wah seperti ini ternyata rasanya naik sepeda walaupun cuman di bonceng seru Luna dalam hati.

Ia senang bisa melakukan sesuatu yang tidak pernah ia lakukan. Luna menoleh kebelakang, ia melihat pengasuhnya itu tersenyum ke arahnya sambil memberikan jempol Kanannya.

••••

Setelah menempuh waktu 10 menit mereka sampai di taman tempat tinggal Jendra. tempat ini lumayan ramai hari ini karena weekend. Luna juga melihat ada anak yang bermain ayunan dan duduk di atas rumah pohon sambil tertawa.

"Wah" Luan takjub melihat taman ini. Taman disini cukup adem suasananya, padahal matahari bisa dikatakan sedang panas.

"Bagus banget tamannya"ucap Luna sambil turun dari sepeda jendra.

" Masa si? Kayanya biasa aja menurut aku masih lebih bagus taman yang di komplek kamu" Jendra memarkirkan sepedanya, lalu berjalan bersama Luna dan susternya yang mengikuti dari belakang.

H E A R TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang