CHAPTER 3 : Hari sial?

92 13 0
                                    

Setibanya Sagara dirumah ia mendapati sang ibu―Farisha yang tengah tertidur di sofa ruang keluarga. Sagara dengan langkah pelannya berjalan menghampiri sang ibu

Tangan panjangnya menjulur kearah pundak sang ibu guna membangunkannya

"Mama.." panggil Sagara dengan lembut

Wanita itu berhasil membuka kedua matanya, dengan samar-samar ia melihat tubuh lelaki dihadapannya saat ini

"Jenggala?" Gumamnya

"Ini Sagara, ma" balas Sagara

"Oh, kamu.." ujar Farisha  sembari mendudukkan dirinya di sofa

"Mama kenapa tidur disini?" Tanya Sagara

"Mama tadi nungguin Jenggala pulang, gak sengaja ketiduran di sini" jelas wanita itu

"Mama masuk kamar ya, biar aku yang nungguin Jenggala pulang" ujar Sagara sembari menuntun sang ibu untuk berdiri

"Yaudah.. mama kekamar duluan ya"
"Oh iya, Makanan yang ada di meja jangan dimakan ya..itu buat Jenggala"
"Kalau kamu mau makan, suruh bibi aja buat masakin kamu" ucap Farisha tanpa menoleh, sembari memasuki kamarnya

Sagara melihat kearah punggung sang ibu yang kini sudah hilang dari pandangannya

"Kamu beruntung Jenggala.. kamu bisa mendapatkan kasih sayang yang belum tentu bisa dimiliki setiap orang" batin Sagara dengan lirih

Kapan kasih sayang itu kembali kepadanya walaupun hanya sebentar. Sagara ingin merasakan perasaan itu lagi.. Sagara merindukan masa dimana ia baru saja datang ke rumah ini, tempat dimana ia pertama kali merasakan hangatnya keluarga dan memiliki tempat tinggal yang nyaman. Sagara ingin kembali merasakan itu semua

Sagara duduk di sofa sembari menunggu sang adik untuk pulang. Selang beberapa waktu kini Jenggala sudah tiba di rumahnya, dengan langkah yang mengendap-endap ia membuka dengan perlahan knop pintu yang dipeganginya,

"Baru pulang?" Tanya Sagara saat melihat adiknya

"Iyaa nih, ada kerja kelompok tadi di rumah temen." Balas Jenggala sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Mama sudah masakin kamu makanan, jangan lupa dimakan." Tutur Sagara sebelum melenggang pergi menuju kamarnya yang berada di lantai dua

Sagara memasuki kamarnya lalu dengan langkah kakinya ia menuju kearah meja yang dimana buku-buku dan peralatan tulis telah tersusun rapi. Lelaki itu membuka buku pelajarannya dan mengerjakan PR yang telah diberikan oleh gurunya

Remaja itu begitu fokus dengan tugas sekolah, hingga ia tidak menyadari ada cairan berwarna merah kental yang keluar dari hidungnya. Saat menyadarinya Sagara tetap acuh dan mengelap sekilas bawah hidungnya menggunakan punggung tangan miliknya

~•~


Pagi ini suasana kantin begitu ramai, Sagara berserta kedua sahabatnya itu memilih untuk duduk di pojok kantin sembari menikmati makan siang

"Eh tau gak sih a―" ujar Bian terpotong

"Gini nih, awal mulanya pergibahan dengan kata-kata eh tau gak sih" sambar Abim

"Gak gitu!" Balas Bian seraya menempeleng kepala Abim
"Balapan di sirkuit kemaren itu, kalau menang bayarannya gede, gilaa!"

"Berapa? Kalau cuma lima juta mah ogah. Ya gak gar?"

Sagara yang sedari tadi asyik melamun pun tidak sadar jika kedua sahabatnya itu sedang mengajaknya bicara. Ia hanya terfokuskan dengan apa yang ia pikirkan sekarang

Catatan Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang