CHAPTER 10: after end

125 10 1
                                    

Agam kini berjalan dengan terhuyung-huyung menaiki tangga untuk menuju ke kamar Sagara. Bau yang familiar yang kian memenuhi indra penciumannya dan membuat perasaan bersalah kian menghantuinya, tubuh itu terduduk di tepian kasur kemudian meringkuk membenamkan wajah sembab itu diantara kedua lututnya, dan menangis sejadi-jadinya. Selang beberapa menit tangisnya kian mereda dan Agam kini sudah mengelap bekas air mata yang dari tadi membasahi pipinya

Tubuhnya secara perlahan menjelajahi kamar milik Sagara dan saat Agam berada di meja belajar itu ada satu buku yang menarik perhatiannya yang bertuliskan "catatan Sagara" buku yang cantik, namun nampak seperti buku yang sudah lama, Agam mengambil buku itu lalu mendudukkan kembali dirinya di tepi kasur demi membaca buku itu

Ada perasaan yang berat saat membacanya, namun tanpa memperdulikan hal itu Agam pun membukanya satu per satu lembaran buku mampu membuatnya kembali merintikkan airnya dengan deras, perlakuan baik Sagara terhadapnya kian memenuhi isi kepalanya dan bagaimana saat pertama kali Sagara datang kerumahnya dan membuat suasana baru bagi keluarga kecilnya dulu dan betapa bahagianya ketika kehadiran Sagara bisa mendatangkan keajaiban bagi keluarganya itu berupa anak yang kini sudah tumbuh menjadi remaja yang tampan

Dirinya ingat saat Sagara sangat suka ketika dirinya membawakan eskrim untuk anak itu, dan bertapa cerianya Sagara saat mengetahui bahwa ia akan memiliki seorang adik yang meskipun bukan adik kandungnya, namun senyum dan kebahagiaan di raut wajahnya itu tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata

Hingga tiba saat dimana lembar terakhir dan catatan terakhir buku itu di baca

Hi diriku yang dulu, apa kabar? Kamu bahagia banget, ya, dapat penuh kasih sayang dari mereka yang udah ngerawat kamu sampai sekarang. Tapi aku gak sebahagia kamu, bukan berarti aku gak suka mereka, tapi aku ngerasa kalau mereka gak ngebutuhin aku lagi. Aku iri sama kehidupan aku dimasa kecil dimana aku masih bisa ketawa bareng sama mereka dan bahkan dapat kasih sayang dari mereka.

Jika boleh meminta, aku ingin mereka kembali menyayangiku seperti dulu..

Bisakah aku mendapatkan itu kembali?

Air mata kembali membasahi pipinya dan menutup kembali buku itu, Agam menutup wajahnya dan membenamkan Isak tangis yang begitu histeris

"Aku yang membunuhnya, a-aku yang membunuh anakku sendiri dan merampas kan kebahagiaan yang dia miliki" monolog Agam sembari bertubi-tubi memukuli kepalanya "maaf, Sagara papa minta maaf.... Papa orang tua yang buruk" Agam terus memukuli kepalanya hanya itu yang dapat ia lakukan demi mengurangi rasa penyesalannya

Pemakaman

Rintik hujan kian membasahi permukaan tanah, namun Agam tidak juga beranjak dari tempatnya Agam terus mengusap dengan Sayang batu nisan yang ada didepannya kini "kamu akan mendapatkan penuh kasih sayang dari papa Sagara, bahkan mungkin kalau mama sudah sadar dari komanya dia akan ngasih kamu semua kasih sayangnya" ujar Agam

"Pa, hujan. Ayo kita pulang" ujar Jenggala yang sudah berdiri dibelakangnya sembari memegang payung

"Sebentar, kita pamit dulu ke kakak kamu" tutur Agam yang dibalas anggukan oleh Jenggala

"Kak... Kita pamit ya, tenang aja.. kita bakalan sering-sering ngunjungin rumah baru kakak, kok" ujar Jenggala sembari mengusap batu nisan yang bertuliskan Hamammi Abinaya Sagara itu

"Yaudah, ayo kita pulang.. Sagara kita pulang ya, sampai ketemu lagi," ujar Agam dengan berat hati melenggang pergi dari makam sang anak angkatnya









End—

Catatan Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang