Dari sekian banyak hal yang disukai, berada dalam keramaian menjadi urutan nomor satu untuk cowok bernama Septian Attarrazka itu. Dunianya selalu riuh, dengan kelap cahaya di mana pun ia berada.
Sebaliknya, Septian paling tidak suka dengan sebuah kesunyian. Baginya itu adalah sebuah kutukan, di mana ia akan terperangkap dalam keterpurukan tanpa sebab kemudian menyalahkan diri sendiri atas segala kegagalan.
Disebut gagal pun bukan hal yang cocok untuknya, sebab sejak awal Septian tak pernah serius berjuang. Entah sejak kapan, yang jelas saat ini Septian hanya berjalan mengikuti arus. Terlalu malas dengan bermacam ambisi manusia yang kompleks.
“Tian, minta tolong bantuin pilihin paduan warna yang pas buat gambar gue, dong.” Sebuah seruan diiringi bantingan pintu membuyarkan lamunannya.
Sosok dengan kacamata bertengger di hidung itu kini berdiri tepat di samping Septian. Tindakannya yang menerobos masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu itu sukses membuat si empunya kamar mengeluarkan dengkus pelan.
“Males,” sahut Septian malas. Ia justru berjalan ke arah ranjangnya dan berbaring dengan membelakangi sosok itu dan menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.
Mendapat respons tak ramah, sosok itu tak menyerah begitu saja. Dia berjalan hingga berdiri tepat di samping ranjang kemudian dengan sekuat tenaga menarik selimut yang menutupi tubuh Septian hingga cowok itu nyaris terjatuh dari kasur.
“Septa! Lo apa-apaan, sih? Gue bilang nggak mau, ya, enggak. Lagian kayak anak TK aja, mau mewarnai aja nggak bisa,” geram Septian sembari merebut selimut yang telah digenggam oleh Septa, saudara kembarnya.
Mendengar penuturan itu, wajah Septa berubah mendung. “Lo suka lupa kalo gue nggak bisa bedain mana warna merah,” lirihnya yang masih tertangkap oleh pendengaran Septian.
Detik itu juga, Septian ingin berlari keluar rumah dan berteriak sekencang-kencangnya tentang betapa bodoh dirinya saat ini.
🍃🍃🍃
Septian Attarrazka
Septa Attarrazka
.
.
.
Meski nggak bisa tepat janji karena harusnya kelar akhir tahun kemarin, tali aku tetep update ini, ya, guys. Sibuk banget kemarin, sampe nyawaku kepotong satu 😭Dah, see you next part. Ini cerita cuma pendek2, jadi akhir bulan kelar kayaknya. Aku juga akan berusaha buat selesaiin semua ceritaku yang masih on going. Doakan, ya!
Salam
Vha
(12-01-2023)
KAMU SEDANG MEMBACA
If Only
Teen FictionDetik itu, ketika remang-remang lampu jalan menjadi satu-satunya penerangan, Septian akhirnya mengerti jika perpisahan kali ini bersifat abadi. Saat sang bentala menelan raga kakunya, maka pertemuan benar-benar menjadi sesuatu yang semu. Tangis, ri...