Dialog: Teman Lama

13 0 5
                                    

Kepala Biara: Yang Mulia, mengapa Anda menunda kepulangan Anda ke istana?

Ling Xiao: Sudah sore. Akan sangat berbahaya melakukan perjalanan di waktu malam.

Ling Xiao: Lagipula, Youran butuh istirahat.

Kepala Biara: Aih! Aih! Rupanya Yang Mulia punya perhatian khusus pada Nona Penasihat, ya?

Ling Xiao: Anda bilang apa, sih?

Kepala Biara: Waktu merpati pos itu datang, Anda langsung mengambil suratnya sendiri. Anda juga menunggu Nona Youran sendiri sedari pagi.

Ling Xiao: (batuk-batuk) Mana ada! Saya hanya penasaran bagaimana tampangnya sekarang.

Kepala Biara: Baik, baik. Hahaha.

Ling Xiao: Saya sudah lama tidak bertemu dengannya. Dulu, waktu dia ikut pasukan kesana kemari, tampangnya jelek sekali. Dia itu gadis yang sangat bodoh!

Kepala Biara: Bodoh?

Ling Xiao: Benar sekali! Saat saya ajak ke barak, dia malah tertarik dengan perang. Saat saya ajak bertemu Maha Guru Istana, dia malah membujuk Maha Guru mengajarinya strategi militer! Bukankah itu sangat bodoh? Saya rasa kalau saya memasang jebakan dia hanya akan waspada sedikit tapi terjun juga!

Kepala Biara; Tapi, Nona Youran berhasil jadi Penasihat Militer. Apakah itu karena ....

Ling Xiao: Eh, jangan bicara sembarangan! Dia masuk melalui ujian negara dan tidak menyogok sama sekali. Saya ingat, waktu itu dia sering kesulitan mencari buku sampai-sampai saya berbaik hati mengajaknya membaca sembunyi-sembunyi di perpustakaan rahasia. Dia itu Penasihat Militer termuda, lho.

Kepala Biara: Anda begitu membelanya. Ternyata hubungan kalian dalam juga.

Ling Xiao: Tch, dalam dari mananya. Dia sering membantah saya padahal kan saya bermaksud baik. Untung saja saya ini cukup sabar. Dia itu sungguh membosankan!

Kepala Biara: Eh? Tapi, kelihatannya Nona Penasihat tidak begitu. Di mata Kepala Biara ini, Nona Penasihat terlihat anggun dan berkarakter.

Ling Xiao: Huh, itu sih karena Anda tidak tahu saja. Dulu, dia pernah tertangkap di Kota Ding. Anda tahu, si bodoh itu menyelinap ke benteng kota bersama Pengawal Lu. Pikirkan, deh ... jelas saja dia tertangkap. Sudah begitu, dia sempat-sempatnya menyeludupkan Pengawal Lu keluar untuk menemui saya.

Kepala Biara: Cukup menarik juga.

Ling Xiao: Waktu dia berhasil kembali, dia menangis keras sekali sampai-sampai jadi bising ... Kenapa kau lama sekali? Di sana menakutkan sekali, kau tahu ... astaga, sungguh menyusahkan! Pokoknya, aku tidak mau mengurusi gadis merepotkan seperti itu lagi!

(suara ketukan pintu)

Bhiksu Muda: Lapor, Kepala Biara. Nona Penasihat telah beristirahat di kamarnya dan dijaga oleh Pengawal Lu.

Ling Xiao: Apa? Pengawal Lu? Kepala Biara, saya pergi mengecek Youran dulu, ya. Gadis itu tidur seperti orang mati, dia bahkan tidak sadar kalau ada gempa bumi. Bagaimana kalau ada orang jahat masuk ke sana?

(suara langkah kaki menjauh)

Bhiksu Muda: Orang tidur perlu dicek apanya?

Kepala Biara: Hahaha, biarkan saja. Pemikiran anak muda sekarang memang agak nyentrik.

Catatan:
Pengawal Lu inspirasinya dari sini, ya, ChendraLingLing 🤣

Catatan:Pengawal Lu inspirasinya dari sini, ya, ChendraLingLing 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rintik Hujan Guntur Menyibak Takdir (MLQC Shaw Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang