3 - Jalan Hidup-Mati

6 0 0
                                    

Perjalanan menuju Kota Kekaisaran biasanya memakan waktu sekitar lima hari jika menjalani jalan-jalan besar dan umum.

Namun, kali ini, kami tidak akan melakukan itu.

Taktik melepaskan kulit serangga seharusnya sudah sesuai. Jika perhitunganku tepat, besok pagi, akan ada prajurit-prajurit serta kasim yang datang dalam barisan resmi. Mereka akan menjemput seorang 'pangeran' palsu dan melewati rute barat yang melalui kota-kota besar.

[ A/N Taktik Melepaskan Kulit Serangga berasal dari kitab 三十六计 (36 Strategi) yang ditulis berdasarkan pola-pola peperangan Masa Tiga Kerajaan/Samkok ]

Kami sendiri akan berangkat dalam kereta biasa dan hanya dikawal seorang pendekar tangguh. Rute kami agak menyepi, dengan dusun, hutan dan jalan pegunungan.

Dalam perjalanan ini, kami hanya perlu melalui 2 kota kecil dan masuk gerbang Kota Kekaisaran.

Aku sudah memperkirakan kalau perjalanan kembali ke istana tidak akan mulus. Jika perhitunganku tepat, zona paling berbahaya hanyalah garis perbatasan Kota Changzhou dengan Kota Kekaisaran. Di sana, ada dua ngarai berdekatan dan berpeluang jadi tempat persembunyian musuh.

Untuk berjaga-jaga, sepanjang perjalanan ke mari aku sudah mampir dan mengunjungi beberapa bupati untuk menyediakan suaka bagi kami.

Pangeran Ketiga yang memiliki perangai buruk dan berambisi tidak disukai para pejabat dan kepala daerah. Karena itu, meminta bantuan dari mereka untuk membantu kami tidaklah sulit.

Sedangkan untuk para pembunuh, aku juga meminta sekte terdekat untuk membantu. Dunia persilatan seharusnya memang tidak turut campur urusan politik. Namun, mereka cukup patriotis hingga lebih rela mati daripada dipimpin seorang kaisar yang lalim.

Kelompok pertama yang berperan sebagai "ilusi" sudah mulai berangkat beberapa waktu lalu. Kini, sebuah kereta hitam dengan dua kuda yang terlihat tangguh telah tiba di pintu belakang biara.

Seorang pendekar muda turun dan memberi hormat pada Ling Xiao. Ling Xiao hanya menanggapinya dengan sebuah anggukan.

Youran: Terima kasih untuk bantuanmu, Pendekar Tang.

Pendekar Tang: Sudah kewajiban saya memihak pada rakyat.

Pendekar Tang menarik kekang kuda di depan. Kereta yang mengangkut kami segera meluncur dalam kecepatan penuh.

Ling Xiao: Kelihatannya, kau cukup akrab dengan pendekar itu, ya.

Youran: Kita harus berterima kasih padanya, kan. Lagipula, dia merupakan kesatria yang berbudi, dihormati di dunia persilatan. Dia juga sangat tampan.

Ling Xiao: Tch, kelihatannya kau sudah bodoh sampai rabun, ya? Semua orang kau bilang berbudi dan tampan? Apa matamu sudah mulai rusak?

Youran: Kapan aku bilang semua orang berbudi dan tampan?

Ling Xiao terdiam. Sesaat, dia menatapku tajam.

Ling Xiao: Dasar membosankan!

Youran: Ya, ya, ya, saya memang membosankan.

Ling Xiao segera cemberut. Aku mengabaikan Ling Xiao. Aku malah membuka tirai lalu menghirup udara luar yang dingin dan segar.

Saat kemari, aku tak sempat menikmati pemandangan Gunung Zheng. Aku terpesona dengan kristal-kristal es yang menyelubungi pucuk-pucuk bambu. Dari atas, titik-titik salju turun dengan lembut.

Youran: Salju! Salju! Salju!

Ling Xiao: Tch, kau berlebihan sekali.

Youran: Memangnya kenapa? Di ibukota tidak pernah turun salju. Seumur hidup, ini pertama kalinya saya melihat salju.

Rintik Hujan Guntur Menyibak Takdir (MLQC Shaw Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang