3rd

477 102 26
                                    

Alasan kenapa Hanwool gak gas-in aja HTS kalian....
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ












ㅤㅤ









Mie diseruput hingga tandas. Kau tersenyum cerah dengan sisa kuah yang menempel di sudut bibir.

"Terimakasih makanannya~!"

Sungguh puas. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari memakan makanan favorit setelah sekian lama.

Fix! Pikiranmu kini dipenuhi oleh rasa kaldu dari ramen yang kau lupakan akhir-akhir ini.

Untuk sekarang, kau sepertinya harus kurang-kurangi memikirkan strategi merayu Hanwool. Perut dan lidah Asia mu memerlukan cita rasa yang mereka rindukan!

"Waaahh rasanya aku mau lagi..." kau teler.

"Seperti orang mabuk."

"?!"

Terperanjat, tubuhmu kembali tegak setelah bersandar kekenyangan di kursi. Pun kau menggulirkan mata ke samping, melihat pelaku yang kau tebak menggunakan dapurmu 10 menit yang lalu.

Suara derit kursi tak lama terdengar. Orang itu mendudukkan diri di tengah-tengah meja persegi panjang di depan kalian. Kau menatap sengit.

"Apa ramen itu milikmu?"

"Hm? Iㅡ"

"Kau ga boleh makan ramen!"

Langsung disemprot, pria dari pemilik mie instan yang terhidang gratis di meja makan itu sontak melotot.

Woi! Dia yang nyeduh, dia sendiri yang beli juga, dan lu tau itu. Tapi kenapa lu nya yang garang padahal lu yang makan barangnya??

"Yang harusnya marah bukan kau."

Intonasi datar nan dingin kau tangkap. Sejenak kau menelan ludah kasar seiring manik beralih fokus. Hanwool terlihat kesal(?)

"Yaa... maaf. Ramen mu aromanya enak, jadi ku makan," kau memang merasa bersalah, sedikit. Ya, hanya sedikit. Untuk itu, kau kembali beralibi, "Lagipula kau kan tiap hari makan ramen sebelum ada aku. Sekarang harus ganti menu dong!"

Kau bersungut-sungut, sampai kedua tanganmu kau kepal dengan background api berkobar.

Dan pastinya berbanding dengan aksi yang kau lakukan, Hanwool hanya berekspresi datar. Karena kau yang lagi-lagi mengomentari seleranya itu agak menjengkelkan.

Toh selama ini dia baik-baik saja, makanan instan tidak pernah menimbulkan masalah apapun di tubuhnya. Kenapa kau se-semangat itu menghentikan kebiasaan hidupnya sih?

"Sudahlah, aku akan pergi membelinya."

"Tidak! Jangan kak!"

Gerakan Hanwool terhenti. Kalian berdua serempak menoleh ke arah sumber suara.

Seorang gadis kecil nampak berdiri di ambang pintu. Ia mengangkat sebelah tangan seakan mencegat pergerakan pria yang jauh di depan.

"Jangan beli ramen lagi!" si kecil berteriak, tubuhnya lekas berlari memasuki ruang makan, "Kakak selalu makan ramen sebelum kak [Name] datang! Kak [Name], tolong bantu Hansol hentikan kebiasaan buruk kakak ya!"

˖𔘓࣪    𝐅𝐋𝐈𝐑𝐓  𝐰/ 𝐇anwoll 𝐏hi   𖡻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang