Prolog

262 16 0
                                    

Kejar-kejaran antara seorang anak kecil dengan lima orang dewasa itu nampak begitu ketat, seolah lomba lari tengah dilaksanakan saat itu juga. Keamanan yang kurang diperketat oleh beberapa security itu membuat sang anak lebih mudah lolos, menabrak apapun yang ada di depannya asalkan ia bisa keluar dari bangunan aneh ini. Orang-orang dewasa yang memakai jas putih berbondong-bondong mengejarnya di belakang sana.

"Kejar! Dapatkan anak itu!". Seru salah satu orang dewasa dibelakang sana.

Namun sayang, di tengah pelariannya, sang anak kehilangan arah dan terpojok di suatu ruangan. Ia berbalik badan, dan langsung mendapati ke-lima orang dewasa yang mengejarnya tadi ada di belakangnya. Sang anak kecil sangat ketakutan, dan mulai berpikir bagaimana cara agar terbebas dari kejaran lima orang dewasa itu.

"Hei, sayang... Ayo ikut kami, ya? Setelah ini kau akan baik-baik saja, kau tidak akan sakit lagi" ujar salah satu perempuan dari kelima orang dewasa tadi.

"Aku tidak sakit!" Teriak si anak mencoba melawan rasa takutnya.

"Eh... Ya, kau memang tidak sakit, tapi harus di rawat supaya tetap sehat, hm?". Bujuk yang lainnya.

"Tidak! Aku tidak mau!"

Si anak berlari, mencoba keberuntungan barangkali ia bisa menerobos melalui celah-celah kecil diantara orang-orang dewasa yang berjajar tersebut. Ia memukul, mencubit, bahkan mengigit tangan-tangan orang dewasa itu ketika mereka berusaha menangkapnya. Jeritan penolakannya menggema, membuat sirine tanda bahaya berbunyi.

Ya, teriakan anak itu adalah penanda bagi sirine kapan untuk berbunyi.

Sayangnya keberuntungan sedang tidak menghampiri anak kecil tersebut. Kakinya terpeleset dan ia terjatuh, yang langsung dimanfaatkan oleh orang-orang dewasa itu untuk segera menangkapnya. Perempuan yang membujuknya di awal tadi mendekapnya erat, sementara yang lain mulai berjaga-jaga agar anak itu tidak kabur lagi. "Dokter! Biusnya!"

"Jangan!" Anak kecil itu berteriak hingga menangis, menjerit pilu ketika jarum berisi bius itu menusuk tepat di leher belakangnya.

Dekapan perempuan itu mulai melemah seiring dengan berkurangnya rontaan dari si anak kecil. Anak itu mulai tenang secara perlahan, meskipun masih sesenggukan akibat menangis dan berteriak terlalu kuat tadi.

"Mama... Papa..." Lirih anak itu ketika matanya mulai terasa memberat, rasanya seperti kantuk yang datang tiba-tiba. Sepertinya efek dari bius yang diinjeksikan kepada dirinya telah bekerja sebagaimana mestinya.

Ia tak ingin menutup mata hingga kapanpun, tetapi perlahan kesadarannya direnggut secara paksa, dan kemudian gelap gulita.



























hmssss, gimana kesan pertama cerita ini?

lanjut??

terimakasih sudah membaca!!

The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang