Dia Adalah Adikku

135 15 2
                                    

Seperti remaja biasanya, Jeno akan pergi bersama teman-temannya untuk sekedar ke warnet, atau ke taman bermain yang memiliki beberapa wahana. Jaehyun akan membiarkannya pergi, karena ia tahu masa-masa remaja seperti inilah yang bagus untuk mencari teman.

Ya meski tidak semuanya baik, tetapi Jeno bisa memilah teman.

"Oh, Hyung lupa bilang padamu"

Ini adalah Sabtu malam yang sangat cerah meski udaranya sedikit lebih dingin. Jaehyun tentu saja libur, dan ia menyempatkan diri untuk mencoba membuat salad rumahan. Mungkin hasilnya akan diluar ekspektasi nanti. Tapi apa salahnya mencoba?

Jeno baru saja ingin memakai jaketnya ketika sang kakak berujar demikian. Ia menghampiri Jaehyun yang ada di dapur, dan melihat kakaknya itu di kelilingi beberapa buah-buahan.

"Hyung akan membuat salad?" Tanya Jeno.

"Ya, meski aku sendiri tidak tahu bagaimana hasilnya nanti" Jaehyun meletakkan satu liter kotak susu di pantry. "Kau akan pergi bersama temanmu? Kemana?"

"Oh, kemarin aku mendapatkan teman baru. Dia pindahan dari China, dan sekarang menetap tidak jauh dari sini. Rencananya kita akan ke taman bermain itu, kenapa Hyung?"

"Bisa belikan satu kotak susu lagi? Dan... Sereal, persediaan yang ada di kulkas mulai menipis"

"Baik-"

"Dan tolong belikan daun selada juga, Bibi Jang akan datang besok pagi untuk membuat sarapan. Kau bisa? Uangnya akan aku beri"

"Tentu. Tapi ada bayaran untuk ku kan? Hehe..."

Jaehyun merutuk lagi dalam hati. "Ini, ambil sisanya untuk jajanmu. Kau ini memang ahlinya memeras kakakmu, ya?"

"Hehehe... Kalau begitu aku berangkat dulu ya, Hyung"

"Ya, hati-hati"



-✧ᘛᐷ



"Ku pikir sampai saat ini semuanya masih aman. Tidak ada yang mencurigakan dan berusaha mendekati anak itu. Tentang teman barunya, dia hanya murid pindahan biasa dari China, ayahnya dipindahtugaskan di Anyang hingga waktu yang tak ditentukan. Teman-teman dan orang lain di sekolah juga tidak ada yang mencurigakan. Semuanya masih aman sampai saat ini"

Jung Jaehyun melepas kacamata yang bertengger di hidungnya. Cangkir berisi kopi hangat dalam genggamannya di tiup pelan, lalu disesap dengan penuh rasa. Ia duduk di kursi dengan kaki saling bertumpu, lalu menoleh ke jendela besar di samping kanannya.

"Baguslah. Tetap awasi anak itu, dan jangan sampai siapapun tahu. Laporkan padaku jika terjadi hal yang mencurigakan"

"Baik"

Layar komputer itu mati. Jaehyun berdiri dari kursinya, ia meletakkan cangkir kopi tadi di samping komputer, lalu melangkah menuju jendela besar tadi.

Terkadang ia berpikir, tugasnya sebagai dokter bukanlah hanya menjaga pasien saat bertemu langsung saja, tetapi juga dengan cara sembunyi-sembunyi seperti ini. Tidak salah kan? Ia juga melakukan itu untuk keselamatan adiknya sendiri.

Hening yang ada menjadi pecah ketika ponsel Jaehyun yang ada di saku berdering. Ia segera mengambilnya, dan nampak notifikasi panggilan dari sang adik; Lee Jeno. "Oh, halo. Kenapa menelpon?"

Ia segera kembali ke mode asli Jung Jaehyun dalam kehidupan sehari-hari.

"Hyung, apa kau bisa menjemput ku? Ternyata bermain di taman bermain sangat melelahkan"

"Baiklah. Kau dimana sekarang? Sudah membeli yang ku pesan?"

"Aku masih di depan Restoran Pojok, barang-barang yang kau pesan juga sudah kubeli semuanya. Sekarang jemput aku, nee?"

The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang