Bocah Manis

17.5K 115 12
                                    

Ini juga manis, tapi ini ßbukan bocah yang dimaksud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini juga manis, tapi ini ßbukan bocah yang dimaksud.

Hhmm. Panggil Saja Syakir, pemuda kampung yang nampak berbeda daripada pemuda pemuda kampung pada umumnya. Kulitnya putih bersih, wajahnya tampan rupawan, kalian bisa lihat dan nilai sendiri.

Setelah lulus SMP, syakir pindah kekota bersama kedua orangtuanya. Meninggalkan kakek dan nenek tersayang, tapi bukan karna tidak sayang. Melainkan demi masa depan aseek.

Orangtuanya kekota untuk membuka usaha, membawa serta anak semata wayangnya untuk melanjutkan pendidikan disana. Alhamdulillah usaha yang dimulai dari nol sukses besar. Hidup syakir terjamin, kakek dan nenek pun tak lupa mereka kirimkan uang bulanan tak pernah alfa.

Setelah lulus SMA, syakir memilih untuk tidak langsung melanjutkan kuliah, ia ingin bebas dari lilitan buku buku pelajaran beberapa bulan sampai otaknya kembali segar.

Dan disini lah ia sekarang, duduk santai diteras rumah panggung kakek nenek, pupil matanya tampak berbinar menatap bocah bocah SMP tengah bermain bola dilapangan tak seberapa luas diseberan jalan gersang depan rumah panggung sederhana kakek dan neneknya.

Syakir menyunggingkan senyum tipis, suasana di kampung memang jauh berbeda dgn suasana dikota. Syakir menghirup udara segar sore hari. Menatap lekat gerak lincah bocah bocah yang tengah asik dilapangan.

Tempat yang juga sering ia gunakan bermain bola bersama teman temannya saat masih duduk dibangku SMP dulu. 3 tahun ia tak pulang, rupanya bocah bocah kecil mungil yang ia tinggalkan dulu sudah tumbuh jadi bocah remaja yang manis manis hehe.

Syakir bangkit dari duduk manisnya, menengok kesamping kiri sembari memperbaiki ujung kaosnya. 3 rumah panggung yang berjejer disamping rumah neneknya nampak masih sama dgn yang ia tinggal 3 tahun lalu.

Sungai disamping kanan rumah nenek pun masih sama, mengalir cukup deras dan nampak sangat jernih, disana ia sering mandi bersama kawan kawan lamanya. Syukurlah kebersihan sungai masih terjaga.

Tidak banyak yang berubah

"Mau kemana cuk?"

Syakir menoleh ke arah pintu, didapatinya sosok perempuan tua berwajah keriput yang sangat ia rindukan tengah berdiri diambang pintu dengan segelas teh panas ditangannya. Uap masih mengepul ngepul disana.

Syakir tersenyum. "Mau keliling nek, siapa tau syakir ketemu sama teman teman lama" jawabnya lembut dgn suara berat khas remaja SMA pada umumnya.

"Teman temanmu sudah banyak yg pergi merantau, entah siapa saja yang masih ada dikampung ini." Ujar sang nenek sembari menaruh segelas teh panas dimeja teras rumah.

Syakir meringis dalam hati, bagaimana mungkin ia akan minum teh panas disore yang panas ini.

"Minum dulu teh nya, apa kamu tidak capek?? Baru juga sampai 2 jam lalu"

LaskarAnakDesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang