"Yasudah, bu. besok syakir akan segera pulang."
"Iya bu"
"Siap bu, siap"
Kepala syakir mangguk mangguk memberi respon rentetan pesan pesan yang ibunya berikan melalui sambungan telepon. Syakir tengah berdiri diteras beberapa langkah didepan nenek dan kakeknya yang sedang menyimak pembicaraannya dengan ibunya sembari duduk disebuah kursi plastik yang mulai usam.
"Ada apa cuk?" Tanya sang kakek setelah sambungan telepon terputus, syakir menggela nafas berat, berbalik badan menghampiri kakek dan neneknya, diduduk bersila didepan orangtua dari ibunya sembari meletakkan hp androidnya disamping.
"Katanya bapak sakit kek, ibu meminta syakir untuk segera balik kekota. Ibu kuwalahan mengurus toko katanya"
Dikota, orangtua syakir membuka usaha toko sembako yang dijual secara GROSIR maupun ecer dengan modal nekat meminjam uang di bank, sykurlah, toko mereka laris manis hingga berkembang semakin besar sekarang.
Kakek dan neneknya hanya mangguk mangguk mendengar cerita syakir, berupa pesan pesan yang ibunya sampaikan tadi.
"Sore ini, syakir akan keluar sebentar. Ibu mengirim uang kerekening syakir, katanya untuk kebutuhan kakek sama nenek sebulan kedepan." Jelas syakir menatap syg pada kakek dan neneknya secara bergantian.
"Sepertinya kami sudah terlalu banyak merepotkan ibu sama bapakmu nak" keluh sang nenek merasa bersalah.
"Nenek jangan bicara seperti itu, sudah kewajiban seorang anak memenuhi kebutuhan orangtuanya, nanti kalau syakir sudah bekerja, syakir akan melakukan hal yang sama pada ibu dan bapak, pada kakek sama nenek juga" tegas syakir percaya diri.
Kakek dan neneknya mengangguk bangga pada cucu semata wayangnya itu. Mereka memang hanya memiliki satu anak yaitu bapaknya syakir, entah rejekinya ini menurun ke anaknya atau memang belum waktunya saja syakir memiliki seorang adik.
Sorenya. Sepulang dari ATM yang sekalian juga berbelanja pesanan neneknya seperti beras, garam, telur, serta keperluan keperluan dapur lainnya. Syakir ketemu ridho dijalan, sepertinya anak itu baru pulang dari mesjid.
"Ridho!!" Seru syakir meneriaki bocah manis itu. Ia memberhentikan laju motornya tepat dibelakang ridho.
"Eh, bang syakir!" Ridho menoleh, membalas senyum syakir.
"Mau kemana?"
"Mau pulang bang, habis ngaji dimesjid!"
"Nginap lagi yuk!, besok abang sdah mau balik kekota!" Ajak syakir berharap penuh.
"Gimana yah bang!, besok baru hari sabtu, belum libur" jawab ridho bingung.
"Kamu kan bangunnya cepat, ntar kalau kamu bangun, bangunin abang juga, biar abng antar pulang. Sekalian deh abng antar kesekolah, gimana?"
Ridho tampak berfikir.
"Biar abang deh yang cerita lagi sama ibumu" tambah syakir seolah faham dgn isi kepala bocah hitam manis didepannya itu.
"Ya udah, tapi kalau tetap gak dibolehin bukan salahku yah bang!"
"Ya iya lah, siapa juga yg mau nyalahin kamu, ada ada saja! Ayo naik. Biar abng antar pulang, sekalian bicara sama ibumu"
~~
Syakir berhasil meyakinkan ibu ridho, ia berjanji akan mengantar bocah manis itu pulang sepagi mungkin.TAPI.
Katanya Ridho bersama bapaknya akan kerumah pamannya untuk membawakan sesuatu, dia akan menyusul nanti setelah balik dari sana.
Syakir pamit, setelah beberapa kali mengitimidasi Ridho untuk benar benar datang kerumahnya. "Kalau kamu tidak datang, abang yang jemput kesini." Peringat syakir kemudian melajukan motornya setelah mengacak acak rambut ridho.
![](https://img.wattpad.com/cover/331959956-288-k730425.jpg)