Prolog

5.5K 411 5
                                    

Jumpa lagi di kisah baru. Ini kisah kedua dalam kisah romance sweet ya. Jadi tipenya ya manis, panas, seksi, kayak dongeng dah, fave kita cewe2 dah wkwkwkwk... Kisahnya ringan aja. Yang udah baca sweet surrender pasti udah tahu.

Yang belum baca, kalian boleh main ke lapak Sweet Surrender, sudah tamat, masih lengkap, belum saya hapus.

Enjoy this story, jangan lupa vote yang banyak.

Luv, Carmen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
Carmen

_________________________________________

Paris di pagi hari adalah pemandangan yang tak pernah bosan ditatap oleh Elise

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paris di pagi hari adalah pemandangan yang tak pernah bosan ditatap oleh Elise. Hampir setiap pagi ketika orang-orang masih bergelung di bawah selimut hangat mereka, Elise akan berjalan kaki selama kurang lebih dua puluh menit untuk sampai di kafe tempatnya bekerja. Dan selama tiga tahun itu juga, ia tak pernah bosan dengan aktivitas yang sama karena baginya, Paris di awal hari adalah pemandangan yang terindah. 


Semenjak kecil, Paris adalah kota idamannya. Ia selalu memimpikan untuk datang ke sini dan memulai bab baru dalam hidupnya, belajar di Universitas yang diimpikannya, mendapatkan pekerjaan impiannya dan meraih sukses, berikut membanggakan kedua orangtuanya. Tapi ia boleh saja berencana dan bermimpi setinggi-tingginya, tetap pada akhirnya hidup dan takdir yang menentukan segalanya. 

Pada tahun kedua high school-nya, ayah Elise meninggal dunia. Nyaris bangkrut, ia dan ibunya pindah kembali ke kota kelahiran ibunya di Vernon dan tinggal bersama bibi mereka. Sejak ayahnya meninggalkan mereka, ibunya seolah kehilangan semangat hidup dan terus sakit-sakitan. Elise, walau hancur, memutuskan untuk terus berjuang. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan high school-nya di antara pekerjaan-pekerjaan sampingan yang dilakoninya sambil merawat ibunya yang sakit. Setelah tamat, ia sempat ragu. Elise tak ingin meninggalkan ibunya di Vernon dan melanjutkan pendidikannya di Paris. Tapi bibi dan ibunya kemudian mendesaknya. 

'Aku akan baik-baik saja, aku janji.'

Ucapan ibunya membuat Elise mulai goyah. 

'Aku akan menemani dan menjaga ibumu, kau tenang saja.

Bibinya menyakinkan Elise. 

'Elise, aku akan berusaha hidup untukmu, Nak. Dan melihatmu mengejar mimpiku akan menjadi penyemangatku.'

Elise tahu ibunya benar. Ia harus menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan pekerjaan yang baik, barulah ia bisa memberikan kehidupan yang lebih baik kepada ibunya dan juga bibinya yang selama ini telah banyak membantu mereka. 

Setelah membulatkan tekad, Elise meninggalkan Vernon dan berangkat menuju Paris untuk melanjutkan pendidikannya di bidang hukum. Selama satu tahun pertama, ia menunda pendidikannya dan bekerja paruh waktu dengan dua pekerjaan berbeda dan mengirim setengah dari gajinya kepada ibunya. Baru pada tahun kedua, ia kembali berkuliah dan hanya mempertahankan satu pekerjaannya, yakni di kafe ini. 

Pikirannya tentang masa lalu terhenti saat ia tiba di depan pintu kafe. Hari masih sangat pagi dan jalanan masih sepi ketika ia membuka pintu kafe dan masuk ke dalam. Lalu, ia membalikkan sign kafe dari tulisan 'Close' menjadi 'Welcome to Cafe La Scene'. 

Dan pagi sibuknya yang penuh rutinitas akan segera dimulai... 

Sweet SeductionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang