Bab 5

1.6K 257 12
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook version sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa ya.

Search di Playstore : Carmen labohemian sweet

Search di Playstore : Carmen labohemian sweet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di Karyakarsa : carmenlabohemian

Di Karyakarsa : carmenlabohemian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mature content

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

ElIse tidak tahu berapa lama waktu sudah berlalu sejak mereka duduk berdua di sofa pria itu, saling berdekatan, minum dan mengobrol santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ElIse tidak tahu berapa lama waktu sudah berlalu sejak mereka duduk berdua di sofa pria itu, saling berdekatan, minum dan mengobrol santai. Mereka sudah menghabiskan satu gelas anggur tapi Elise menolak tawaran pria itu untuk mengisi gelasnya lagi tetapi obrolan mereka terus mengalir.

Elise tahu kalau ia mulai merasa 'sangat' nyaman dengan lengan pria itu di bahunya dan tanpa sadar Elise mendapati ia setengah bersandar pada pria itu. Mereka kemudian bertatatapan, mata indah pria itu menyihirnya dalam dan Elise membatu saat Arthur mendekatkan wajahnya lalu dengan hati-hati menempelkan bibirnya ringan di atas bibir Elise.

Sentuhan bibir pria itu seringan bulu tapi efeknya bagi Elise sungguh luar biasa. Dada Elise bergetar saat pria itu membelai bibirnya hingga ia membuka diri. Lalu Elise merasakan lidah pria itu menyelinap masuk ke dalam mulutnya, mengecap rasanya, dengan ahli mengeksplor dan menggoda Elise dengan lidahnya. Ketika pria itu akhirnya menjauhkan bibirnya, telapaknya yang hangat dan lebar menempel lembut di pipi kanan Elise.

"My Sweet Angel," bisik pria itu agak serak. "Kau terasa sangat nikmat. Please... katakan padaku, am I moving too fast, Elise?"

Elise tahu ia seharusnya menjawab ya, tapi jika begitu, artinya ia membohong dirinya sendiri. Pada kenyataannya, ia mendambakan semua yang dilakukan pria itu dan bahkan menginginkan lebih. Elise lalu menggeleng pelan dan mengejutkan dirinya sendiri ketika ia menjawab dengan jujur.

"Tidak. You're not moving too fast, Arthur. I want it too."

Oh my... apakah itu benar-benar suara Elise?

Arthur tak memberi Elise banyak waktu untuk merenung dan berpikir, apalagi berubah pikiran. Pria itu dengan cepat menariknya kembali ke dalam pelukan kuatnya lalu melumat kembali bibir Elise. Kali ini, tangan pria itu tidak tinggal diam, tapi mulai mengeksplor dan menjelajah tubuh Elise. Telapak pria itu mengelus panas dasar lehernya, lalu dada Elise, turun ke perut, pinggang, pinggul lalu kedua pahanya.

Elise membutuhkan waktu sedikit lebih banyak hingga akhirnya ia berhasil mengumpulkan kepercayaan dirinya lalu mulai merespon. Ia agak canggung ketika mulai mengusap punggung pria itu naik turun - sementara itu, Arthur menggangap tindakan Elise sebagai undangan terbuka. Pria itu menjadi lebih berani, sentuhannya menjadi lebih intim, tangan-tangannya mulai bergerilya.

Elise terkesiap halus saat telapak pria itu kembali menyapu dadanya lalu meremas keduanya, ibu jarinya dengan ahli menggoda kedua putting Elise dari balik gaun dan bra tipisnya. Rasanya tubuh Elise terbakar panas. Ia bahkan bisa merasakan basah dan lembap di bagian antara kedua kakinya saat gairahnya memuncak. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasakan perasaan sedahsyat ini.

Rasanya terlalu cepat bagi Elise ketika Arthur kembali menjauhkan dirinya tapi napas mereka berdua sudah tersengal hebat. Mereka bertatapan sambil mengatur napas dan Elise tak mampu mencegah wajahnya memerah. Apalagi ketika menatap ke dalam mata indah pria itu, Elise bisa melihat api gairah menyala di kedua mata cokelat emas tersebut.

"My Sweet Angel," ucap pria itu lagi dengan lembut. "Aku sudah berjanji bahwa kau akan aman bersamaku dan aku bersungguh-sungguh. Aku sangat ingin sekali melanjutkan apa yang tadi kita lakukan, tapi kalau kau tidak menginginkannya, atau bila aku bertindak terlalu jauh, kau hanya perlu memintaku untuk berhenti dan aku bersumpah, aku akan berhenti. Jika kau tidak ingin bercinta denganku malam ini, katakan padaku sekarang, jika menurutmu ini terlalu cepat dan terburu-buru, katakan padaku dan aku akan berhenti sekarang juga. Kita bisa menikmati waktu dengan mengobrol dan setelahnya aku akan mengantarmu pulang. Tentu saja aku berharap untuk bercinta denganmu suatu saat nanti, tapi tidak perlu sekarang, terutama jika kau tidak siap."

Arthur sudah berbicara begitu banyak, menumpahkan kejujuran dan Elise merasa harus menanggapinya dengan hal yang sama.

"Aku... I want to make love with you, Arthur." Elise hanya berharap wajahnya tidak merah padam. "Tapi..."

Tangan pria itu menyentuh lembut jari-jemari Elise. "Tapi kenapa, Elise?"

"Aku... aku masih perawan dan aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku tidak mengerti hal-hal intim tentang... tentang pria dan wanita. Aku tidak memiliki pelindung dan aku akan mati bila aku hamil sebelum menyelesaikan kuliahku." Pengakuan itu keluar begitu saja dari mulut Elise seperti halnya air terjun.

"Oh, Angel..." Ia terkesiap pelan saat pria itu kembali menariknya ke dalam pelukan. "That's so sweet and innoncent. Apakah kau benar-benar masih perawan, Elise? Dan kau bersedia memberiku hadiah yang begitu berharga?"

"Ya," bisik Elise penuh keyakinan. "Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. You are the first, Arthur."

"That's so sweet, Elise. Tapi asal kau tahu, aku juga tidak pernah merasakan perasaan seperti ini dengan siapapun. Dan aku berjanji padamu, saat nanti kita bercinta, aku akan mencoba membuat percintaan kita menjadi pengalaman menyenangkan buatmu, aku akan berusaha membuatmu senyaman mungkin. Dan aku bebas dari penyakit tapi kau tidak perlu cemas, aku akan mengenakan pelindung. Aku juga ingin kau menyelesaikan pendidikanmu dan kemudian mengejar mimpimu."

"Terima kasih," ucap Elise lalu mencium pria itu lembut di bibirnya.

"Kau ingin aku mengantarmu pulang sekarang, Elise?"

Bibir Elise agak sedikit bergetar. "Ku... kupikir kau ingin bercinta denganku?" Apa Arthur sedang menolaknya dengan halus karena mendapati bahwa ia masih perawan?

"Oh Angel, jangan salah paham, aku menginginkannnya, aku sangat menginginkannya. Tapi kupikir kau mungkin ingin menunggu sampai kau merasa cukup nyaman bersamaku. Kupikir kau membutuhkan sedikit lebih banyak waktu untuk mempercayaiku dan mengenalku lebih jauh."

Elise menggeleng pelan. Ia tidak memerlukan semua itu. Matanya kemudian mengunci mata pria itu dalam tatapan penuh keyakinan. "Tidak, aku tidak membutuhkan lebih banyak waktu. Please, Arthur, make love to me tonight. Buatlah aku menjadi seorang wanita seutuhnya."


Sweet SeductionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang