Bab 6

1.6K 250 13
                                    

Mature Rating 21+

Happy Reading, semoga suka.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa.

Ebook lengkap sudah tersedia di Playstore dan Karyakarsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enjoy

Luv,

Carmen

________________________________________________________________________________

Saat Arthur kemudian berdiri, Elise sempat berpikir kalau pria itu kali ini akan benar-benar menolaknya. Namun yang dikhawatirkannya tidak pernah terjadi. Tanpa kata-kata, pria itu kemudian menarik Elise agar ikut berdiri lalu membopong dan membawanya masuk ke dalam kamar tidur utama.

Elise menatap sekilas, menyadari kamar pria itu bernuansa mewah minimalis didominasi oleh sofa dengan dua tempat duduk yang ditempatkan di dekat jendela yang menghamparkan panorama Kota Paris dan sebuah tempat tidur yang sangat besar dengan selimut satin biru navy yang tampak sangat mengundang. Pria itu lalu menurunkannya dan Elise duduk di samping tempat tidur besar itu sambil menatap canggung pada Arthur yang kini sedang melepaskan pakaiannya sendiri.

Lemari pakaian pria itu tersembunyi dengan baik di balik panel dinding dan Elise melihat pria itu membuka salah satunya, yang menampakkan keranjang laundry. Pria itu lalu melepaskan kemejanya dan melemparnya ke dalam keranjang tersebut.

Elise kini tak mampu mengalihkan perhatiannya dari dada Arthur, ia menatap sebaris bulu dada pria itu yang kian menipis ketika menuruni perut ratanya dan menghilang di balik celana hitam pria itu. Tanpa sadar, ia mereguk ludah. Pria itu sudah mulai melepaskan ikat pinggangnya, lalu celana panjangnya sehingga Elise bisa melihat tonjolan keras di balik boxer hitam pria itu. Dengan santai, Arthur melepaskan kaus kakinya lalu kali ini tersenyum menatap semu di kedua pipi Elise, sambil lanjut melepaskan pakaian terakhir yang melekat di tubuhnya dan berjalan mendekati Elise, berdiri di hadapannya tanpa satu pun penghalang pakaian di tubuh prima tersebut.

"Sekarang giliranmu, Sweet Angel," ucap pria itu lembut. "Kumohon, biarkan aku membantumu."

Dengan lembut, pria itu menarik Elise berdiri lalu lengannya bergerak ke belakang tubuh Elise dan setelah menemukan kepala risleting gaunnya, Arthur dengan pelan menarik turun benda tersebut. Pria itu menunduk untuk mencium tulang selangkanya lalu belahan dada Elise ketika gaun itu meluncur turun melewati tubuhnya.

Kini ia berdiri canggung di depan pria itu, hanya dengan bra hitam dan celana dalam berenda hitam. Jantungnya berdegup begitu kencang, seakan-akan nyaris meledak.

"Aromamu sangat luar biasa feminim dan memabukkan, Elise," bisik pria itu dengan suara parau lalu kembali membenamkan dirinya di tengah belahan dada Elise yang masih tertutup bra, dengan rakus menarik napas dalam dan mengisi paru-parunya dengan aroma tubuh Elise sementara kedua tangan pria itu mulai merangkum payudaranya.

Arthur lalu mengangkat kepalanya, meraih kedua bahu telanjang Elise lalu menariknya ke dalam pelukan. Kepala pria itu kini turun dan mulutnya mencari lalu menemukan dan kemudian melumat bibir Elise penuh gairah. Ia bisa merasakan ereksi pria itu yang menekan perutnya dan Elise setengah cemas apakah ia akan bisa menampung pria itu ataukah tidak. Tapi ia memutuskan untuk mempercayai pria itu.

Sementara pria itu menciumnya, tangannya bergerak ke belakang tubuh Elise dan melepaskan kait bra-nya. Lalu dengan pelan, Arthur melepaskan pelukan dan menjauhkan tubuh mereka sehingga ia kini bisa menatap dada Elise tanpa penghalang apapun. Terdengar kesiap tajam pria itu saat dia menatap bentuk dan ukuran Elise. Pria itu lalu menjulurkan tangan dan menyentuh keduanya, menangkup, meremas dan menimbang keduanya lalu Elise menatap dengan napas tertahan bagaimana bibir pria itu turun untuk mencecap putingnya secara bergiliran.

"Ahhh..."

Elise mengerang nikmat ketika ia merasakan mulut hangat pria itu mengisap keras puting-putingnya yang menegak. Ia selalu tahu kalau di situlah letak salah satu titik paling sensitif bagi tubuhnya tapi Elise tidak pernah tahu kalau rasanya akan seperti ini. Tak lama, ia bisa merasakan jari-jari pria itu berkelana ke garis celana dalamnya lalu menarik benda itu turun. Setelahnya, pria itu kembali membopongnya dan membaringkan Elise di atas ranjang, lalu pria itu menyusul untuk berbaring di sisinya.

Arthur kembali mencium Elise mesra sambil tangannya membelai salah satu payudara kencang Elise.

"Kau seribu kali lebih cantik dari yang aku bayangkan, Elise," bisik Arthur lagi di telinganya. "Apakah kau percaya padaku?"


Sweet SeductionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang