6. Never Look Back!

88 4 1
                                    


Layne 'POV'

Sinar matahari masuk ke jendela kamarku, hingga aku terbangun karena cahayanya. Aku perlahan membuka mataku dan aku melihat burung-burung di depan jendela sedang berkicau ria, seakan mereka ingin membangunkanku.

Aku bangun dari tempat tidur, lalu merapikannya, dan aku cepat-cepat turun ke bawah untuk mengucapkan selamat pagi pada ibu.

Ternyata ibu sudah menyiapkan sarapan untukku. "Selamat pagi, bu." Aku menyapa ibu dan mengecup pipinya lembut.

"Selamat pagi juga, sayangku." Ibu menjawab ucapan selamat pagiku sambil mengaduk sup. "Tumben sekali kau sudah bangun? Apakah kau sudah tidak sabar untuk bermain dengan teman-temanmu?" Lanjut ibu. Aku hampir saja lupa hari ini aku akan bermain 'petak umpet' bersama dua sahabatku.

"Oh, ya ampun, bu! Aku hampir saja lupa. Terima kasih kau telah mengingatkanku." Aku menepuk dahiku keras sekali. Segera saja aku mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

****

Setelah selesai membersihkan diri dan sarapan bersama ibu, aku menunggu jam menunjukkan pukul 08.00. Sangat tidak sabar menunggu. Bahkan, ini masih pukul 07.30. Sabarlah Layne, setengah jam lagi kau akan melakukan petualangan bersama sahabat-sahabatmu.

"Layne, ibu ingin mengatakan sesuatu padamu." Tiba-tiba saja ibu ingin berbicara padaku. Jangan bilang kalau ibu berubah pikiran, dan dia tidak jadi mengizinkaku untuk bermain bersama John dan Betty.

"Ibu ingin mengatakan apa?" Kataku sangat gugup. "Jika kau melewati hutan nanti, jangan sesekali kau melihat ke belakang. Aku ingin, kau menjadi gadis pemberani dan tidak mudah putus asa. Jadi, kau harus percaya bahwa kau bisa menghadapi semua rintangan yang ada di hutan itu." Ibu lebih tepatnya memberiku nasehat, bukan mengatakan sesuatu. Aku senang mendengarnya, aku akan selalu mengingat nasehat ibu.

"Aku akan mengingat kata-kata ibu tadi. Aku janji, aku akan menjadi gadis pemberani seperti yang ibu inginkan." Aku sangat optimis dengan kata-kataku.

"Layne! Ayo, kita bermain. Sudah jam berapa ini?" Tiba-tiba saja John dan Betty sudah berada di depan rumahku.

"Berangkat lah nak, ibu menunggumu dirumah. Ingat, jangan sampai pulang terlalu larut. Jika matahari sudah terbenam segeralah pulang." Kata ibu mengingatkanku agar tidak pulang terlalu larut.

"Iya, bu. Aku akan pulang secepatnya. Daaah bu..." aku melambaikan tangan dari kejauhan sambil berlalu meninggalkan ibu. Jujur, sedikit berat rasanya meninggalkan ibu dirumah sendirian, apalagi seharian penuh.

"Apa kalian sudah siap dengan 'permainan' ku?" Tanya John dengan melirik aku kemudian Betty.

"Ya, aku siap!" Kata Betty mantap. Sedangkan aku? Okay, aku harus siap. Aku sudah berjanji pada ibu, kalau aku akan menjadi gadis pemberani.

"Tentu saja, John. Aku sangat tidak sabar." Aku berkata demikian agar aku tidak dianggap penakut. Tidak! Aku bukan penakut!

"Baiklah, ayo, ikuti aku menuju hutan." Aku dan Betty mengikuti John menuju ke hutan.

Saat kami sudah berada di tengah hutan, John dengan lantangnya mengatakan kami bertiga harus berpencar disini. Itu memang rencana yang sudah kita buat. Dan akhirnya kami menyetujuinya.

John menuju kearah kiri, dan Betty... entahlah, dia memilih untuk menemukan jalannya sendiri. Sementara aku? Aku akan berjalan lurus dan mengikuti jalan setapak di hutan ini. Aku tidak akan melihat ke belakang. Aku harus berjalan terus dan akan menemukan jalan diujung hutan ini yang akan menuntunku ke istana.

Suasana di hutan ini sangat mencekam. Apalagi gadis kecil sepertiku ini berjalan sendirian di tengah hutan gelap ini.

Aku sangat lelah dan haus. Mungkin beristirahat sebentar dibawah pohon besar ini, akan membuat rasa lelahku hilang. Yah, walaupun sedikit.

Aku sama sekali tidak mendengar teriakkan John ataupun Betty. Setidaknya, mereka berteriak untuk memastikan salah satu dari kami tidak terjadi apa-apa. Mungkin, aku harus berteriak terlebih dahulu. Mmm... atau tidak perlu? Entahlah, aku sangat malas untuk berteriak. Aku harus melanjutkan perjalanan. Permainan ini belum selesai, kan?

Aku terus menyusuri hutan ini. Terkadang ditengah perjalanan aku bertemu dengan binatang hutan yang unik, menurutku. Bahkan, binatang yang ada di hutan ini tidak ada satupun yang pernah aku lihat sebelumnya.

Tiba-tiba sesuatu yang bercahaya melintas di depanku. Cahaya itu seperti... kunang-kunang yang sangat besar. Atau ini hanya fatamorgana ku saja? Tidak mungkin. Aku melihatnya sangat jelas. Sekarang, aku mulai penasaran dengan cahaya itu, aku mengikutinya hingga cahaya itu mengarahkanku pada pohon aneh yang sangat-sangat-sangat besar!

Dan cahaya itu tidak hanya ada satu. Banyak sekali cahaya yang bersinar di atas kepalaku. Gerakan mereka sangat lembut, seperti gerakan orang menari. Aku terkesiap melihat cahaya indah itu. Mereka seperti debu peri yang menyatu menjadi sebuah lampu. Debu peri? Hahaha, itu hanya khayalan. Tidak ada di dunia ini yang namanya 'ibu peri'.

Cahaya-cahaya itu sekarang bergerumbul menjadi satu, dan........ mereka menjadi agresif. Maksudku, mereka tidak selembut sebelumnya. Aku benar-benar takut sekarang, jangan-jangan cahaya itu dibuat oleh seorang penyihir untuk menjebakku! Aku berlari untuk menjauhi cahaya itu. Aku berlari sekuat yang aku bisa, tapi mereka mengajarku. Mereka bergerak cepat sekali.

Tanpa aku sadari ada yang mendorongku dari belakang! Apakah cahaya itu yang mendorongku?

Seketika itu juga, mataku terpejam karena merasakan sakit di punggungku. Dan aku hanyut ke dalam mimpi yang membawaku ke suatu tempat.

To be continue...

****

Sorry ya baru update, cerita ini masih ada kelanjutannya yang bakalan lebih seru. Kalo kalian penasaran, stay tune on my story yah. Please gimme vomment thanks ❤

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang