5. Be Brave

79 6 0
                                    


Layne 'POV'

Aku kembali kerumah bersama John dan Betty. Disetiap perjalanan menuju rumah, aku selalu memikirkan bagaimana caranya besok aku bilang pada ibuku. Sangat membingungkan.

"Teman-teman, aku harus segera pulang. Ibuku sudah menunggu di depan rumah, dia pasti mengkhawatirkan ku, maaf ya aku buru-buru, bye..." Betty pamit dan berlari menuju rumahnya. Aku dan John hanya melambaikan tangan dari kejauhan. Yah, tidak heran jika dia terburu-buru, karena Betty adalah anak satu-satunya yang sangat disayangi orang tuanya.

"Layne, apa aku boleh mengobrol sebentar denganmu? Ada yang harus aku beritau padamu." Kata John tiba-tiba. Tumben sekali dia ingin mengajakku bicara. "Ya, tentu saja, John." Jawabku singkat.

"Apakah kau benar-benar penasaran dengan istana itu?" Pertanyaan itu kembali terngiang dikepalaku. Oh, John, aku harus bilang berapa kali lagi, kalau aku benar-benar penasaran dengan istana itu.

"Tentu saja John, kau sudah bertanya padaku dua kali, dan jawabanku adalah ya." Akhirnya aku menjawabnya dengan mantap.

"Apa kau tidak pernah mendengar dari orang-orang desa ini, bahwa ada yang tinggal di istana itu. Dia adalah penyihir yang sangat ditakuti dan disegani oleh masyarakat di desa ini." Oh, bagus sekali. Sekarang John mulai menakut-nakuti ku. Haruskah aku percaya begitu saja dengannya?

"Memangnya kau tahu dari mana tentang berita itu? Ayolah, John, jangan mulai menakut-nakuti aku." Aku mulai tidak sabar dengan John.

"Ayah dan ibuku juga memberitauku sejak aku masih kecil." Kata-kata John itu ingin membuatku tertawa.

"Hahaha, tentu saja orang tuamu mengatakan itu padamu saat kau masih kecil. Karena mereka tidak ingin kau pergi kesana, dan itu pasti hanya khayalan mereka." Sungguh, aku tertawa karena mendengar cerita John yang semakin mengacau.

"Kau tidak percaya denganku? Baiklah, tidak masalah. Jangan berteriak jika kau diculik oleh penyihir itu." Ya ampun, John. Tidak! Aku tidak takut. Aku juga tidak akan berteriak seperti anak kecil jika bertemu penyihir. Mungkin aku akan berlari sekuat tenaga. Dan pasti hanya itu yang bisa aku perbuat.

"Kau sudah lupa dengan janjimu? Kau harus bertanggung jawab jika aku dan Betty terjadi apa-apa, bukan?" Aku harus memojokkan John agar dia tetap menepati janjinya tadi. Seenaknya saja dia melupakan janjinya itu.

"Hahaha aku bercanda, Layne, jangan kau cemberut seperti itu. Nanti cantikmu memudar..." John gila. Aku tidak cemberut. Dan... apa yang dia katakan? Cantikku memudar? Hahaha, lucu sekali.

"Sudahlah, John. Pulanglah, hari sudah petang. Ibumu pasti sudah menunggu." Maaf John, kali ini aku mengusirmu. "Okay, selamat malam Layne, semoga besok pagi kau sudah siap dengan 'permainan' ku." Kata John sambil mengedipkan sebelah matanya padaku dan berlalu. Oh, John, kenapa harus kau yang mempunyai bola mata yang biru dan indah itu?

****

Penny 'POV'

Aku mendengar suara Layne samar-samar. Ternyata dia baru saja pulang dari kebun. Aku melihat John berjalan bersama Layne, dan mereka sedang membicarakan sesuatu di depan rumah.

Pembicaraan anak kecil, apakah aku harus menguping? Kurasa tidak perlu. Tetapi, ditengah-tengah pembicaraan mereka, aku mendengar John mengatakan 'penyihir'. Aku penasaran, dan akhirnya aku menguping pembicaraan mereka.

Apa yang John ketahui tentang 'penyihir'? Dan mengapa orang tua John yang memberitaukan itu pada John? Aku harus bertanya pada Layne untuk menjelaskan.

Saat John ingin beranjak pulang, aku mendengar dia mengatakan, sudah siap untuk 'permainan' ku? Apa ini? Mengapa Layne tidak bercerita padaku? Ya ampun, Layne, kau tidak seharusnya berbohong untuk menutupi ini pada ibu.

****

Layne 'POV'

Aku harus bilang jujur pada ibu, kalau besok pagi aku akan bermain di hutan bersama teman-temanku. Aku harap ibu mengizinkanku dan tidak buru-buru marah sebelum aku menjelaskannya.

"Oh, kau rupanya, nak. Mari duduklah bersama ibu." Suara ibu mengagetkanku. "I...ibu.. sejak kapan ibu berada disini?" Tanyaku gugup. Apakah ibu tadi menguping pembicaraanku dengan John? Bisa gawat jika ibu mengetahuinya.

"Itu tidak penting, kemarilah, ibu ingin menanyakan sesuatu padamu." Kata ibu dengan nada yang lembut. "Besok pagi kau mau kemana bersama teman-temanmu?" Lanjut ibu bertanya padaku. Apa yang harus aku jawab? Ternyata benar dugaanku, ibu pasti menguping.

"Mmmm... anu... aku dan..." Kenapa aku jadi gugup seperti ini? Ya Tuhan apa yang harus kulakukan?

"Jawablah dengan jujur, nak. Ibu tidak akan marah denganmu." Ibu bilang dia tidak akan marah padaku? Apa aku tidak salah dengar? Baiklah, mungkin ini kesempatanku untuk bicara pada ibu.

"Besok pagi, aku, John, dan Betty akan bermain petak umpet di hutan,bu." Fiuh.. akhirnya aku bisa mengatakannya. "Lalu?" Ibu terus bertanya.

"Lalu, kami akan bermain petak umpet hingga keujung desa ini, dan jika salah satu dari kami berhasil melewati ujung dari desa ini, itulah pemenangnya." Jawabku kemudian dengan keringat yang sudah mengucur tak karuan di peningku.

"Lalu, apa hubungannya dengan 'penyihir'? Ibu tadi tidak sengaja mendengar kalian berbicara tentang 'penyihir'." Oh ya Tuhan, ibu benar-benar mendengarnya!

"Mmm... John hanya bercanda saja, bu. Aku sendiri tidak mengerti apa yang dia katakan. Tapi, kata John, jika salah satu dari kami sudah sampai diujung desa.dan jadi pemenang, salah satu dari kami juga akan masuk ke dalan istana di ujung bukit itu." Aku baru saja mengatakannya! Ya! Aku berhasil mengatakan yang sebenarnya pada ibu.

"Layne sayang, memang benar yang dikatakan John tadi, kalau di istana itu ada seorang penyihir yang tinggal disana. Tapi, dia tidak jahat." Jadi... apa yang dikatakan John itu benar? Bolehkah aku berteriak sekarang juga?

"Kau pasti penasaran dengan istana yang ada diujung bukit itu, kan? Kau boleh saja bermain besok. Namun, jangan sampai kau pulang hingga petang. Jika kau menjadi pemenangnya, masuklah ke dalam istana itu. Buktikan pada teman-temanmu kalau kau memang bisa, dan jika benar di dalam istana itu ada penyihir, kau tidak perlu takut. Bersikaplah ramah padanya, ibu yakin tidak semua penyihir itu jahat. Kau sudah mengerti sekarang?" Lanjut ibu panjang lebar. Aku sungguh senang sekali, karena ibu mengizinkanku untuk bermain besok.

"Yang benar saja, bu? Ibu sungguh mengizinkanku? Terima kasih, bu." Aku benar-benar bersemangat sekali. Tidak sabar rasanya besok berpetualang bersama John dan Betty.

"Ya sayang tentu saja, tetaplah berhati-hati besok. Jadilah pemberani dan percayalah kalau kau bisa menjadi pemenang." Ibu sangat mendukungku. Aku memeluk ibu dengan erat dan tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih padanya.

****

Penasaran gimana permainan Layne, John, dan Betty? Don't go anywhere guys, I'll be back soon! Don't forget to vomment, thanks♡

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang