31. The Planning

53 4 0
                                    


Zalman 'POV'

07.53 P.M.

Hari ini adalah hari yang sangat menggembirakan bagiku. Mungkin tidak hanya bagiku, putri kecilku juga pasti sangat bahagia. Jelas kami berdua sangat bahagia, lantas calon Ratu negeri ini sudah pergi meninggalkan istana ini. Aku sudah lama menunggu saat-saat seperti ini, dan akhirnya tanpa aku mengeluarkan banyak tenaga untuk mengusirnya dari sini, dia sudah kabur dengan sendirinya. Dasar Putri bodoh.

Dengan begitu, aku bisa merebut kekuasaan Saphirna dan menjadikan putri kecilku seorang Ratu. Hanya membutuhkan sedikit rencana untuk bisa melenyapkan Saphirna. Tapi, aku masih belum bisa mengetahui tentang sihir Saphirna, apakah sihirnya yang dulu sangat kuat itu masih bisa ia gunakan? Jika dia sudah tidak mampu menggunakan sihirnya, maka aku bisa merebut semua yang ada di genggamannya dengan sangat mudah. Aku tentu tidak perlu bersusah payah lagi menggunakan sihirku, hanya perlu menulis surat pengalihan kekuasaan dan meminta cap tiga jari dari Saphirna, sangat mudah, bukan?

Tapi, yang perlu aku lakukan sekarang adalah memastikan bahwa Saphirna tidak mempunyai kekuatan sihir sedikitpun. Aku yakin, dia sudah tidak lagi mempunyai kekuatan sihir, namun aku masih ragu, karena dulunya di keluargaku dia lah perempuan pertama yang mendapatkan sihir terkuat sepanjang masa.

Sekarang, aku sudah menemukan semua rencana yang akan aku gunakan untuk melumpuhkan semua yang ada di istana ini. Hanya saja, aku butuh bantuan orang lain yang bisa kupercaya. Sherenna tidak mungkin bisa kuandalkan begitu saja, karena dia memang sangat keras kepala.

Knock...knock...knock...

"Masuk!"

Ketukan pintu kamarku membuyarkan semua rencana indahku. Siapa yang berani menggangguku saat sedang bersantai seperti ini.

"Ayah..."

Oh,ternyata putri kecilku yang cantik. Sherenna terlihat sedih, ada apa dengannya? Seharusnya dia bahagia sekarang karena sepupu bodohnya itu sudah kabur.

"Oh, putri kecil ayah, ada apa gerangan kau kemari?"

"Ayah, katakan padaku, apa yang sedang ayah rencanakan sekarang? Apakah ayah membuat rencana dengan Pangeran bengis itu?"

Astaga, apa yang Sherenna katakan itu membuatku ingin menamparnya, tapi bersabarlah Zalman, dia adalah anak semata wayangmu, jangan kau hancurkan hatinya lagi.

"Apa yang kau bicarakan? Ayah tidak mengerti maksudmu, nak."

"Kurasa, kejadian yang di ruang makan tadi pagi sudah menunjukkan semuanya. Kumohon, ayah, katakan sesuatu padaku, aku tidak ingin semuanya menjadi berantakan seperti ini."

Aku menatap lekat-lekat mata Sherenna yang mengisyaratkan agar aku berbicara yang sejujurnya pada dirinya, dan mendekatkan diriku pada anak perempuanku yang berharga itu.

"Ya, ayah merencanakan sesuatu. Hanya untukmu."

Aku berbisik pelan di telinga Sherenna agar dia mendengar dengan jelas kata-kata yang baru saja kukatakan padanya. Sherenna yang cengeng mudah saja mengeluarkan air matanya yang sudah menumpuk di pelupuk matanya itu. Aku tidak mengerti, mengapa dia selalu menangis? Aku baru sadar jika putriku ini sangat lemah dan cengeng.

"Aku tidak butuh rencana apapun, ayah. Sudah cukup! Hentikan semua ini!"

Astaga, dia berteriak kencang sekali. Mengapa dia lakukan itu? Sherenna harus kuberi pengertian agar dia tidak sembarangan seperti itu, bagaimana jika teriakannya di dengar orang lain?

"Tidak perlu berteriak seperti itu, kecilkan suaramu!"

"Huh! Oh, jadi begini rencana busuk ayah? Apa ayah masih ingat tentang surat dari Pangeran Alroy dan ayah menyuruhku pergi ke kamarnya pada malam hari? Seharusnya aku tahu, aku tidak pergi kesana sendirian. Jika aku tahu itu semua adalah rencana ayah, mungkin sampai detik ini aku masih suci dari sentuhan kotor Pangeran Alroy!"

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang