SD - 2

6.1K 51 0
                                        

Ariel tidur di sofa ruang tamu, karena lelah dengan amarahnya yang menggebu oleh perlakuan Bara tadi malam.

" Bangun " Bara sudah berdiri di tepi sofa.

Ariel masih terlelap, meski sayup mendengar seseorang.

" Bangun! "

" Hahh " Gadis itu sontak terlonjak bangun, sangat terkejut karena suara keras di sampingnya. Dilihatnya pria berbadan kekar yang semalam menciumnya agresif, berdiri disana, mengenakan kaos hitam polos dan celana jeans.

Ariel mengedarkan pandangan, tujuan awalnya hampir ia lupakan. Dia harus kerja, tujuannya ke negara ini adalah untuk itu. Namun mimpi buruk ini belum saja selesai.

" Pak, maaf,, saya ingin pergi " mohon Ariel menangkup kedua tangannya di depan wajahnya. Memohon belas kasih pria di depannya, dan tidak ada balasan apapun.

Menunggu jawaban yang tidak mungkin dari pria di depannya, Ariel beranjak, melangkah darisana, awalnya memang tidak ada pencegahan. Namun saat mendekati pintu utama, teriak pria itu sukses menghentikan langkahnya, memancing beberapa pria dengan setelan jas mencegahnya dari luar.

" Stop!! "

Ariel membalikkan tubuhnya, menatap Bara dari kejauhan. Dia sangat kesal, apa urusannya masih berada disini. Dan apa yang pria itu inginkan darinya.

Bara berjalan menghampiri Ariel. Memberikan kode lewat tangannya, menyuruh para ajudannya pergi. Ariel menatap para pria itu pergi, tanpa pikir panjang berlari keluar dari sana. Bara melihat gerakan cepat gadis itu, berlari menyusul.

Ariel berlari sekencang mungkin, menjauhi mansion mewah itu. Kakinya semakin kebas saat dirasa sudah jauh, namun ada satu hal yang masih membuatnya tetap berlari. Saat menoleh, dilihatnya Bara mengejarnya tanpa henti.

" Ahhh, ahh capek " Ariel memeriksa ke belakang, tidak ada penampakan Bara, sepertinya pria itu tidak mengejarnya lagi.

Selanjutnya dia hanya harus berjalan, namun belum sempat selangkah, seseorang menarik lengan Ariel. Ariel terhuyung ke dada seseorang, mendongakkan kepalanya.

" Aku tidak mengizinkanmu pergi "

Air mata gadis itu menetes deras, bukan hanya satu alasan dia ingin pergi. Ada janji yang harus ia tepati, namun karena satu kejadian, membuatnya tetap berada bersama seseorang yang bahkan ia tidak mengenalnya. Ariel menangis, cengkraman di lengannya cukup membuat rasa sakit di hatinya semakin menggebu.

" Stop " ucap Bara, melihat seorang wanita menangis tidak pernah membuatnya goyah. Dia hanya ingin Ariel ada di dekatnya, gadis itu memberikan perasaan pada hatinya yang mati.

" Stop " Bara menatapnya sangat teduh " aku bilang berhenti menangis "

Keduanya saling melempar pandangan. Ariel masih tersengal, dan Bara yang menatapnya tenang penuh arti.

" Aku ingin pergi, kumohon "

"  Tidak "

" Aku harus kerja, aku tidak kenal siapa tuan? "

Bara masih menatapnya lekat, sedang Ariel melempar pandangan ke arah lain, sudah lelah menghadapi pria di depannya ini. Sebenarnya apa yang dia inginkan?

" Aku akan mengantarmu " ucap Bara ditengah keheningan.

Ariel menatap wajah pria itu lagi, menatapnya bingung. " Aku tidak mau berurusan denganmu lagi "

Ucapannya membuat Bara menarik tubuhnya lebih dekat, Ariel meringis.

" Aku tidak mengizinkan "

" Aku tidak meminta izin "

Nyalang sorot dari kedua mata Bara mewakilkan rasa tidak suka dengan ucapan Ariel. Gadis itu berani menentangnya.

" Ikut aku " seret Bara, menarik lengan Ariel cukup kuat. Gadis itu tergopoh mengikuti langkah Bara.

💌


Sebuah gedung tinggi menjulang tinggi di hadapan Ariel dan Bara. Pria itu tidak mencengkram lengannya lagi, tapi beralih menangkup pinggangnya intim, seperti sepasang kekasih. Ariel yang risih beberapa kali melepas tangan Bara namun tidak berhasil.

" Tuan tahu darimana saya bekerja di sini? " Ariel menatapnya.

Bara menoleh, menampilkan senyuman miring yang membuat tubuh Ariel merinding hebat.

Beberapa ajudan berdiri setia di belakang mereka. Gadis itu sekilas melirik ke arah mereka.

" Ini milikku " ucap Bara mengalihkan pandangannya ke depan.

" Hah? " Ariel membelalak, jadi selama ini dia bermalam di rumah bos dari bosnya.

Bara menggandeng tangan Ariel, mereka berjalan ke dalam gedung tinggi itu. Bara berjalan penuh pesona, sedangkan Ariel menundukkan wajahnya hingga ke dasar, merasakan beberapa aura permusuhan padanya.

Semua orang terkejut bukan main, melihat cepat mereka menggandeng seorang gadis masuk ke dalam kantor. Beberapa karyawan wanita mendecak kesal, ditujukan pada Ariel.

Bara kembali menaruh tangannya di pinggang gadis itu, menariknya mendekat saat keduanya berada di dalam lift, bersama beberapa karyawan. Bara mengelus perut Ariel penuh afeksi, memberikan respon geli yang dipendam dari gadis itu.

Ariel menarik ujung jas Bara, merasakan geli di perutnya, tangan pria itu mengusap dan sesekali menggelitik di dekat bagian intimnya.

Mereka berdiri paling belakang, karena tujuan Bara yang menginginkannya.




Istri Kecil PembangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang