SD - 5

3K 34 0
                                    

Ariel masih memikirkan bagaimana ia bisa pergi dari Bara. Matanya menelaah setiap celah di dalam ruangan Bara, sembari pria itu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak memperhatikannya.

" oh god, aku ingin pergi hari ini juga " pandangannya kini tertuju pada celah pintu ruangan kecil di sebelah pintu utama. Seperti ruangan darurat, sepertinya itu menghubungkan ke tangga atau ruangan yang bisa membawanya keluar.

Ariel mencoba berdiri, namun saat hendak melangkah, Bara melihatnya, bertanya kemana ia akan pergi. Ariel sedikit meremas bajunya karena gugup, namun berusaha tenang agar Bara tidak curiga.

" Aku ingin ke toilet " ucap Ariel melanjutkan langkahnya. Perlahan, arah toilet berlawanan, bagaimana ia akan pergi ke arah pintu itu.

Matanya sesekali melihat ke arah Bara, pria itu sibuk. Ariel dengan sigap membuka pintu dan berhambur keluar. Segera Bara dibuat terkejut karena dentuman keras pintu yang ditutup dari luar.

" Ariel!! Fuck!! " Bara beranjak cepat, menyusul gadis itu yang melarikan diri. Namun saat membuka pintu, jejak Ariel tidak ada disana. Gadis itu pergi, dan meninggalkan amarah yang menggebu di dada Bara saat ini.

Bara mengeluarkan handphone, menghubungi beberapa ajudan di lantai bawah, karena hanya itu pintu keluar dari gedung ini. Sayang seribu sayang, ia kehilangan Ariel.


" kkhahh hahh, capek " nafasnya terengah-engah, Ariel berlutut sambil memegangi dada. Pandangannya hampir kabur karena tidak kuat berlari lagi.

Dirinya masih di Spanyol, dia ingin pergi dari sana, berlari sejauh apapun. Bara akan menemukannya bukan. Matanya menangkap sebuah telepon umum di seberang jalan, berusaha berjalan meski masih terengah.

Memasukkan uang koin yang kebetulan ada di saku celananya, gadis itu menekan beberapa angka. Itu nomor Mamanya.

Bunyi bip menandakan panggilan tersambung, ia mulai bernafas lega.

" Hai Ma "

Suara berisik dari seberang telepon, " Hai sayang, kamu dimana? "

" Aku masih di Spanyol, Ma "

" Are you okay? "

Dalam hatinya mengatakan tidak, namun wanita itu pasti akan khawatir jika Ariel berterus-terang. " Yeah, disini sangat panas "

" Haha, kau yang memilih negara itu sayang, cobalah untuk cepat pulang "

" Yeah, aku ingin pulang dengan cepat "

" Ariel? "

" Ya Ma "

" kamu benar baik-baik saja? "

" Iya Mama, Ariel oke " dengan nada sedikit dinyaringkan seperti anak kecil, Ariel berusaha tegar untuk Mamanya.

" Mama tunggu kamu pulang "

" Thank you, muaacchh " sebuah ciuman jauh, perpisahan di telepon kali ini mengharukan bagi Ariel. Pasalnya semua kebohongan yang ia ucapkan tentang keadaan disini, membuatnya marah bercampur sedih.

Kali ini Ariel menelepon lagi, mengulangi proses dari memasukkan koin hingga menunggu telepon tersambung.

" Halo "

" Who? "

" Ini Ariel, Cru " Kali ini ia menghubungi sahabatnya di Spanyol, belum sempat bertemu sejak pertama kali berada di sini.

" Ariel, kamu datang ke Spanyol bukan? "

" Yeah "

" Kenapa tidak datang ke rumahku? "

" kamu bisa jemput aku nggak Cru? "

" Kamu dimana beib? "

" Aku di belakang gedung kantorku "

" Aaaa, perusahaan cabangmu di Spanyol? "

" Yeah "

" wait, aku akan cepat "

" okey " Ariel berusaha tenang, menaruh telepon umum. Dan berjalan mencari tempat untuk sembunyi. Obsesi Bara menakutkan, dia membuat Ariel ingin bunuh diri jika akan tertangkap lagi olehnya.

Ketukan sepatu dan deritan dari kuku yang sedang menggaruk kursi taman, tubuhnya tidak bisa tenang selagi menunggu seseorang datang. Sesekali menggigit pada kuku cantiknya, memandangi setiap sudut hanya untuk memastikan keamanannya sendiri.

Sentuhan tangan di bahunya, berhasil membuat Ariel tersentak sembari menoleh cepat.

" Ariel? " Cruela, menyambar Ariel dengan sebuah pelukan hangat. " Are you okey beib? "

" No " penampilan Ariel yang membuat pertanyaan itu muncul dari mulut Cru, gadis itu urakan, seperti tidak terurus, bahkan eirliner di matanya merembes ke pipi, seperti hantu.

Cru menuntun Ariel menuju mobilnya, segera membawa gadis itu untuk dibersihkan. Sahabatnya terlihat mengkhawatirkan.

" Cari dimanapun!! " Sentak Bara, suaranya lantang sampai terdengar keluar. Beberapa pria dengan setelan jas hitam berdiri kikuk di dalam ruangannya. Bukan hanya mereka, seluruh karyawan terlihat gugup, penasaran apa yang membuat bos mereka marah besar seperti itu.

" Bos, sudah kami temukan " salah satu pria masuk terburu-buru, menyodorkan handphonenya ke arah Bara yang sedang berkacak pinggang dengan nyalang mata yang siap membunuh siapapun.

" Kalian ikut Gayatri mengurus pekerjaan disini, aku akan pergi sendiri " ucap Bara, sambil melonggarkan dasi, pria itu berjalan keluar dengan lantang. Tatapannya lurus ke depan dengan sorot tajam.

Bara segera melajukan mobil pribadinya, jarang digunakan, hanya sesekali. Kali ini ia kembali mengemudi secara pribadi hanya untuk bertemu seseorang. Amarah Bara masih saja berada di puncak. Namun sayangnya itu seolah hilang karena mengetahui keberadaan Ariel.

Istri Kecil PembangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang