SD - 7

4.1K 67 12
                                        

Tiba di Indonesia. Bara punya banyak koneksi, apalagi di Indonesia, tempat ia dan adik-adiknya dilahirkan. Sebelum pergi ke rumah Ariel, pria itu menghubungi beberapa ajudan di negara tersebut, menyuruh mereka memberikan keamanan ketat di sekitar rumah Ariel.

Sedangkan Ariel bergelut dengan pikirannya sendiri. Melihat lagi ke arah jarinya, kepalanya berdenyut. Ia belum menjawab Bara, namun pria itu bersikap sarkas dan tidak membiarkan Ariel pergi begitu saja. Andai sahabatnya tahu, pria ini sampai mengikutinya ke rumah.

" Ariel "

" Hah? "

" Ayo "

" Ke, mana? "

" Kau mau pulang sayang " Bara mendekat, menarik pinggangnya lebih intim. Ariel berjengit dengan sikapnya. Mencoba melawan tidak akan menghasilkan apapun.

" Barang-barangku "

" Mereka akan membawanya " ucap Bara.

Raut wajah Ariel berubah semelas mungkin. Mengharap pertolongan melalui udara. Mereka pergi meninggalkan Bandara menuju Bandung, tempat Ariel dan Ibunya tinggal. Hanya mereka berdua.



✐✎


Maya, mama Ariel. Mengintip di balik gorden menuju halaman rumahnya. Matanya tercengang melihat mobil mewah terparkir di depan. Berpikir lagi apa Ariel membeli mobil mewah itu, namun seingatnya, putrinya belum menyelesaikan pekerjaan di sana.

Keluar dua orang dari mobil, salah satunya adalah putrinya. Terkejut dan segera berjalan membuka pintu, Maya tergopoh penasaran.

" Ariel! " Sapanya penuh senyuman, menatap pria tampan di sisi putrinya, membuat mata Maya melihat teliti. Selepas Ariel berada di depannya, segera wanita itu menarik tangan putrinya, " pacar kamu? " berbisik pelan di telinga putrinya.

Ariel menatap Bara, kemudian Mamanya.

" Dia,, " ia bingung. Masa depannya masih sangat panjang untuk mencari pria yang lebih lembut dan baik melebihi pria di depannya saat ini.

" Calon suami Ariel " Bara menyerobot tangan Maya, menyalami wanita itu sopan. Sedangkan Ariel, menghembuskan nafas berat sembari memutar mata malas.

" oh, siapa namanya Riel? " tanya Maya berusaha tersenyum namun kikuk, karena merasa putrinya tidak menunjukkan ekspresi bahagia sedikitpun.

" Aku mau masuk " ujar Ariel, badannya sudah sangat lengket, gadis itu lebih dulu pergi meninggalkan Maya yang kikuk dan Bara yang bersikap sopan di luar.

" Ayo masuk nak, itu pengawalnya bisa duduk di paviliun samping atau ikut masuk saja " rumah Ariel sangat luas. Halamannya saja bisa menampung sepuluh mobil, namun itu hanya perhiasan luar mereka. Maya dan Ariel berusaha bekerja untuk mempertahankan kehidupan mereka.

Bara memberi kode pada para ajudannya untuk pergi, dengan kibasan tangan semua pria di belakangnya berlalu pergi.



✐✎


Di dalam, Bara tidak mendapati Ariel, pikirannya berkecamuk takut gadis itu pergi lagi. Mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, dilihatnya salah satu pintu dengan warna biru terang mencolok dari seluruh pintu di rumah ini.

" Tante, kamar Ariel sebelah mana? "

"Ah, itu nak " tunjuk Maya tepat pada dugaannya. Senyum Bara seketika merekah, dengan langkah pasti berjalan ke arah ruangan itu, Maya yang melihat pria itu pergi, ia ikut pergi namun bukan ke kamar Ariel, melainkan ke dapur menyiapkan makanan untuk calon menantunya.

Bara tidak mengetok pintu, langsung melenggang masuk tanpa dosa ke dalam kamar dan berhasil membuat Ariel di dalam terkejut.

" Ngapain? "

" Tidur " jawab Bara enteng.

" Kan ada kamar lain " ketus Ariel, tidak menoleh sedikitpun. Gadis itu berbaring miring membelakangi pintu. Ia tidak tahu pria di belakangnya menyusul tidur di sisinya, melepas sepatu dan membuka beberapa kancing atas lalu berbaring.

" Kelu-- " ucapannya tercekat saat tubuhnya berbalik, namun yang ia dapati adalah tubuh kekar tepat berada di sebelahnya.

" Kenapa tidur disini sih!? Hufft! " Marah Ariel, ia membelakangi lagi. Tangisannya hampir pecah karena sikap Bara yang seenaknya saja.

" Ini kamarku juga " ucap Bara, matanya terpejam, merasakan kemarahan dari Ariel membuatnya harus mengalah, hanya sampai mereka menikah. " Saya minta maaf "

" Nggak usah "

" Ariel "

Tidak ada sahutan, menunggu dua menit masih saja tidak ada pergerakan dari gadis itu. Bara sedikit mengangkat badannya, mengintip di wajah Ariel.

Oh god dia tertidur

Bara menggulingkan tubuh gadis itu, menariknya ke dalam dekapan hangat tubuh kekarnya. Ia hanya takut Ariel pergi lagi, entah perasaan apa yang mendorongnya tidak ingin kehilangan gadis ini. Bibirnya mengecup hangat pada lembab bibir Ariel yang tertidur pulas, mengelus lengan terbuka Ariel, merambah pada bagian pinggul gadis itu, meremas kuat disana, gadis itu mengerang namun masih terpejam.

Bara merasa dirinya sangat jail pada Ariel, membuat gadis ini terus merasa ketakutan.

" Aku janji kamu akan mencintaiku " mengecup kening Ariel lama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Kecil PembangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang