Bara berkacak pinggang, sedaritadi hanya berjalan mondar-mandir di dalam ruangannya sembari menunggu Ariel bangun. Hampir setengah jam, dan apakah gadis itu mati? Persetan dengan pikirannya.
Ariel mulai membuka matanya setelah hampir menahan gejolak untuk bangun. Gadis itu sudah bangun, tapi harapannya untuk dibawah keluar hanyalah mimpi.
Bara menyadari, langsung berjalan dan menyambar gadis itu dengan tatapan penuh tanya. Ariel gelagapan, memundurkan posisi badannya.
" Why? " Bara frustasi, ia pikir gadis itu benar-benar.
Ariel menautkan alis, bangun bukannya melihat dunia luar, namun masih saja melihat wajah menyeramkan di depannya saat ini.
" Bos, eh, tuan, saya ingin pergi dari sini "
Bara mengatupkan bibir, bukan itu yang ia harapkan dari gadis ini. Namun bukan Bara jika menyetujui permintaannya.
" No "
" Tapi, saya tidak kenal anda "
" I said no!! " Suara lantang Bara yang menggema, membuat Ariel sontak mencengkram sofa yang ia tiduri.
Ia berusaha bangun, sempat dibantu oleh Bara namun ditepis Ariel kasar.
" Saya tidak tahu siapa anda, and ya, jika ini kesalahan saya yang salah pesawat, saya tidak mencuri atau merusak apapun disana! " Ariel sungguh ingin pergi, rasanya sudah dua hari ia berada di sekitar Bara dan itu memekakkan.
Bara menatapnya tajam, lalu berbalik membelakangi Ariel. Benteng pertahanannya hampir rubuh, melihat sorot mata Ariel yang teduh.
" Aku, aku hanya gadis biasa-- " Ariel mencoba berpikir sesuatu, " apa anda mau menjual saya? " Dilihat dari banyaknya ajudan dan kekayaan Bara yang mengelilinginya.
" No! Itu mustahil " jawab Bara, masih membelakangi.
Ariel menatap punggung lebar pria itu. Menghela napas berat, selanjutnya mencoba berdiri, berjalan mendekati Bara.
" Look at me " ucap Ariel, " anda ingin menikahi saya bukan? " Ariel mengingatnya. Dia hanya pingsan, bukan amnesia.
Bara menatap lurus, tatapannya berbinar namun masih saja tajam. Ia berbalik, menuruti permintaan gadis itu. Tatapan mereka bertemu, saling mengamati.
" Apa yang anda suka dari saya? " Ariel mencoba tidak gugup, wajah Bara sangat tampan, meski kasar namun pria itu memiliki wajah bak dewa, ia menelan salivanya, menutupi kegugupan yang menggebu.
" Everything "
" Aaaa, anda jatuh cinta pandangan pertama tuan? "
Bara mencengkram kedua pipi Ariel dengan tangan kanannya. Cukup membuat gadis itu terkejut sembari berusaha melepas tangan Bara dari wajahnya.
" Saya tidak bercanda "
" Apa saya terlihat bercanda tuan? "
Tidak ada jawaban, sebuah sambaran bibir mendarat tepat di bibir Ariel yang sengaja dimajukan oleh tangan Bara. Pria itu menciumnya, melumat hebat disana.
Ariel yang gelagapan mendorong tubuh Bara untuk menjauh, namun bukan menjauh malah semakin mengeratkan pinggang Ariel. Tangannya memegang pinggul gadis itu, meremas hebat disana. Lidahnya menyapu deretan gigi Ariel, menukar lidah seolah lapar. Terus memagut, melumatnya habis.
Tangan Bara terus bergerak, meremas pinggul Ariel dan merambat pada area payudara gadis itu. Sontak pergerakannya membuat Ariel mendesah hebat, meski melawan, Bara tidak bisa disingkirkan.
" Aahh, kau menggigitku " yap, itu perlawanan Ariel. Namun tetap saja tidak berhasil, hanya jeda beberapa detik, pria itu kembali melumatnya. Memeluknya semakin intim.
" Emmcchhhh "
" emngngngg, ahh, ahhh " Ariel kehabisan napas, tangan Bara masih meremas payudaranya. Meski ciuman mereka terlepas. Pria itu kini mulai mencium ke tengkuknya, merambat turun meninggalkan banyak jejak merah disana. Tubuh Ariel semakin terdorong ke belakang. Bara yang sedang digempur nafsu yang menggila, masih saja menciumi tubuh Ariel. Hingga sampai di dada gadis itu, sesekali menjilat dengan lidahnya.
" Ahhhh!! Stop, enough " ucap Ariel sambil menahan desahannya. Gadis itu membekap mulutnya dengan tangannya, menahan gejolak yang disebabkan oleh Bara. Tubuhnya panas.
Bara melumat kulit Ariel, turun dan terus hingga di payudara gadis itu. Saat itu juga Ariel mendorong tubuh Bara cukup kuat.
" Stop!! " Pandangannya kosong, menatap nanar ke arah Bara. Ariel bukan gadis yang sering melakukan hal itu, ini pertama kali dalam hidupnya. Bahkan berciuman, ini pertama kalinya.
" hiks, hiks " gadis itu menangis, kakinya lemas hingga kini terhuyung ke lantai.
" Ariel, sorry, saya sangat menyesal " ucap Bara ikut berlutut, di depan gadis itu. Benar kali ini jika Bara telah hilang kendali atas dirinya. Bara menggenggam tangan Ariel, namun gadis itu hanya menunduk dan merengek disana. Berinisiatif agar Ariel tenang, Bara maju, memeluk Ariel seperti seorang ayah pada putrinya.
" Maafkan saya " ucapnya memeluk Ariel, mengusap rambutnya lembut, Bara yang temperamen, oh god dimana julukan itu saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Pembangkang
Romance𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚔𝚎𝚝𝚎𝚕𝚎𝚍𝚘𝚛𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊, 𝙰𝚛𝚒𝚎𝚕 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚎𝚋𝚊𝚔 𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚙𝚎𝚜𝚊𝚠𝚊𝚝 𝚙𝚛𝚒𝚋𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐. 𝚃𝚞𝚓𝚞𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎 𝚂𝚙𝚊𝚗𝚢𝚘𝚕, 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚖𝚒𝚖𝚙𝚒 𝚋𝚞𝚛𝚞𝚔 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝙰𝚛𝚒𝚎𝚕, 𝚍𝚒𝚙𝚎𝚛𝚝...