Typo tolong tandai!
•••
Tok.. tok.. tok..
Hyeri mengetuk pintu di hadapannya. Sudah hampir sepuluh menit perempuan itu berdiri di sana tapi penghuninya tak kunjung membukakan pintu. Hyeri mulai dilanda rasa khawatir lantas mengetuk pintu tersebut semakin keras.
Sayup-sayup Hyeri mendengar derap langkah kaki seseorang dari dalam mendekat ke arah pintu. Hyeri menempelkan telinga kirinya ke kusen pintu untuk mendengar lebih jelas suara dari dalam.
Klek!
Pintu terbuka. Menampakkan sosok Jia dengan penampilan yang berantakan. Tidak terurus. Matanya cekung dengan lingkar hitam yang cukup lebar, rambutnya kusut seolah sudah lama tidak disisir. Wajah dan bibirnya bahkan terlihat pucat.
Jia mengenakan kaos longgar berwarna biru lengan panjang yang dipadukan dengan celana training merah selutut. Sepasang kaos kaki membungkus kakinya hingga ke betis. Terkesan asal-asalan.
"Hyeri?" Jia memaksakan senyumnya.
"Jia?! Kau baik-baik saja?" Tanya Hyeri dengan nada cemas yang kentara. Bola matanya bergulir menelisik penampilan Jia dari kepala hingga turun ke kaki.
"Ha? Aku baik. Ada apa?" Jia bertahan di kusen pintu yang terbuka setengah. Tak berniat mempersilakan Hyeri masuk.
"Aku hanya merasa khawatir karena dua hari ini tidak pernah melihatmu. Kau juga tidak masuk kerja. Kau ada masalah?" Tutur Hyeri menyuarakan isi pikirannya.
"Oh? Aku.. aku hanya kurang enak badan." Jia masih berusaha untuk tersenyum. Semoga tidak terlihat dibuat-buat.
"Kau sakit? Perlu ku antar ke dokter? Kau terlihat pucat." Hyeri menawarkan diri.
Meski mereka baru kenal sekitar dua bulan saat Jia mulai bekerja di club. Namun, Hyeri senang bisa mengenal sosok Jia. Gadis dengan pembawaan yang cukup tenang, apa adanya dan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Hyeri suka bergaul dengannya.
"Tidak usah. Aku hanya perlu istirahat. Dan aku juga sudah minum obat." Jia jelas berbohong. Tidak berkeinginan mengatakan apa yang sebenarnya telah menimpa dirinya.
Setelah kejadian dua malam yang lalu, Jia tidak pernah sekalipun keluar dari apartemen miliknya yang lebih pantas disebut rumah susun. Tidak ada elevator di sana. Gadis itu mengurung diri dan lebih banyak menghabiskan waktunya duduk termenung, memutar ulang semua adegan di dalam kepalanya mengenai apa saja yang terjadi antara dirinya dan Won hingga membuatnya sesak napas sendiri lantas kembali menumpahkan air mata.
"Baiklah." Hyeri merasa sedikit lega mendengar perkataan Jia. "Tapi, kalau kau butuh sesuatu kau tahu dimana harus mencari ku 'kan?" Hyeri tersenyum kecil. Tangannya terulur untuk mengusap pelan bahu kanan Jia.
"Ya. Terimakasih sebelumnya. Aku mau kembali istirahat. Aku masuk dulu." Jia segera menutup pintu membuat Hyeri sedikit tersentak tapi setelahnya, gadis itu segera beranjak dari posisinya.
Tubuh Jia melorot ke lantai bersamaan dengan langkah kaki Hyeri yang perlahan menjauh. Dadanya berdenyut sakit dengan perasaan sesak yang menyertai.
"Mengapa harus seperti ini?" Jia terisak dalam kesendirian. Gadis itu duduk meringkuk bersandar pada kusen pintu.
Cukup lama Jia meratap hingga suara getaran dari ponselnya tiba-tiba terdengar membuat gadis itu tersadar lalu segera meraih ponselnya. Sebuah pesan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gangster [OH SEHUN]
RandomDARK ROMANCE [ON GOING] WARNING 21++ FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BALAS KARYA INI DENGAN CARA MENINGGALKAN VOTE DAN KOMENTAR DI SETIAP PART-NYA!! MUDAH KAN? MENGANDUNG UNSUR SEKS, KEKERASAN DAN KATA-KATA KASAR!! TIDAK SUKA, SILAKAN MUNDUR SECARA TERATUR...