Jia pernah mengatakan kalau tidak akan dan tidak sudi menginjakkan kakinya di apartemen Won setelah peristiwa menyakitkan yang dia alami bersama Won malam itu. Namun, pada akhirnya di sanalah Jia berada. Di depan pintu apartemen Won. Sementara sang pemilik terlihat sedang menekan tombol password pintu apartemennya.
"Masuklah!" Kata Won mempersilakan begitu pintu apartemennya terbuka lebar.
Jia menghela napas panjang seraya menatap nanar ruangan yang membentang di hadapannya. Masih belum sepenuhnya percaya kalau dirinya harus tinggal di apartemen itu dan hanya berdua dengan Won. Walau bagaimanapun, tempat itu merupakan saksi bisu dari awal mula kehidupan Jia menjadi hancur berantakan. Hingga memaksanya melepaskan mimpinya untuk melanjutkan kuliah. Terlebih lagi, sekarang Jia sedang hamil.
Setelah pengakuan Won pada Minho yang mengatakan bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab atas kehamilan Jia, Minho dengan terang-terangan meminta Won pergi dan melarangnya untuk menemui dirinya sampai batas waktu yang belum diketahui. Dengan sangat terpaksa Won menyanggupi keinginan Minho.
Won pergi membawa serta Jia. Saat pertengkarannya bersama Minho berakhir, Won meminta Jia untuk mengemas semua pakaian miliknya dan beberapa barang lainnya. Semuanya ditempatkan dalam satu koper besar dan sebuah tas punggung.
"Jia?" Suara Won memanggil.
Jia menolehkan kepalanya ke samping tanpa bersuara. Menatap Won yang seolah ingin tersenyum tapi ditahan. Kemudian berjalan sambil menggeret koper miliknya hingga membawanya berdiri di samping sofa yang berhadapan langsung dengan televisi. Sekilas Jia kembali mengingat saat pertama kali dirinya menginjakkan kaki di tempat itu.
"Wo-n?" Panggil Jia ragu-ragu.
Won yang berdiri tak jauh darinya segera mendekat. "Ada apa?" Tanyanya.
"Aku mau istirahat." Jia menyahut pelan.
"Ah, maaf. Aku melupakan hal itu." Won mengambil alih koper milik Jia untuk membawanya ke kamar yang akan Jia tempati. "Ayo, ikut aku!" Ajak Won kemudian.
Won sudah melangkah lebih dulu dan membawa serta koper milik Jia. Sedangkan Jia mengikutinya dari belakang. Mereka berhenti di depan sebuah pintu kamar yang terletak tepat di samping kamar milik Won.
"Mulai sekarang kamar ini menjadi milikmu." Ucap Won dengan tangan yang membuka pintu kamar tersebut. Apartemen Won memang memiliki dua fasilitas kamar tidur.
"Koperku, tolong." Won segera mengembalikan koper tersebut ke tangan Jia. Sejurus kemudian, Jia melangkah masuk ke dalam kamar yang baru saja resmi menjadi miliknya. "Boleh aku tutup pintunya?" Tanya Jia berusaha bersikap sopan.
"Ya. Tapi, tunggu dulu!" Sebelah tangan Won terangkat untuk menahan pintu.
"Ada apa?"
"Kalau kau butuh sesuatu, jangan sungkan untuk mengatakannya padaku. Dan, buat dirimu senyaman mungkin. Mengerti?"
"Mm.. ya." Jia mengangguk paham.
"Baiklah. Kau boleh beristirahat sekarang." Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Won segera beranjak menuju ke kamar miliknya.
Baru saja Won merebahkan tubuhnya di atas ranjang, dirinya tiba-tiba teringat sesuatu. Won segera bangun dan keluar kamar. Berjalan menuju ke arah dapur untuk memeriksa isi kulkas.
Won langsung membuka kulkas dan mendapati keadaan di dalam sana kosong. Tidak ada satupun bahan makanan yang bisa diolah atau dimasak. Hanya ada beberapa botol dan kaleng minuman beralkohol. Buah jeruk saja tersisa hanya satu buah.
"Apa yang harus Jia makan? Sebentar lagi waktu makan siang. Atau delivery saja? Tapi, menunya apa?" Won sibuk berbicara sendiri hingga tidak menyadari kehadiran Jia di belakangnya. "Hmmm..." Won menggaruk asal pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Gangster [OH SEHUN]
RandomDARK ROMANCE [ON GOING] WARNING 21++ FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BALAS KARYA INI DENGAN CARA MENINGGALKAN VOTE DAN KOMENTAR DI SETIAP PART-NYA!! MUDAH KAN? MENGANDUNG UNSUR SEKS, KEKERASAN DAN KATA-KATA KASAR!! TIDAK SUKA, SILAKAN MUNDUR SECARA TERATUR...