"Nngg... Nnnggg-!", Bryan menggeliat setiap rasa nikmat datang menyerang saraf perasanya. Matanya berair, rasa nikmat yang tidak terlepaskan membuatnya sengsara hingga tubuhnya terus bergerak mengikuti tempo Morgan.
Bagaimana rasanya?
Sengatan listrik yang menggumpal di sekujur tubuh, semakin lama semakin terasa, dan saat dimana rasa tersebut semakin tebal, saat itu juga akan terlepas dari kenikmatan dan mengeluarkan cairan semen.
Tapi, kalau di tahan, maka rasa lepas itu yang tidak terasa, melainkan rasa nikmat yang tebal itu terasa terus, seperti berada di dalam kolam air hangat yang nyaman.
Kenikmatannya seperti di pancing, tapi tidak tercapaikan, seolah menduduki keledai sambil memberikan pancingan makanan agar kedelai itu bergerak maju.
"Aaah!! Ngghnggg-!!!!"
Sesekali Morgan mengelus kepala penis dengan cepat, membuat Bryan bergidik kuat serta pinggangnya yang naik semakin tinggi.
"Mm...", Morgan menghela nafas dan mengerang pelan saat melihat reaksi Bryan yang sengsara akan kenikmatan yang belum terpuaskan. Ia bertanya-tanya mengapa Bryan sangat menawan saat ini. Wajahnya yang basah, serta panggilan indahnya yang memancing nafsu seseorang, membuat dirinya ingin terus menjahilinya. Morgan betapa inginnya membuat wajah itu menangis dan minta tolong dirinya untuk di beri pengampunan.
"Master... Master...! Mau cum..! Nngg... Nnggg!!", Bryan mengerang sambil menggeliat saat merasakan sengatan yang cukup kuat dari kepala penisnya.
Ia sadar kalau kepala penisnya di perlakukan seperti ini terus, ia akan klimaks.
"Aaaa... Aaaaa!!!", Bryan mendongak sambil menggerakkan pinggangnya ke atas kebawah. Ia sudah tidak tahan ingin merasakan rasa nikmat yang sudah ia tunggu sedari tadi.
Morgan mengetahui gerakan Bryan yang nafsu akan kenikmatan, seketika ia berhenti bergerak.
"Nngh...!! Mmm....", Bryan bergidik di sertai dengan desahan kecil.
Morgan memasukan jarinya ke dalam lubang Bryan, di gerakkan perlahan, menulusuri dinding tebal lubang itu untuk menemukan titik nikmat Bryan.
Buntelan kecil di bagian atas dinding merupakan tombol kenikmatan, tanpa di sadari, Morgan sudah menemukannya dalam waktu cepat.
"Aaaah??!!!", Bryan terkejut saat rasa nikmat yang muncul dari bawah sana terasa. Rasa itu seperti berada di dalam perut yang merangsang bagian perut hingga ke seluruh tubuhnya. Rasa ingin mengeluarkan cairan kental itu semakin terasa.
Rasa nikmat seperti ini sudah bukan jendela baru baginya. Ini sama persis seperti yang ia rasakan saat di perlakukan senonoh oleh ayahnya.
Ia tak menyadari jika ingatan itu datang mencarinya, membuat ia menjadi jijik akan dirinya yang nikmat saat di perkosa saat itu.
"Huff-! Hnggh!", Bryan mengatur nafasnya yang mulai sesak saat ingatan itu menyerangnya kembali.
Morgan mendekati Bryan perlahan, mencium bahu, leher, hingga mendekati wajah. Bibir merah mudanya menghampiri bibir Bryan, di kecup dan di cium pelan.
Ia ingin memberitahu Bryan yang kedua kalinya bahwa kini yang ada di hadapannya adalah Dom-nya, Morgan Nehemiah. Bukan ayahnya atau siapapun itu.
Bryan menghela nafas lega saat menyadari rasa hangat dari sisi lain menyebar di bibirnya. Ia menjadi lebih tenang karena teringat bahwa ayahnya tidak akan pernah menciumnya atau memperlakukan dirinya dengan lembut seperti yang ia nikmati sekarang.
Bryan menerima kecupan bibir yang lembut itu, mulutnya terbuka dan lidahnya di ulur keluar, seolah sedang mempersilahkan tamu yang diluar masuk.
Morgan membalas sambutan hangat dari Bryan, ia menjilat lidah Bryan dan memasukkan lidahnya kedalam mulut Bryan. Dii sapa Tuan Rumahnya, di ajak menari bersama di dalam ruang dansa basah dan hangat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dom Editor
General FictionBryan Terrance, seorang penulis terkenal yang di banggakan oleh Nehemiah Publisher di landa Writer Block -- sebuah 'penyakit' yang terjadi di setiap penulis, dimana seorang penulis tidak dapat menulis sebuah cerita, baik tahu jalan cerita atau tidak...