Episode 17 - Kerja Bagus

169 4 0
                                    

"Mmf...! Hhff..!", Bryan masih dalam keadaan yang sama, dengan tubuh mengarah ke kanan, di sertai matanya di beri dasi hitam milik Morgan, agar pandangannya terhalang.

Mulutnya di beri Gag Ball, membuatnya berhenti berbicara untuk sementara waktu.

"Wah~", Morgan tersenyum lebar, di sertai dengan helaan nafas yang membuat kesan menertawakan kondisi Bryan saat ini, "Mereka terlihat senang bermain denganmu, Brai."

Morgan tidak biasanya menunjukan sifat aslinya dalam hubungan Dom-Sub ini. Ia selalu membuat kesan dingin dalam karakternya sebagai Dom. Mungkin karena Sub-nya adalah Bryan, kali ini karakternya menjadi pengecualian.

Sifat asli Morgan dalam Dom adalah sedikit sakit jiwa. Tertawa sinis atau tertawa mengejek, kadang di sertai dengan senyuman lebar, alis yang menekuk, seperti karakter dalam anime jepang yang di sebut dengan yandere.

Sifat sakit jiwa-nya ini terbentuk karena masa lalunya yang cukup kejam, membuatnya mau tak mau menahan emosinya untuk sementara waktu.

Berbeda emosi yang di tahan dengan Bryan, Morgan selalu menyimpan amarah dan bencinya terhadap ibu tirinya itu, dengan senyuman lebar untuk membentuk karakter sebagai anak baik.

Bryan mengernyit, ada apa dengan Morgan, sifatnya berbeda dan kelihatan sakit jiwa. Ia sempat takut pada awalnya, tapi Bryan selalu mengulang sebuah pikiran pada dirinya bahwa Morgan seperti apapun tidak akan menyakiti dirinya, ia harus tahu itu.

Penisnya di ikat, tapi kepala penisnya di beri vibrator kecil, di balut dengan selotip yang tidak merusak kulit. Morgan juga sengaja memaksakan Bryan meneguk sebotol air agar ia memproduksi urin nantinya. Lalu puting kecilnya di jepit dengan tekanan yang sesuai, lubang pantatnya di sumbat dengan alat agar air yang di masukkan ke dalam lubang itu tidak mengalir keluar.

Sesak, tidak nyaman, tapi terasa nikmat. Rasa yang berlawanan itu selalu menyatu saat bermain BDSM.

"Aku jadi iri dengan mainan ini.", suara berat rendah khas lelaki tapi di sertai nada mengejek. Ini merupakan sebuah hal yang jarang terlihat dalam sifat yandere.

Morgan duduk di kursi yang letaknya ada di sebelah kasur, tujuannya agar bisa menikmati wajah yang sudah tertutup sebagian dengan dasi hitamnya itu.

Dada Morgan sesekali memanas saat melihat Bryan kenikmatan atau kesakitan. Rasa senang dan puas yang menyebar di tubuhnya ini menjadi rasa panas yang membuatnya semakin ingin membuat tubuh itu bereaksi di depannya.

"Nngh...! Mmff!!", tubuh yang elok itu sesekali bergemetar saat merasakan rasa nikmat yang menyengat di seluruh tubuhnya. Tangan yang di ikat mulai terasa kebas, akibat aliran darah yang sedikit tersumbat karena ikatan itu.

"Ha..kih..", Bryan mendesah lemas, ia mengucapkan kata sakit tapi tidak terdengar jelas karena Gag Ball yang melarangnya berbicara. Pandangan yang terhalang membuat kesensitifitas indra lain menjadi lebih tinggi, ia sekarang dapat merasakan sakit yang cukup tidak nyaman dan rasa nikmat yang membuatnya gelisah.

Morgan menatap Bryan tanpa bergeming. Ia terkesan tega melihat orang yang di sukainya ini tersiksa di atas kasur lebar itu. Morgan juga tahu, bahwa Bryan menikmati sakit itu untuk sekarang ini.

"Huff..! Mmm!!", Morgan menyalakan vibrator yang barusan ia keluarkan dari kotak perkakas, di letakkan di salah satu puting Bryan yang di jepit. Puting kecil itu kini memerah dan berdiri tegak. Akibat di jepit, sarafnya menjadi sensitif. Bryan sempat menggeliat kaget saat putingnya di beri belaian dari benda bergetar itu.

Butiran keringat yang mengalir dari pelipis dan meresap ke dalam sarung bantal, raut wajah yang tertutup membuat kesan penasaran akan reaksi wajah itu, membuat Morgan menjadi lebih bergairah. Punggung yang di tekuk, kaki yang merapat, tubuh yang bergemetar, hingga tangan yang mengepal, merupakan reaksi yang Morgan inginkan. Reaksi sengsara akan kesakitan tetapi orang yang bersangkutan terasa nikmat dalam saat yang bersamaan. Betapa kasihan dan betapa erotiknya.

Penis yang di ikat itu semakin memerah dan membesar. Sakit, dan sesak, tapi di kepala penis sana terasa enak. Membuat Bryan semakin gelisah akan rasa yang bercampur aduk ini. Apalagi karena ia mulai merasa akan klimaks, tangannya mulai memberontak untuk lepas dari ikatan itu, agar bisa langsung memenuhi keinginan penisnya itu.

"Ups.", Morgan sedikit reflek menjauh saat tubuh Bryan bergerak mencoba lepas dari ikatan, "Ada apa? Ingin di lepas?". Morgan mulai sadar kondisi Bryan, ia tetap sengaja tidak melepas, agar bisa melihat raut wajah yang paling erotik, paling memesona nantinya.

"Nnngg!! Hnng!!", Bryan menggoyangkan pinggangnya kedepan-belakang, berusaha memberi kode kepada Morgan untuk memuaskan penisnya yang sudah siap melepas cairan sperma.

Sudah berapa lama Bryan di biarkan dalam kondisi seperti ini? Dua puluh menit? Tiga puluh? Atau mungkin sudah sejam? Bryan mendesah tak sabar karena ia muak penisnya di beri getaran oleh benda itu dengan getaran tingkat kedua, dan ini berlangsung sudah sejak dari tadi, penisnya sudah tidak sabar.

Morgan tetap tidak bergeming. Jarinya memainkan puting yang masih di jepit itu, sesekali meraba telinganya dan pipinya. Bryan pun tak lupa menggesekkan kepalanya saat tangan Morgan mengelus pipinya, meminta untuk penisnya di puaskan.

"Ah, imutnya.", Morgan membuka ikatan dasi itu, agar Bryan kembali melihat dunia, "Sebegitu inginnya kamu klimaks?"

Bryan mengangguk cepat dengan tatapan sayu karena tubuh yang bergairah itu.

"Baiklah.", Morgan melepas ikatan yang mengikat penis itu. Seketika, Bryan bergidik, ia mencapai klimaks sesaat setelah ikatan itu di lepas.

Morgan sengaja saat sedang klimaks tangannya mengelus penisnya dengan kecepatan tinggi, lalu tak lupa memasukan penisnya ke lubang yang terisi air itu.

Bryan tak tahu harus berkata apa, semua rasa bercampur aduk, ia hanya bisa menikmati semua yang di berikan Morgan.

Penis Morgan mengocok air yang di dalam hingga meluap keluar, terlihat erotik.

"Nnngg??!!!", Bryan kaget saat merasakan penis Morgan membesar. Sudah di sana sesak, penis orang itu membesar, semakin sesak rasanya.

"Maaf Brai, kamu terlalu seksi.", Morgan mengelus perut Bryan, "Tahanlah sebentar ", ucapnya sambil menahan rasa nikmat yang mulai merangsang penis besarnya.

"Mmmffh!!! Hnngg...!!", Bryan mengangguk sekali, tangannya tidak berhenti berontak. Ruangan itu penuh dengan suara benturan antar besi, nafas, suara kasur, desah, dan suara air.

Sudah berlalu lima belas menit, Morgan kali ini langsung mengelus lagi penis Bryan dengan cepat, agar bisa klimaks bersamaan.

"Sebentar lagi... Mm...!", Morgan menekuk punggungnya saat mencapai klimaks, sedangkan Bryan di sertai dengan desahan dan pipis.

"Wah, pemandangan indah.", Morgan mengelus pipi Bryan yang nyawa orangnya sudah setengah sadar, "Tidurlah, nanti aku yang akan membereskan semuanya.",

Sebelum bangkit untuk beres-beres, Morgan memberi kecupan di kening Bryan sambil mengelus kepala, "Kerja bagus, Brai. Kamu telah melakukan yang terbaik."

To be continued...

Dom EditorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang