08. Cigarettes After Cry

22 1 0
                                    







_____














Setelah film selesai, Chaeyoung berdiri, saat hendak berjalan, Jaehyun menahan tangannya, adegan itu tidak lepas dari tangkapan mata Jeno, dia berdecak kesal, kenapa tarik-tarikan tangan gitu segala sih? Dianya juga jadi kesel kan.

Eh bentar, ini pertama kalinya dia merasa cemburu pada seseorang.

Jeno akui dia memang suka bermain hati wanita, tapi kenapa saat bertemu pertama kalinya dengan Chaeyoung, dia merasakan perasaan yang berdebar. "Lepasin tangannya dia," Ujar Jeno lalu diakhiri dengan decakannya.

"Lo kenapa sih daritadi? Sewot mulu perasaan, Chae aja fine-fine aja." Jeno mengumpat dalam hati, Chaeyoung menghela napas kasarnya, mereka kekanak-kanakan dan mudah bertengkar.

Chaeyoung melepaskan tangan Jaehyun dari tangannya pelan lalu tersenyum, "Kalian juga bisa akrab aja kan? Bisa gasi gausah ribut mulu?" Jengah Chaeyoung, Jeno dan Jaehyun terdiam memperhatikan Chaeyoung.

"Gue gabisa ga ribut sama dia," Ujar Jeno dengan tatapan yang dilemparkannya pada Jaehyun, Jaehyun yang mengerti makna kalimat yang dilontarkan Jeno berdecih.

Jaehyun menatap balik Jeno, "Emangnga gua mau akrab sama lo, ogah!" Sanggah Jaehyun, Chaeyoung yang sudah kepalang kesal langsung mengambil tas dan pergi darisana.

Meninggalkan 2 pria yang sadari tadi meributkannya. Terlalu pusing menghadapinya.

"Lo sih!" Lalu Jeno juga pergi menyusul wanita cantik itu, Jaehyun sebenarnya ingin mengejar, namun dering telepon membatalkan niatnya itu.

Jeno mengikuti Chaeyoung di belakang, lalu berjalan cepat hingga sudah berada disamping Chaeyoung. "Jangan marah dong, gue kan jadi pengin cium." Chaeyoung menoleh dan melotot pada Jeno, bisa-bisanya mengatakan itu.

"Lo bisa gaksi gausah bikin orang emosi?" tanya Chaeyoung.

"Enggak, kecuali lo." Chaeyoung menggeram, lelah juga menghadapi Jeno.









_____



























Akhirnya mereka sampai di pemakaman, Jeno berdiri di samping Chaeyoung, wanita itu sedang berdoa untuk kedua orang tuanya, Jeno hanya mengikuti saja, menutup mata dan menyatukan tangannya, lalu sedetik kemudian dia membuka mata, melihat Chaeyoung menjatuhkan air mata dari matanya yang indah itu.

Jeno menutup matanya lagi, selanjutnya terdengar isakan lirih dari Chaeyoung, benar saja saat dia membuka mata, Chaeyoung sedang terisak. Jeno paham bagaimana Chaeyoung menahannya selama ini, biarkan dia melepaskan beban di matanya.

Chaeyoung selesai berdoa, dia duduk disamping makam Ayahnya, sedangkan Jeno disamping makam Bundanya, jadi sekarang mereka berhadapan. Terlihat Chaeyoung sedang mengelus nisan Ayahnya, "Ayah hari ini ulang tahun, pasti diatas udah ngerayain sama Bunda ya?"

"Kenalin ini Jeno, temenku."

"Orangnya nyebelin tau," Ujar Chaeyoung. Jeno tidak marah, tidak kesal, dan merasa terima-terima saja. Jeno sangat tahu perasaan Chaeyoung sekarang.

Jeno yang peka memberikan sapu tangan pada Chaeyoung, lalu berdiri. "Usap air mata lu pake itu, bunda sama ayah lu ga bakal suka liat anak perempuannya nangis." Chaeyoung terdiam sampai Jeno pergi menjauh darinya.

Seperti memberi ruang untuknya menangis dengan puas, tapi kalau begini Chaeyoung merasa hatinya menghangat, rasa sedihnya sedikit tergantikan dengan perasaan tenang, Jeno sangat peka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

nobody's homeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang