finish

0 0 0
                                    

Tak ada lagi bangku dan tali rafia yang mengikat lapangan, tak ada lagi dua pasukan penghuni lapangan atas, tak ada lagi suara danton yang menyebar satu sekolah, tak ada lagi makan bersama, tidur di lapangan bersama, tak ada lagi kata-kata tamparan dari kakak pelatih, tak ada lagi dispen yang hampir setengah bulan.

Semuanya selesai, setelah kemenangan yang di raih seminggu yang lalu kehidupan ku berubah total.Sekarang, aku lebih fokus mengejar Pr yang menumpuk serta lebih sering bermain dengan anak kelas.Jika aku bisa memilih, lebih baik aku bergabung dengan anak paskib dibandingkan anak kelas yang isi nya hanya bermuka dua.

Icha paskib 12:
Nanti pulang sekolah
dtg latian ngibar.

Anda:
Yang ngibar siapa?buat hari Senin?
Anak-anak pengibaran

Icha paskib 12:
Anak-anak pengibaran lomba
disuruh tampil pas upacara.

Hari Jumat selalu identik dengan latihan pengibaran, ntah berapa puluh kali Jumat aku selalu ada urusan Paskib.

Mapel terakhir selesai, aku keluar kelas seraya menelpon Icha untuk ke lapangan bersama.

"Dih, kenapa muka lo kusut gitu?"
Aku bertanya bersamaan dengan Icha keluar dari pintu kelas.

"Nggak mood."

Singkat, padat, jelas.

Aku hanya ber oh ria seraya berjalan kearah lapangan kemudian Vivi datang dari ujung lapangan lengkap dengan baju Pdl dan jilbab coklat.

"Ish, kenapa ngibar nya harus make anak lomba sih!males banget gue latian!"

"Udah sih, nggak apa-apa yang penting juara 1 se-provinsi hahaha."
Aku tau rasanya latihan di siang terik begini, belang dan panu ku saja belum hilang sampai sekarang.

"Yang cowok-cowok jumatan sana!"
Itu bukan perintah dari Icha, melainkan usiran yang membuat kami di kelas tertawa.

Aku, Icha, Ara, Vivi duduk di depan kelas seraya memakan jajanan tak lupa dengan mode ghibah.Tak lama rombongan anak cowok sudah mulai berdatangan itu artinya latihan akan segara dimulai.

Latihan kali ini tak sebegitu berat, tak seperti saat latihan lomba Minggu kemarin.Aku hanya duduk di pinggir lapangan seraya mengobrol bersama anak Paskib kelas 11.

"Maen truth or dare yok!"
Icha berseru bersamaan Ghaza yang datang ntah dari mana.

Aku paham, ini hanya akal-akalan Icha.Lalu, aku Icha, Ara, Ghaza duduk membentuk lingkaran.

Botol Aqua seukuran 1,5 Liter di putar, soalnya botol itu mengarah kepadaku seolah-olah mendukung Icha.

"Truth or dare?"
Senyuman licik Icha terpampang jelas, rasanya aku ingin melempar nya ke kolam sekarang juga.

"Truth,"

"Kalo semisal lo disuruh pilih anak cowok paskib kelas 12, lo milih siapa?"

Pertanyaan yang menjebak.

"Nggak mungkin gue milih Rafi, Husen, tapi kayaknya Tig-"

"Nahkan pasti lo milih Ghaza!"

Aku tak terima, enak sekali dia berbicara begitu di depan orangnya pula.

PASKIBRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang