Bab 11 "Kakak Berhelm Merah..." (Kezia POV)

9K 438 4
                                    

Aku sedang menunggu Daffi latihan futsal diruang OSIS. Aku tidak mau menunggunya dipinggir lapangan, bisa-bisa aku terkena bola nyasar.

Kan, sakit.

Aku menunggu sambil mendengarkan musik dari iPod ku. Suara merdu Jason Mraz mengalun mengajakku untuk bernyanyi bersama. Setelah lagu habis, aku pun memutar lagu lain dan mengambil camilan yang sengaja kubeli di mini market depan sekolah tadi.

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, tetapi kenapa Daffi tidak muncul-muncul ya? Dengan rasa penasaran aku pun keluar dari ruang OSIS dan menuju ke lapangan.

Sudah sepi.

Aku pun menghampiri anak-anak futsal yang sedang bersantai dengan peluh yang menetes deras.

"Daffi mana Tor?" tanyaku pada Toriq, salah satu teman kelas ku.

"Lah udah balik tadi, dia nyariin lu gak ketemu-temu, makanya dia balik. Hp lu dihubungin juga gak aktif katanya," jawab Toriq sambil mengibaskan baju bersihnya.

"Hah demi apa?" ucapku panik sambil mempererat genggaman pada ipodku.

"Sumpah dah gue." ucapnya sambil meminum air mineral botolan

"Yaudah makasih, Tor." ujarku sambil lalu ke ruang OSIS.

Kalau sudah begini, terpaksa aku harus pulang sendiri. Sedih deh kalo diceritain. Aku pun kembali keruang OSIS untuk mengambil barang-barang ku. Saat dijalan gang sekolah, sebuah motor berhenti disampingku. Aku pun menoleh ke si pengendara. Aku tidak bisa mengenalinya, karna dia masih memakai helm merahnya.

"Ayo, bareng gue." ucapnya tanpa melepas helm.

"Lo siapa sih?" tanyaku penasaran dan tetap berjalan.

Dia terus megikutiku, setelah sampai disampingku, aku pun menoleh padanya. Dia sudah melepas helmnya.

Oh dia, kukira siapa.

"Mau bareng gak? gue tinggal nih." ucapnya sambil menstarter motornya, lagi.

Aku pun gelagapan sendiri. Lumayan lah dapet tebengan. Ada temen ngobrol juga kali ntar di jalan ya.

"Eh, iya. Bareng, kak." ucapku dan dia mengangsurkan helm hitam untukku.

"Pegangan, gue ngebut nih" ujarnya, aku pun memakai helm dan berpegangan pada sisi jaketnya.

Aku mengeluh dalam hati saat baru sadar jenis motor apa yang dia guanakan. Kenapa harus pakai motor ini sih? Aku sangat tidak nyaman dengan posisi dudukku. Aku risih. Jok penumpang lebih tinggi sedikit dari jok pengemudi, dan letaknya agak menjorok kedepan. Saat dia ngerem mendadak, pasti aku merosot kedepan deh. Argh aku risih.

Tapi mau bagaimana lagi? Toh masih mending ada yang mau nebengin..

"Rumah lo di Palem Kartika kan?" tanya nya sambil menelengkan kepala kesebelah kiri.

"Iya, kok tau" jawabku seraya mendekatkan wajahku kearah kepalanya. Agar terdengar.

"Gue pernah liat lo soalnya"

"Oh"

Perjalanan pun hening kembali. Aku kira dia orang yang asik untuk diajak mengobrol. Tapi, sepajang perjalanan, hanya itu dialog yang kami lakukan.

Kami pun tiba didepan rumahku.

"Makasih ya, kak." ucapku setelah turun dari motor sambil mengangsurkan helm hitamnya.

"Iya, gue langsung balik" ujarnya sambil menerima helm dan langsung pergi dari hadapan ku.

__________________________

"Kamu udah makan Kez?" tanya Ibu saat aku sedang menonton tv.

"Udah bu, tadi makan duluan dikamar. Habisnya Zizi laper banget tadi." jawabku sambil tertawa kecil.

Sudah kebiasaanku memang, tidak bisa menahan rasa lapar. Ibu juga sudah biasa memakluminya.

"Kebiasaan deh kamu. Makan lagi ayo temenin Ibu sama Papah. Ibu tunggu di meja makan ya." Seperti tahu aku akan membantah, Ibu pun langsung pergi meinggalkan ruang santai.

Dengan malas aku pun menyusul Ibu dan Papah. Aroma makanan yang nikmat langsung masuk ke indra penciuman ku.

Kok rasanya laper lagi ya? Yasudah, langsung ikutan makan aja deh. Lagian tadi Ibu nyuruh makan juga kan? hahaha

"Yah kan, Zizi laper lagi." ucap ku sambil berpura-pura menekuk bibir kebawah.

"Yaudah ayo makan, temenin Papah sama Ibu." seloroh Papah sambil meminum air mineral. Sudah kebiasaan memang, minum segelas air, sebelum makan.

"Pasti dong!" jawabku antusias.

Ku lihat dari ekor mataku, Ibu memutar bola matanya. Sudah kuduga. Hahaha

Makan malam kali ini pun berlangsung seperti biasanya. Membuat aku bersyukur kepada Sang pencipta karena telah melahirkan aku didalam keluarga yang harmonis seperti ini.

_________________________

"Kez, udah ngerjain PR fisika kan?" tanya Lita, teman sebangku ku

"Udah kayanya."

"Pinjem dong woi!!" ucap teman-teman sekelas ku berbarengan dan langsung menuju ke kursi ku.

Aku pun mengeluarkan buku PR dari tas dan menyerahkannya ke Lita. Semua anak yang belum mengerjakan PR pun berbondong-bondong mengerjakan PR bersama dimejaku dan Lita. Sampai oksigen yang berada disekitarku terasa habis. Ini lebay.

Jam pelajaran hari ini berjalan seperti biasa. Aku terus berusaha fokus untuk belajar, agar tidak ada hambatan apapun dari guru-guru lain untuk pensi tahun ini.

Oh ya, aku baru sadar. Nanti sore aku harus bertemu dengan CEO Farabi's Group. Untung aku sudah membawa bahan presentasi dan proposal sponsor. Kurasa aku dan Daffi sudah siap untuk nanti.

Bel pulang pun berbunyi, saat aku keluar kelas ternyata sudah ada Daffi yang menunggu.

"Udah bawa bahan presentasi kan? udah dicek kan? gak ada yang salah kan? aduh kok gue grogi yaa, eh tapi lo tenang aja, gue siap presentasi, jadi ga usah dipikirin. Udah ayok jalan buruan nanti keburu macet lu."

Aku hanya bisa menganga mendengar perkataan Daffi. Mulai sekarang, dengan resmi, aku nobatkan Daffi sebagai 'Lelaki Tercerewet di Dunia'.

"Udah ayok jalan. Mangap terus ada lalet masuk mulut terus keselek, baru tau rasa lu."

Aku hanya membalasnya dengan memutar mataku. Kami pun berjalan beriringan menuju area parkir sekolah.

Satu jam perjalanan tidak terasa jika berada dimobil yang sama dengan Daffi, kami pun sudah sampai di gedung Farabi's Group.

"Selamat sore, kalian sudah ditunggu Bapak didalam. Silahkan masuk."
Sapaan itu yang kami terima saat sudah sampai didepan meja dengan papan nama 'Sekretaris CEO'.

"Terimakasih." ucapku padanya.

Kami pun di antar masuk. Saat kami masuk, kulihat ada seorang pria dengan punggung yang kokoh dan lebar sedang menghadap jendela gedung ini, memusatkan pandanganya kearah langit yang menjanjikan kedamaian.

"Pak, ini panitia pensi Quinix nya."

Orang yang dipanggil 'Pak' itu pun menoleh.

_________________________

vote and comment guys...

My FarabiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang