𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 1.𝟶

417 32 0
                                    

Your Highness, before reading this legend. I hope you give me the award of a star or comment to encourage me to continue it.

.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

. .

.


Pintu lebar berukiran Bulan dan memiliki cat yang cantik di jaga oleh enam pengawal dan dua pelayan muda. Pintu ini adalah pintu ruangan Second Princess, Giselle. Seoran putri yang berada di urutan suksesi tahta kedua.

Seorang wanita yang memiliki warna dan bentuk gaun yang berbeda menghampiri pintu itu dan bertanya kepada mereka. "Putri di dalam,kan?" tanya nya kepada kedua pelayan muda. Mereka berdua mengangguk.

"Iya,Nyonya Milla. Yang Mulia Putri Giselle tidak pergi kemana-mana."

Mendengar jawaban itu, ada sebuah perasaan mengganjal di dalam hati Milla. Sebagai seorang pelayan pribadi dari ibu Giselle yaitu Queen Consort Ardilla, dia telah melihat Giselle tumbuh dewasa. Tidak mungkin gadis itu akan setenang ini.

Untuk menjawab rasa penasarannya, dia membuka pintu itu sendiri dan memeriksa sekeliling.

Kosong, Giselle tak ada di ruangannya. Ia lantas melihat ke arah jendela yang terbuka. Ternyata sebuah tali tambang yang terikat dengan ranjang kasur telah menjuntai ke bawah. Milla memegang kepalanya pusing dan hampir saja jatuh ke lantai jika kedua pelayan itu tidak segera menangkap tubuh tuanya.

"C-Cari Putri Giselle sekarang juga!!" perintahnya pada kedua pengawal dan para pelayan.

"Oh Ya Dewa panjangkanlah umur saya!" pinta nya sembari berkeluh kesah. Penobatan Putri Mahkota Karin akan diadakan sebentar lagi dan Giselle menghilang entah kemana. Entah bentuk hukuman seperti apa kali ini yang akan Queen Consort berikan pada nya.

***


Di Aula istana, ratusan pelayan sibuk dengan tugas mereka masing-masing untuk mengurus persiapan penobatan Putri Mahkota Karin pagi ini. Queen Consort, Ardilla membantu sang Ratu Tiya untuk mengurus persiapan. Keduanya begitu akur dan saling bekerja sama demi keberhasilan acara sakral ini.

Seorang pelayan muda menghampiri kedua wanita terpandang itu untuk melaporkan sesuatu. Pertama-tama dia membungkuk untuk memberi salam kepada keduanya,"Salam untuk para Bulan! Yang Mulia, para putri telah selesai bersolek. Namun.."

Pelayan itu berhenti melanjutkan, ia terlalu takut kalau kedua majikannya ini marah besar. Melihat ekspresi pelayan muda itu, kedua wanita bangsawan itu mengangguk paham. Sepertinya, kejadian seperti ini sudah biasa terjadi.

"Jangan bilang, Putri Kedua menghilang?" tebak Ardila dan pelayan muda itu mengangguk.

"Yang Mulia! Lihatlah Giselle! Anak itu benar-benar sudah keterlaluan! Mohon anda menegurnya dengan keras!" protes Ardilla. Tiya tersenyum dengan tenang, "Ardilla, ini masih pagi dan kamu sudah marah-marah seperti ini? Tenanglah, jangan emosi nanti riasanmu bisa rusak!"

ѕσηg σƒ тнє мσση | nctTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang