𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 12.0

117 23 5
                                    

Your Highness, before reading this legend. I hope you give me the award of a star or comment to encourage me to continue it.
.
.


.



Aula ramai dengan para murid yang telah disuruh berkumpul. Mereka saling bertanya satu sama lain tentang apa yang sedang terjadi. Dikumpulkan di aula pada jam makan siang membuat mereka kesal. Cuaca sedang dingin dan mereka disuruh pergi ke aula tanpa makan siang membuat mereka menggila.

Di koridor menuju ruang aula, Abevan bersama guru lainnya saling berbicara satu sama lain sembari bergegas berjalan menuju ruang aula. Dalam pembicaraan para guru sedikit terdapat perdebatan. Entah karena khawatir akan reputasi akademik Dalian yang memburuk ataupun khawatir dengan kondisi murid lainnya.

"Tidak! memberitahu para murid akan membuat reputasi Dalian terancam! Apa kata yang lain jika akademik ini rusak?"

"Ini sudah terlalu membahayakan, jika kerajaan asal mereka tahu peristiwa ini ditutupi apa kata orang nanti? Bisa-bisa mereka membawa tentara mereka kesini!"

Abevan tidak ingin memperpanjang masalah dengan perdebatan yang terjadi di belakangnya. Ia tetap fokus melangkah menuju ruang aula yang sudah berada di depannya. Tak menunggu pelayan membukakan pintu, Abevan langsung membukanya sendiri.
Suara makin ramai saat para murid melihat kedatangan para guru dan kepala sekolah.

"Semua tolong diam dan dengarkan apa yang akan saya bicarakan!"
seketika semua murid terdiam.

"Beberapa mungkin telah melihat Giselle dibawa ke ruang kesehatan dan pasti sudah menyebar lalu sekarang kalian bicarakan. Saya di sini untuk memberitahukan kepada kalian kalau Giselle tidak apa-apa! Dia hanya terlalu lelah dan lama bermain di bawah salju. tidak ada yang perlu dikhawatirkan! Semua aktivitas akademik maupun non akademik seperti perburuan musim gugur tetap akan dilaksanakan secara jadwal!"

Pengumuman yang beliau sampaikan membuat para guru dan profesor terkejut bukan main. Bagaimana bisa kepala sekolah mengambil keputusan secara sepihak seperti ini? ketika mereka ingin memprotes, Abevan berdehem. Memberi kode untuk tidak meributkan hal tersebut di sini.

"Para guru dan profesor, bisakah kalian kembali menjalankan aktivitas akademik bersama para murid yang lain?" tanya Abevan. Mereka semua menghela nafas panjang. Di dalam hati meskipun tidak setuju dengan keputusan Abevan, tetapi mereka tetap melaksanakan perintahnya.

Tinggal Profesor Diana, Kalea dan Max disana. Mereka tinggal untuk mendapatkan jawaban yang jelas tentang keputusan sang kepala sekolah.
Abevan menyilangkan tangannya kebelakang sembari menatap jendela kaca besar yang sinar mataharinya dapat menembus. Ia tetap tenang meskipun dihujani pertanyaan oleh tiga profesor yang umurnya jauh dari Abvevan.

Sebelum menjawab Abevan menghela nafas panjang kemudian berkata, "Jika, kita terburu-buru untuk mengumumkan hal ini maka akan ada kericuhan di antara murid yang pasti akan sampai pada kerajaan mereka masing-masing. Jika, situasinya kacau maka orang yang merencanakan ini akan sangat senang dan dia merasa usahanya berhasil. Aku menebak bahwa pelakunya adalah orang yang sama dan sedang menyusup sebagai murid di sini. Aku tidak takut kalau dia hanya rakyat biasa, tetapi kalau dia adalah anggota suatu kerajaan itu akan menjadi jauh lebih berbahaya!"

"Maksudmu, kau mencurigai murid yang berasal dari anggota kerajaan?" tanya Max dan Abevan mengangguk. Diana mencoba memahami penjelasan dari Abevan dan sepertinya yang ia katakan memang ada benarnya. Semakin kacau, pembunuh itu maka akan makin senang.

"Abevan, kita sebagai prajurit cahaya pasti bisa merasakan kehadiran kekuatan bayangan bulan. Tetapi, mengapa sihir kita tidak bereaksi?" tanya Kalea.

"Saya juga tidak tahu, ketika ayah tewas pun sihir sebagai prajurit cahaya juga tidak muncul. Ini jauh lebih mengerikan daripada peperangan 1000 tahun yang lalu!"

ѕσηg σƒ тнє мσση | nctTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang