𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 11.0

128 27 0
                                    

Your Highness, before reading this legend. I hope you give me the award of a star or comment to encourage me to continue it.
.

.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Di bawah pohon kesemek yang gundul, Giselle sedang merenungkan kata-kata James kemarin. Rasa tidak nyaman ini telah menganggu tidur nyenyaknya. Yah, itu terlihat jelas dari cekungan mata Giselle dan lingkaran hitam di area sekitar mata.

"Ada dua opsi. Yang pertama, James bertanya karena dia menyukaiku dan ingin tahu bagaimana isi hatiku. Opsi kedua yakni dia hanya penasaran dan tidak ada niat untuk itu! Menurutku, opsi kedua lebih masuk akal karena sifatnya yang ramah kepada siapapun kecuali dua saudaranya."

"Apakah aku benar?" tanya Giselle pada pohon kesemek yang batangnya ia gunakan sebagai sandaran.

Giselle menghela nafasnya panjang, dia lupa kalau pohon nya tidak bisa berbicara. Ia menepuk keningnya selama beberapa kali untuk menyadarkannya berpikir secara logis.

"Pemuda yang ramah kepada semua orang kurasa tidak boleh diharapkan secara berlebihan soal cinta!" putus Giselle dan dia mengangguk karena yakin dengan pemikirannya tentang opsi kedua.

Lonceng tanda masuk kelas telah menggema di seluruh akademi. Giselle berdiri dari posisi duduknya dan membersihkan rok belakang dari daun ataupun tanah yang menempel. Saat ia berdiri dia melihat Arnold yang berjalan terburu-buru sampai tanpa sadar menjatuhkan sesuatu.

Sebagai gadis yang baik hati, Giselle tentu memungut sebuah pouch kecil dengan sulaman yang mana merupakan pemandangan gerhana bulan. Tertarik dengan aroma wangi dari pouch itu Giselle mencoba menghirupnya.

"Benar-benar jangan menilai dari cover! Meskipun, sulamannya memiliki pemandangan yang mengerikan tetapi ini sangat wangi!" kata Giselle. Ia lalu mengejar Arnold untuk mengembalikan.

Arnold yang mendengar Giselle memanggilnya segera menoleh. ia mendapati barangnya ada di tangan Giselle. Gadis itu kemudian menyerahkan kepada Arnold.

"Barang bagus! aromanya wangi! Beritahu pada ku dimana kamu membelinya?"

"Ini tidak dijual dimanapun! Membuatnya juga sangat susah. Uang yang kau bayarkan pun tidak akan sanggup untuk membuatnya."

"Astaga. Dasar pelit! Aku heran padamu. sungguh aku heran! Kau bilang jangan berbicara dan mengenalmu tapi kau mengajak ku untuk makan malam? Kau punya dua kepribadian ya?"

Ekspresi Arnold berubah. Sorot matanya menjadi berbeda daripada Arnold yang biasanya. Giselle menyadari bahwa sepertinya dia sudah salah bicara. Dia tampar mulutnya sendiri karena telah bertanya hal yang tidak sopan.

"Oh dasar mulutku!" ucap Giselle sembari menampar mulutnya selama beberapa waktu.

Arnold tidak berbicara apapun. Jadi, dia pergi begitu saja meninggalkan Giselle yang terus merutuki mulutnya.

ѕσηg σƒ тнє мσση | nctTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang