𝙲𝚑𝚊𝚙𝚝𝚎𝚛 2.𝟶

304 36 2
                                    

Your Highness, before reading this legend. I hope you give me the award of a star or comment to encourage me to continue it.
.

.


.

.


Giselle menguap kala sang ibu sedang memarahinya. Ia terlihat bosan mendengarkan ceramah dari Ardilla. Di mata Giselle, ibu nya kini seperti Bebek yang mondar-mandir dengan gaun berwarna kuning serta dengan mulut yang berbicara tanpa henti.

Di sisi Giselle yang sedang berlutut, Wendy,Nina dan Karin berdiri di samping saudarinya itu. Mendengar Giselle dimarahi oleh Ardilla membuat mereka bergegas kemari untuk melindungi Giselle.

Untuk kedua kalinya, Giselle menguap sampai membuat suara. Ardilla menoleh dan mendapati sang anak yang sempat menguap itu. kemarahannya makin bertambah karena sepertinya Giselle tidak fokus dengan apa yang ia bicarakan tadi.

"Giselle! Apakah kamu mendengarkan ibu bicara tadi?! Beraninya kamu menguap kala ibu sedang berbicara denganmu!"

Giselle menghembuskan nafas karena bosan dengan omelan sang ibu, ia lalu berdiri dari posisinya dan berkata, "Aku sudah mendengarkan omelan ibu selama hidupku. Dari kecil sampai sekarang, omelan ibu tidak berkembang. Hanya itu-itu saja, Ibu apa tidak bisa menambah omelan yang baru? Aku sampai hafal loh dengan semua perkataan ibu. Bahkan, aku bisa mencatatnya sekarang!"

"Siapa suruh kamu berdiri? Berlutut!" perintah Ardilla dengan keras. Giselle langsung berlutut kembali kala sang ibu memerintah dengan keras.

"Ibu Permaisuri, bisakah anda jangan marah? acara penobatan akan segera dimulai. Riasan ibu nanti bisa rusak. Bagaimana kalau menyudahi ini? Giselle tahu akan kesalahannya!" bujuk Karin selaku sang kakak pertama dari Giselle.

"Karin oh Karin! Bisakah kamu jangan melindunginya terus? Lihat! Dia menjadi makin berani kalau seperti ini! dia itu putri seorang raja, aku hanya berharap dia bersikap layaknya seorang putri yang anggun. Bukan pembuat masalah!"

"Hanya memanjat pohon Apel apakah menjadi sebuah masalah?" tanya Giselle.

"Kamu berani berbicara kembali pada ibu? Bagaimana jika tamu melihat putri kerajaan ini berlaku seperti itu? mau ditaruh dimana muka Yang Mulia Raja dan Ratu? Apalagi muka ibu mu ini?!! Hari ini jika aku tidak menghukum mu, maka ibu tidak akan tenang selama upacara penobatan!" kata Ardilla dengan tegas lalu mengambil gagang sapu yang sudah disiapkan.

Melihat sang ibu membawa sapu untuk memukulnya, Giselle langsung berlari menghindari kejaran sang ibu. Wendy dan Nina kemudian berusaha melindungi Giselle dari Ardilla yang ingin memukul anak nakal itu.

"Ibu, berhenti! Jangan seperti ini! Kak Giselle tahu salah!" kata Nina menenangkan.

"Benar! Kak Giselle tahu salah! Ibu taruh sapu itu kembali, berikan kepada pelayan. Tidak pantas bukan jika Queen Consort seperti ini, apa kata orang nanti? Ayo berikan sapu nya kepada pelayan!" bujuk Wendy.

Ardilla berhenti dan dia berusaha mengambil nafas banyak-banyak untuk mengisi paru-paru. "Bagus sekali! kalian tiga bersaudari melindungi bocah nakal itu sampai sekarang! Dia itu tidak pantas dilindungi, kalian akan rugi melindungi bocah tengik seperti itu!"

Karin mendekat lalu mengucapkan beberapa kalimat untuk menenangkan, "Ibu, saya tahu anda mengkhawatirkan tentang acara penobatan saya sebagai Putri Mahkota makannya ibu seperti ini. Tapi, adik pasti tidak akan menimbulkan masalah apapun. Dia hanya memanjat pohon Apel karena melihat buahnya besar dan ranum. Apel itu diberikan kepada saya sebagai hadiah. Bagaimana saya tidak bisa begitu senang? Giselle sangat baik kepada saya, pasti tidak akan membuat masalah apapun!"

ѕσηg σƒ тнє мσση | nctTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang