03.

519 65 15
                                    

"Karena kalian sudah bekerja keras di acara ospek Minggu lalu, kita sebagai para senior ingin mengucapkan terimakasih, dan untuk merayakan keberhasilannya kita sudah mendapatkan izin untuk pergi liburan ke Phuket!"

Sorak-sorai para mahasiswa baru itu tidak berhasil membuat Akk bergeming.
Ayyan dan Mangkorn berada disana, bagaimana jika mereka bertemu? Setau Akk, rumah Ayyan berada di kawasan populer tempat tujuan wisata di Phuket, mungkin hampir setiap hari dia melihat wajah baru para pengunjung.

"Phi, kapan kita akan berangkat?" Ben mengajukan pertanyaan. Kebetulan, Phuket adalah rumahnya! Dia di Bangkok tinggal di asrama kampus.

"Besok, datang lebih pagi semuanya!"

Setelah para senior itu keluar dari dalam kelas, Ben kembali mengganggu Akk yang terlihat tak bersemangat.
Katanya, dia akan membawa Akk berkeliling dikampung halamannya. Akk hanya tersenyum dan mengangguk.

"Kau bersemangat sekali, Ben."

"Tentu saja, ini seperti aku mendapatkan tumpangan gratis untuk pulang ke rumah."

----

'Kau akan pergi ke Phuket?'

Akk menghela napas dengan masih sibuk menggunakan kain tinju, ia juga berlatih tinju setelah berada di Bangkok, samsak berwarna merah itu pengganti Pupha untuk diajak bertarung ketika ia sedang marah.

"Aku tidak akan pergi sepertinya. Apa ada sesuatu yang bisa aku lakukan di Chiangmai?" Sebelum menghajar samsak, Akk terlebih dahulu melakukan pemanasan.

'Tidak ada, sudah kubilang kau tidak boleh ikut campur terlebih dahulu selama satu bulan.
Kau mahasiswa baru, Akk.'

"Aku ini anak pintar, aku terlatih untuk membagi fokus sejak SMA." Satu pukulan dilayangkan, kemudian satu tendangan dan pukulan lainnya. Terus-menerus seperti itu, Akk melakukannya tanpa henti walau disebrang sana Pupha juga terus memanggilnya.

'Sampai kapan kau akan menghindari Ayyan dan Mangkorn?'

'Jika kau masih memikirkan masalah Tuaphu, kau tak akan pernah mendapatkan jawaban karena tak ada yang perlu disalahkan.'

Mendengar itu Akk menghentikan kegiatannya, nafasnya memburu seketika kemudian satu tendangan yang lebih kuat itu menjatuhkan samsak yang ia rasa sudah digantung cukup kuat.
Akk semakin kesal dibuatnya, apalagi kini Pupha terus saja memberi nasehat.

'Apa kau sudah tak mau lagi mencintai Ayyan?'

Tentu saja tidak, keadaan  yang membuat keduanya berjauhan.
.
.
.

Mangkorn baru saja kembali ke rumah setelah membeli sarapan bubur untuk tuannya, juga untuk dirinya.
Ayyan sudah siap dengan kemeja putih dan celana jeans hitamnya, padahal tadi sebelum Mangkorn pergi Ayyan masih bergumul dengan selimut.

"Kau benar-benar akan pergi ke kampus?" Tanya Mangkorn

"Sebentar Aye." Mangkorn menghentikan gerak tangannya yang sedang memindahkan bubur tersebut ke dalam mangkuk kemudian pergi mendekati wajah Ayyan.

"Ada ruam biru dipinggir bibirmu, kapan bajingan itu memukulmu?" Tanyanya lagi, tak menyadari jika Ayyan saat ini sedang menahan nafas dan rasa gugupnya. Sial, sejak kapan Mangkorn mengganti jenis parfumnya. Lebih wangi dan menusuk hidung Ayyan.

"Apa aku perlu mengoleskan salep lagi?"

"..."

Keduanya saling tatap.

"Aye?"

"Jangan gila, jika salep itu termakan olehku bersama bubur ini maka Tian akan membunuhmu karena mencoba meracuniku." Setelah itu, Ayyan lalu mendorong Mangkorn kemudian mengambil alih tugas Mangkorn, menuangkan bubur ke dalam mangkuknya.

Shield: After That. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang