01.

2.3K 93 11
                                    

Happy Reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!!

Suara tembakan itu terdengar begitu nyaring dari luar gedung Kondo.
Orang-orang bahkan berhenti berjalan untuk memastikan telinga mereka tidak salah dengar.
Salah satu di antara mereka ialah Pupha, yang datang terlambat untuk memastikan bahwa anak-anak melakukan apa yang sudah ditugaskan Tian.
Langkah kakinya begitu cepat, dipenuhi rasa cemas oleh suara tembakan yang entah siapa pelakunya.
Mangkorn? Akk? Atau bahkan mungkin itu Ayyan?
Pupha mengeluarkan pistolnya yang ia sembunyikan dibalik jaket, satu persatu anak tangga ia lewati masih dengan kecemasan yang menguasainya.
Kemudian, langkah kakinya menjadi lambat saat melihat punggung Mangkorn dengan pistol ditangannya.

"Mangkorn!"

Ketika Mangkorn menoleh, ia sudah lebih dulu mendapatkan tendangan pada dada dari Pupha. Bahkan ia tak diberi kesempatan untuk bangkit kembali, Pupha menginjak dadanya agar ia tetap berada diposisi, pistol milik Mangkorn pun jauh terlempar dari sisi tubuhnya.

Tuaphu adalah sasaran Mangkorn, ia datang dengan penampilan yang Akk kenali sebagai sosok penguntitnya.
Teman (musuh)-nya itu kini sudah tergelatak dilantai dengan darah mengotori pakaian bagian depannya, tidak terlalu terlihat karena darah segar itu tertutup oleh pakaian hitamnya yang pekat.
Tuaphu tidak mati, mungkin sekarat? Kesalahan Mangkorn yang gagal mengincar jantung membuat kemungkinan besar Tuaphu masih bisa diselamatkan.

Akk tahu jika pada akhirnya Tuaphu akan keluar sebagai pelaku penyerangan.
Tapi dia tak berharap temannya harus mati tepat didepan mata seperti ini.
Sayangnya Mangkorn tak dibesarkan dengan belas kasihan pun fakta bahwa keberadaan Tuaphu membahayakan tuannya. Ia bertindak dengan insting pengawalnya..
Ketika Akk hendak mendekati Tuaphu, suara sirine mobil polisi terdengar nyaring dari luar.
Akk segera pergi ke jendela yang berada di lorong.

"Lihat!"

"Ada anak-anak didalam sana!"

Akk segera kembali mundur dari jendela ketika melihat situasi diluar sana begitu ramai, apalagi kini wajahnya memiliki banyak luka lebam.
Masyarakat mungkin langsung menelpon polisi setelah mendapati suara tembakan yang dikeluarkan Mangkorn, dan kini Pupha terlihat panik karena dari awal mereka enggan melibatkan kepolisian.

"Pupha," panggil Ayyan, ia pun mulai panik bahkan melepaskan pistolnya ke lantai.

"Pergilah bersembunyi, aku akan mengurus semua kekacauan ini."

Termasuk Mangkorn, Pupha membantunya untuk berdiri dan meminta dia untuk membawa Ayyan dan Akk pergi ke lantai paling atas gedung ini.

"Akk." Ayyan menarik lengan Akk yang masih mematung ditempatnya, menatap Tuaphu yang berjibaku dengan rasa sakitnya.

"Kita harus pergi," sambung Ayyan.

Namun Akk tidak menerima ajakan Ayyan dengan baik. Ditepisnya tangan Ayyan cukup kuat, kemudian langkah kakinya mendekati Tuaphu.
Namun belum sempat ia berjongkok untuk mengecek keadaan sang sahabat, Mangkorn yang sudah hendak berlari bersama Ayyan menarik kerah baju Akk.

"Berpikirlah dengan benar, Akk!"

"Akk!" Kini Pupha yang memanggilnya dengan suara keras, menyadarkan dia dari ketidakpercayaan bahwa Tuaphu benar-benar datang sebagai musuhnya.

Shield: After That. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang