Omniscient Reader's Viewpoint

68 5 2
                                    

Warn!

I do not own Omniscient Reader's Viewpoint, but this story belong to me.
.
.
.
...Kamis 19 Jan 2023...
.
.

🍂🍂🍂

Jemarinya terhenti dalam niatan untuk membalik halaman satu dari beberapa buah buku yang dikirimkan olehnya melalui paket berupa tas kertas bertuliskan ORV.

"What.."

Tanpa sadar ia menggunakan bahasa inggris, wanita berusia duapuluh empat tahun itu termanggu beberapa saat menatap puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan kata yang tertulis pada buku dipangkuannya. Buku terakhir dari series Omniscient Reader's viewpoint.

"What the heck is this.."

Normalnya tidak mungkin ia bisa membaca secepat maupun mencerna dalam kurun waktu beberapa jam, apalagi target yang dimaksud adalah buku novel dengan ratusan chapter cerita.

"Loop. Mereka terjebak dalam sebuah lingkaran tanpa akhir.."

[Name] memang mengenal dan membaca cerita Omniscient Reader's Viewpoint, namun tidak seperti pembaca lainnya yang penasaran dan berakhir membaca novel sampai ending-wanita itu memilih untuk menunggu manhwa-nya selesai (karena pada waktu itu ia tidak memiliki waktu untuk membaca buku novel tebal sedikit demi sedikit), ia terlalu sibuk dengan urusan universitasnya.

"Ha, ha,"

Ingin rasanya tertawa geli, mengubah ending? Bagaimana caranya? Jangankan mengubah ending, pikiran wanita itu malah mengarah ke arah apakah semuanya memang nyata? Apakah dirinya yang tertawa dan mengetahui kebenaran saat ini nyata dan tidaklah palsu?

Ini sama saja jika seseorang melemparmu ke dalam dimensi Shingeki no Kyojin dan menyuruhmu untuk menyelamatkan Eren. Membiarkannya hidup bahagia bersama Mikasa.

Mustahil!

Andai sebuah cerita banyak memiliki plot-hole, hal tersebut mungkin bisa dilakukan dengan mudahnya.

Namun, ini?

Berapa kalipun [Name] membaca ulang buku berjudul Omniscient Reader's Viewpoint itu menggunakan kacamata gale force (yang menjadi satu paket dengan buku tersebut), wanita itu tidak dapat menemukan plot-hole. Dengan kata lain, cerita Omniscient Reader's Viewpoint sudah sempurna sebagaimana penulisannya.

Menutup buku yang ada di tangannya, [Name] menghela napas lelah. Membaca dan mengetahui kebenaran membuatnya mempertanyakan keberadaannya sendiri.

Ha.

Akan sangat lucu jika seandainya sekarang ini ia sedang berada di salah satu dari banyaknya dimensi penulis luar sana. Dan ini adalah kisahnya dimana ia harus menyelamatkan Kim Dokja.

Menyelamatkan...

In the first place,

Apa Kim Dokja memerlukan seseorang untuk menyelamatkannya?

Bukankah ia sudah bahagia sampai di akhir cerita?

Bukankah begini lebih baik?

Tidak ada plot-hole.

Alurnya sempurna,

Bahkan endingnya tidak bisa diganggu-gugat seberapa bencipun seseorang pada ending tersebut.

Semuanya terlalu sempurna.

Tidak ada kecacatan sedikitpun.

Ataukah..

Haruskah ia membunuh Kim Dokja untuk mengakhiri semuanya?

"[Name]?"

Pemilik surai [H/c] menoleh, menatap lelaki yang jauh lebih tinggi darinya menampakkan raut khawatir ke arahnya, "apa kau baik-baik saja?"

Pandangan lawan bicaranya berganti dari gadis itu ke arah tangannya yang masih memegang buku bacaan, "kau sedang apa? Kulihat kau melamun dari tadi.."

Right,

Selain dirinya, tidak ada seorangpun yang bisa melihat buku bacaannya. Karena menurut pesan yang tertinggal dipaket pemberian buku tersebut, buku, kacamata, dan semua informasi yang tergantung didalamnya hanya untuknya mengetahui.

Tunggu, bukankah didalam cerita, Kim Dokja dan yang lain berhasil mencapai akhir? Jika memang demikian, mungkin, mungkin saja ada cara untuk mengeluarkannya dari lingkaran tiada akhir tersebut tanpa harus membunuhnya.

"[Name]?"

Tersenyum sebagai balasan, wanita itu berdiri dari duduknya,"maaf, tadi aku melamun." Melepas buku ditangannya tanpa khawatir benda tersebut akan terjatuh dan menghantam tanah, [Name] melihat dari ujung matanya benda yang dimaksud mulai menghilang bagai partikel debu ditiup oleh udara.

"Dokja, mau aku yang masak makan malam kali ini?"

Mendengar nada jahil yang terselip dari balik ucapan wanita tersebut, Kim Dokja menyipitkan mata, "kau mau meracuniku lagi?"

[Name] tertawa lepas sebagai balasan, "meracuni apa? Aku cuma nambahin sedikit bumbu pedas dari negaraku!"

"Ya! Dan gara-gara itu, lidahku mati rasa selama beberapa hari!"

Bukannya diam, balasan dari lelaki itu malah membuat tawa wanita di sampingnya makin nyaring.

🍂🍂🍂
.
.

Note,

Hmm, aku lagi tertarik buat nulis fanfic orv. Bayangin betapa terkejutnya aku pas tau ending sebenarnya novel orv kayak gimana:))

Bruh, pupus harapanku.

Mana prolog selesai dan chapter 1 sudah setengah jalan lagi.

Tau ah, mau nyalain pabrik otak dulu mikirin plot sama endingnya.

Various!CharaXReader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang