Nase Hiiromi-Kyokai no Kanata

181 17 1
                                    

Warn!!

I do not own Kyokai no Kanata, nor do i own the characters. However, this story belong to me.

Hope you like it^^

°

°

Unedited

°

°

Aku...

Aku benci diriku yang seperti ini...

Ibu bilang aku itu spesial...

Tapi, aku tidak suka menjadi spesial...

...

"Ohayou gozaimasu, (y/n)-senpai," terdengar sebuah suara feminim di sebelahku, membuatku menoleh dan mendapati kouhai yang akhir-akhir ini jadi favoritku, "ohayou, Mirai-chan."

Aku melihatnya tersenyum lembut ke arahku, lalu melepaskan sepatu outdoor'nya dan memakai sepatu indoor miliknya, "apa senpai akan ke club hari ini?"

Aku mengangguk kecil menjawab pertanyaannya dalam diam, meskipun sebenarnya aku sedikit malas, karena kadang aku melihat mereka ada di sana. Namun, kenapa ia menanyakannya seolah tatapannya berharap aku tidak ke club hari ini?

"T-tidak boleh!"

Aku mengerjap pelan, akan balasannya, "eh? Kenapa?"

"I-itu k-k-karena...-" aku melihat tatapannya yang melihat ke arah manapun, kecuali ke arahku. Tangannya dengan cekatan membersihkan kacamata miliknya dengan kain kecil yang tersedia. Tanda biasanya ia sedang mencari alasan yang pas, atau sedang gugup gak ketulungan, Ha... Ha... Ha... Mirai-chan emang imut anaknya. Meskipun kadang aku merasa ada yang disembunyikannya dariku, entah apa itu. Yang aku tau pasti, kedua bersaudara Nase mengetahuinya, dan tentu saja Kanbara Akihito.

Mirai-chan dan aku sudah saling mengenal sejak Sd, tapi aku kehilangan kontak dengannya saat smp, dan kembali bertemu dengannya saat Sma. Aku juga akrab dengan Yui dan Sakura. Mereka bertiga sudah seperti adikku, sebelum akhirnya Yui meninggal dalam kecelakaan. Dan, di saat itulah aku kehilangan kontak dengannya.

Aku tersenyum kecil menatap ke arahnya, "Mirai-chan," panggilku, membuatnya berhenti membersihkan lensa kacamatanya, dan menatap ke arahku, "aku hari ini ke club, cuman mau bicara sama Hiroomi bentar doang kok, soalnya aku ada keperluan osis setelahnya." lebih baik begini. Lagipula bukan sepenuhnya bohong kok, dan aku tidak ingin bertemu dengan mereka.

"Um... Uh... Osis...? Apa itu berarti senpai akan menetap di sekolah dulu?" tanyanya ragu, aku menatap gerak-geriknya dengan bingung.

"L-lebih baik di kerjakan di rumah saja!" sudah kuduga, ada yang disembunyikannya. Aku bahkan belum mengatakan apa-apa, tapi dia sudah nerobos duluan.

"Aku memang berencana mengerjakannya di rumah kok."

"B-begitukah?" ia menatapku dengan bingung, namun, tentu saja. Tampang leganya dan helaan napasnya tak terlewatkan olehku. Tapi, aku mencoba untuk menghiraukannya. Kalau ia memang tidak ingin mengatakannya... Itu bukan masalah bagiku, itu masalah miliknya, aku tidak bisa ikut campur begitu saja.

"Yup!" aku mengangguk dengan dengan yakin, sebelum kembali berucap, "tapi, kerena kebetulan ketemu sama Mirai-chan, aku minta titipin pesan aja deh."

Ia mengerjapkan matanya pelan, sebelum berucap, "pesan?" ulangnya sopan.

Aku kembali mengangguk lalu tersenyum lembut, sudah jadi ciri khas'ku untuk bersikap dewasa. Dan karenanya, aku selalu di sebut sebagai peace maker oleh teman-teman. "Bisa kau sampaikan padanya, untuk datang ke apartemenku besok? Ada proyek yang harus kami kerjakan,"

"T-tentu saja!" jawabnya tanpa ragu, "tapi... Proyek apa?" ia kembali berucap, bisa kuteka ia penasaran dengan apa yang akan kulakukan.

"Astronomi. Sudah dulu ya, Mirai-chan, aku mau ke ruang guru dulu setelah ini." ucapku, mengakhiri pembicaraan, setelah mendengar jawabannya, dengan segera aku meninggalkannya dan melanglahkan kakiku ke lantai tiga, di mana ruang guru berada. Seperti yang kukatakan sebelumnya.

...

"Bagaimana?" Kuriyama menoleh ke belakang, dirinya kemudian mendapati Nase bersaudara, Kanbara Akihito, dan guru matematikanya, Ninomiya Shizuku, atau lebih dikenal sebagai Nino.

"S-sukses besar!" Kuriyama menjawab dengan terbata-bata ketiga senpai'nya itu, plus seorang guru. Jujur, ia tidak suka menyembunyikan sesuatu dari (y/n) yang sudah seperti keluarganya sendiri. Tapi... Bohong sedikit tidak papa'kan? Lagipula, ini untuk kebaikan (y/n) sendiri.

"Baguslah kalau begitu." balas Hiroomi serius, kedua tangannya diselipkan pada kantong seragam miliknya, "aku tidak ingin (y/n) terlibat."

"Demo," suara Nino membuat ketiganya menatap ke arahnya, "apa kau yakin?"

Mitsuki mengangguk setuju akan pernyataan gurunya, ia mengerti apa yang ingin dikatakannya, "cepat atau lambat, aku yakin dia akan mengetahuinya."

"Mitsuki benar." kali ini, Akihito ikut membenarkan. Yah... Sebego-begonya Akihito, Mirai rasa ia masih mengetahui konsekuensi dari hal yang mereka sembunyikan. "Apa kau yakin?"

"Memangnya apa ada cara yang lain lagi untuk melindunginya?" pertanyaan dari Hiroomi membuat empat orang yang ada terdiam.

°

°

°

°

Various!CharaXReader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang