-ᴏɴᴇ ᴅᴀʏ- [Blue Lock] [End]

Chapter 10

✨✨✨

Hallo, selamat pagi!
Ehehe... Cuman mampir mo bilang makasih
Bagi yang udah mampir di sini, buat yang vote Ama komen juga makasih
Maaf kalau ceritanya agak gimana👌 gitu...
Saya suka gak mood kalau ide hilang ಡ ͜ ʖ ಡ
Intinya makasih buat kalean (. ❛ ᴗ ❛.)

・┆✦ONE DAY✦ ┆・

CHAPTER 10
'APA ADA YANG AKAN BERUBAH?'

───────⋆⋅☆⋅⋆ ───────

Ayam berkokok, pagi pun datang. Keseharian anak-anak di SMA *** begitu normal seperti biasanya.

Yang tidak normal disini hanyalah Bachira, sejak pagi ia tersenyum cengengesan. Teman sekelasnya mengerubungi dirinya, mencoba bertanya 'Nih anak kesambet apa?'

Beberapa saat, kerumunan pun bubar setelah mendengar ucapan lantang sang ketua kelas.

"Semuanya, perhatian! Karena hari ini Pak Julias tidak sempat hadir. Kita diminta untuk belajar mandiri"

Teriakan kebahagian terdengar dicampur dengan teriakan berlebihan dari mereka. Terutama Sirkelnya Bachira. Yang merayakannya dengan naik ke atas meja serasa sedang konser.

Bachira hanya diam memperhatikan, saat ia menoleh ke arah jendela dan melihat siluet seseorang yang langsung membuat jantungnya berdebar.

'(Name)'. Itulah nama yang pertama kali terucap.

***

"(Name), kenapa kau membawaku kesini?"

"Ada sesuatu ingin ku katakan"

Gadis bernama (Name) tengah tertunduk dengan wajah yang memerah. Ia menggenggam tangan seorang pemuda dengan Surai putih begitu erat, tangannya sedikit bergetar membuat pemuda dihadapannya secara refleks mengelus pelan pipinya.

"Kau sangat merah"

(Name) merasa kepanasan, jantungnya berdebar tak terkontrol. Ia mencoba menenangkan dirinya. '(Name)! Tenanglah.. Nagi ada di hadapanmu sekarang. Ayo! Kau tak boleh takut!'

"Nagi. A... Aku... Aku me-"

"(Name)"

Cup!

(Name) tertegun, saat Nagi mengecupnya dengan lembut. Matanya terbelalak, pikirannya melayang. Apa ini? Nagi menciumnya?! Apalagi, ini adalah Ciuman pertamanya!!!!

Tatapan Nagi yang hangat membuat (Name) tak bisa melepas pandangannya. Wajah mereka saling bertemu dengan kedua tangan Nagi yang terus memegang pipinya.

"Aku sudah menunggu untuk ini"

Tetesan air keluar dari mata (Name) dan semakin lama semakin deras. (Name) terisak bahagia, tak tau harus menjawab apa. Mulutnya seakan tak bisa digerakkan.