Chapter 52

208 22 2
                                    

"Hai, paman. Apa kabar?" Dino menyapanya dari sudut ruangan.

Wonshik melotot garang pada Dino, bergidik mengingat apa yang terjadi,
kemudian menatap Seungkwan lagi.

Lambat-lambat Wonshik melintasi ruangan sampai jaraknya hanya tinggal beberapa meter dari Seungkwan. Ia melayangkan pandangan menuduh pada Vernon, kemudian matanya berkelebat kembali pada Seungkwan. Suhu tubuh ayahnya mulai menghantam Seungkwan dengan setiap denyut jantungnya.

"Seungkwan?" tanya ayahnya lagi.

Seungkwan berbicara dengan suara lebih pelan dan berusaha agar tidak terdengar seperti dentang lonceng.

"Ini benar-benar aku, ayah. Maafkan aku." kata Seungkwan.

"Kau baik-baik saja?" kata Wonshik.

"Sangat dan benar-benar baik. Segar bugar dan sehat walafiat." kata Seungkwan, habis sudah oksigennya.

"Dino mengatakan padaku bahwa ini... Bahwa kau sekarat!” Wonshik seketika mengucapkan kata-kata itu dengan sikap seolah-olah ia sama sekali tak percaya.

Seungkwan menguatkan diri, memfokuskan pikiran pada Yena yang hangat, mencondongkan tubuhnya kepada Vernon untuk meminta dukungan, dan menarik napas dalam-dalam.

Aroma Wonshik bagaikan tinju api, langsung menohok ke kerongkongan Seungkwan. Bukan hanya sakit, tapi sekaligus gairah yang panas dan menusuk. Aroma Wonshik jauh lebih menggiurkan daripada apa pun yang pernah Seungkwan bayangkan.

Kalau para pendaki yang Seungkwan temui ketika berburu itu saja sudah menggiurkan, aroma tubuh ayahnya malah dua kali lebih menggoda. Dan ia hanya berjarak beberapa meter dari Seungkwan. Tubuh Wonshik memancarkan panas dan cairan yang menitikkan air liur ke udara yang kering.

Tapi Seungkwan tidak sedang berburu sekarang. Dan ini ayahnya. Vernon meremas pundak Seungkwan dengan sikap bersimpati, sementara Dino melayangkan pandangan meminta maaf pada Seungkwan dari seberang ruangan.

Seungkwan berusaha menguasai diri dan mengabaikan rasa sakit sekaligus dahaga yang berteriak minta dipuaskan. Wonshik menunggu jawaban Seungkwan.

"Apa yang dikatakan Dino memang benar." kata Seungkwan.

"Kalau begitu, ada juga di antara kalian yang jujur." geram Wonshik.

Seungkwan berharap ayahnya bisa melihat bahwa di balik segala perubahan di wajah baru Seungkwan, ada penyesalan yang dalam di sana.

Di dadanya, Yena mengendus-endus saat aroma tubuh Wonshik yang tercium olehnya. Seungkwan pun memeluknya semakin erat. Wonshik melihat Seungkwan menunduk cemas dan mengikuti arah pandang Seungkwan.

"Oh?" ujar Wonshik dan semua amarah lenyap dari wajahnya, berganti menjadi terkejut.

"Ini dia. Anak yatim piatu yang Dino bilang sedang kalian adopsi?" kata Wonshik.

"Ini keponakanku." dusta Vernon dengan lancar.

Vernon pasti memutuskan bahwa kemiripannya dengan Yena terlalu nyata untuk diabaikan begitu saja. Yang terbaik adalah menyatakan mereka memiliki hubungan keluarga sejak awal.

"Loh, aku kira kau kehilangan seluruh anggota keluargamu." sergah Wonshik, nada menuduh kembali terdengar dalam suaranya.

"Aku kehilangan kedua orangtuaku. Kakak lelakiku diadopsi, sama seperti aku. Aku gak pernah bertemu lagi dengannya setelah itu. Tapi pengadilan berhasil menemukanku setelah dia dan istrinya tewas dalam kecelakaan mobil, meninggalkan anak tunggal mereka yang sebatang kara." kata Vernon.

Vernon lihai sekali dalam memberi alasan. Suaranya tenang, bahkan ada sedikit keluguan di dalamnya. Seungkwan harus berlatih kalau ingin bisa seperti itu. Yena mengintip dari balik dada Seungkwan sambil mengendus-endus lagi. Malu-malu diliriknya Wonshik dari balik bulu matanya, lalu bersembunyi lagi.

SEVENTEEN : Code Seven ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang