Lalu barulah Dino benar-benar melihat kondisi Seungkwan yang sebenarnya saat ini. Tampak lingkaran hitam di bawah matanya yang terlihat sangat mencolok karena wajahnya begitu kurus.
Benarkah Seungkwan bertambah kurus?
Kulitnya tampak tegang, seolah-olah tulang pipinya akan menyobek pipinya dan menembusnya. Lehernya basah dan sekujur tubuhnya mengilat karena keringat. Ada sesuatu di jari-jari dan pergelangan tangannya yang tampak begitu rapuh hingga terkesan menakutkan.
Seungkwan memang sedang sakit parah. Itu bukan dusta. Cerita yang dikisahkan ayah Seungkwan kepada Dokyeom di kode enam ternyata bukan karangan.
Sewaktu Dino memandangi Seungkwan dengan mata terbelalak, kulit Seungkwan berubah warna menjadi hijau muda. Si pengisap darah berambut merah yang cantik jelita itu, Daeun membungkuk di atas tubuh Seungkwan dan menghalangi pandangan Dino dengan sikap protektif yang janggal.
Sungguh aneh. Dino mengetahui perasaan Seungkwan mengenai nyaris apa saja jalan pikirannya sangat jelas, terkadang seperti sudah terpatri dengan jelas di keningnya. Jadi, Seungkwan tidak perlu menceritakan setiap situasi hingga sedetail-detailnya untuk membuat Dino mengerti.
Tapi tidak ada sorot ketakutan di mata Seungkwan saat ia menengadah dan menatap Daeun sekarang. Ekspresinya seperti meminta maaf atau apa. Lalu Daeun menyambar wadah dari lantai dan memeganginya di bawah dagu Seungkwan, dan tepat saat itu Seungkwan muntah ke wadah dengan suara berisik.Jeonghan membantu Seungkwan bangkit dari sofa. Sedangkan Vernon tetap di tempat, terkulai ke depan sampai wajahnya terbenam di bantalan kursi. Selimut jatuh ke lantai di kaki Seungkwan.
Tubuh Seungkwan membengkak, menggelembung aneh dan tidak wajar. Tubuhnya mendesak kaus abu-abu pudarnya yang kebesaran untuk bahu dan lengannya. Anggota tubuhnya yang lain sepertinya lebih kurus, seolah-olah gundukan besar itu bertumbuh dari apa yang diisapnya dari Seungkwan.
Butuh sedetik bagi Dino untuk menyadari apa bagian yang membuncit itu. Dino tidak mengerti sampai Seungkwan melipat kedua tangannya dengan lembut di perutnya yang membuncit, satu di atas dan satu di bawah. Seolah-olah menggendongnya.
Dino melihatnya waktu itu, tapi ia masih belum memercayainya. Baru sebulan yang lalu ia bertemu Seungkwan. Tidak mungkin ia hamil. Tidak sebesar itu, kecuali bahwa memang benar demikian adanya.
Dino tidak ingin melihatnya dan tidak mau memikirkannya. Dino tidak ingin membayangkan Vernon yang bercinta dengannya. Dino tidak ingin mengetahui bahwa sesuatu yang sangat ia benci telah berakar dalam tubuh yang ia cintai.
Perut Dino memberontak, dan ia terpaksa menelan kembali isi perutnya. Tapi ini lebih buruk daripada itu, jauh lebih buruk. Tubuh Seungkwan tidak berbentuk, tulang-tulang bertonjolan di kulit wajahnya.
Dino hanya bisa menduga bahwa Seungkwan terlihat seperti hamil besar tapi sangat kepayahan adalah karena apa pun yang ada dalam perutnya merampas hidup Seungkwan untuk menyokong hidupnya sendiri.
Karena makhluk itu adalah monster. Sama seperti ayahnya.
Kepala Vernon tersentak saat mendengar kata-kata dalam pikiran Dino. Baru sedetik yang lalu mereka sama-sama berlutut, dan sekarang Vernon sudah berdiri, menjulang tinggi di atas Dino. Matanya hitam datar, lingkaran di bawahnya berwarna ungu tua.
"Di luar, Dino." geram Vernon.
Dino pun ikut berdiri dan menatap Vernon sekarang, "Ayo kita tuntaskan." Dino setuju.Vernon terus berjalan, tak pernah menoleh untuk melihat apakah Dino hendak menerkam punggungnya yang tidak terlindung. Dino merasa Vernon tidak perlu mengecek. Ia pasti tahu kapan Dino memutuskan untuk menyerangnya. Itu berarti Dino harus mengambil keputusan dengan sangat cepat.
"Aku belum siap dibunuh olehmu, Dino. Kau harus sedikit lebih bersabar." bisik Vernon sambil berjalan cepat-cepat menjauhi rumah.
Seolah-olah Dino peduli, Dino pun menggeram pelan, "Kesabaran bukan spesialisasiku." katanya.
Vernon berjalan terus, mungkin beberapa ratus meter menyusuri jalan masuk, menjauh dari rumah, bersama Dino yang membuntut tepat di belakangnya. Sekujur tubuh Dino panas dan jari-jarinya gemetar.Vernon pun berhenti tanpa aba-aba dan berbalik menghadap Dino dengan ekspresinya yang lagi-lagi membuat Dino terpaku. Selama sedetik Dino seperti bocah ingusan. Karena Dino tahu bahwa dirinya harus menjalani hidup lebih lama, menderita lebih banyak, untuk bisa memahami kepedihan hebat yang membayang di mata Vernon.
Vernon mengangkat tangan seolah hendak menyeka keringat dari dahinya, tapi jari-jarinya menggores wajahnya seolah hendak mengoyak kulit granitnya yang keras. Mata hitamnya membekas di dalam kelopaknya, nanar, atau melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada.Mulut Vernon terbuka seolah hendak menjerit, tapi tak ada suara yang keluar. Beginilah wajah orang yang dibakar hidup-hidup.
Sesaat Dino tak mampu bicara. Ini terlalu nyata. Wajah itu, Dino pernah melihat bayangannya di rumah, melihatnya di mata Seungkwan dan di mata Vernon, tapi ini membuat segalanya menjadi final. Paku terakhir yang menutup peti mati Seungkwan.
"Hal itu membunuhnya, kan? Dia sekarat." Dan Dino tahu saat mengucapkannya bahwa wajahnya juga sama basahnya dengan wajah Vernon.Lebih lemah dan berbeda, karena Dino masih syok. Dino belum sepenuhnya mencerna apa yang sesungguhnya terjadi karena kejadiannya begitu cepat. Sementara Vernon tahu lebih dulu sehingga memiliki waktu untuk sampai pada titik ini.
Dan berbeda, karena Dino sudah begitu sering kehilangan Seungkwan dalam banyak hal, dalam benaknya.
Dan berbeda, karena Seungkwan tak pernah benar-benar menjadi milik Dino sehingga Dino bisa mengatakan bahwa ia kehilangan dia.
Dan berbeda, karena ini bukan salah Dino.
"Kesalahanku." Vernon berbisik dengan lututnya yang goyah.Vernon terkulai di hadapan Dino dan tak berdaya. Tapi Dino merasa sedingin salju dan tak ada lagi api di dalam diri Dino.
"Ya, memang itu membunuhnya." Sikap Vernon yang tidak berdaya membuat Dino kesal.
Dino hanya ingin bertarung, bukan mengeksekusi. Di mana sikap sok superior Vernon sekarang?
"Mengapa kak Seungcheol gak melakukan apa-apa? Bukannya dia seorang dokter? Keluarkan saja makhluk itu dari perut kak Seungkwan." geram Dino.
Vernon mendongak dan menjawab pertanyaan Dino dengan nada letih. Seolah-olah Vernon sudah menjelaskan hal yang sama kepada seorang anak TK untuk kesepuluh kalinya.
"Seungkwan gak mengizinkan kami." jawab Vernon.Butuh waktu semenit baru Dino bisa memahami perkataan Vernon. Astaga, ini sungguh khas Seungkwan. Tentu saja, mati demi keturunan monster. Itulah Boo Seungkwan.
"Kau sangat mengenalnya." bisik Vernon."Betapa cepatnya kau melihat... aku sama sekali gak melihat itu. Gak pada waktunya. Dia gak mau bicara padaku dalam perjalanan pulang, gak banyak yang dia katakan. Aku menyangka bahwa dia takut itu wajar. Aku menyangka bahwa dia marah padaku karena membuat dirinya harus mengalami hal ini, karena membahayakan hidupnya lagi. Tak pernah terbayang olehku apa yang sebenarnya dia pikirkan, apa tekadnya. Enggak sampai ayah, ibu, kak Ryu, kak Daeun, kak Hajoon, kak Mingyu, dan kak Wonwoo menjemput kami di bandara dan Seungkwan langsung menghambur ke dalam pelukan kak Daeun. Jung Daeun! Kemudian aku mendengar pikiran kak Daeun. Aku gak mengerti sampai aku mendengar pikiran itu. Tapi dalam sedetik saja, kau langsung mengerti..." imbuhnya sambil setengah mendesah dan mengerang.
"Tidakkah terpikir olehmu bahwa tenaganya gak lebih dari tenaga manusia pria normal? Dasar vampir-vampir tolol. Pegangi dia dan bius saja supaya teler." kesal Dino.
"Aku memang ingin berbuat begitu. Ayah sebenarnya mau. Enggak, bukan itu. Tapi bodyguard Seungkwan yang membuat situasi semakin rumit." kata Vernon.
Oh, cerita Vernon sebelumnya tidak terlalu masuk akal. Tapi sekarang semua jelas. Jadi karena itu ada Daeun di sana. Apa kira-kira yang ia inginkan? Apakah si ratu kecantikan begitu menginginkan Seungkwan mati?
"Mungkin. Kak Daeun gak melihatnya seperti itu." kata Vernon, menjawab pikiran Dino.
"Kalau begitu, lumpuhkan saja dulu kak Daeun. Jenis kalian bisa disatukan kembali, bukan? Buat saja dia jadi puzzle, setelah itu baru urus kak Seungkwan." kata Dino.
"Kak Bohyun dan kak Kim Bum mendukungnya. Kak Bohyun gak akan pernah mengizinkan kami... dan ayah gak mau membantuku kalau ibu menentangnya..." suara Vernon seketika menjadi serak."Bagaimana dengan member lainnya?" kata Dino.
"Kak Dokyeom dan kak Joshua beberapa hari ini gak pulang ke rumah. Ayah dan ibu ingin mencoba mempertahankan Seungkwan seperti manusia hamil pada umumnya. Sedangkan member lainnya hanya diam saja karena mereka benar-benar gak tahu harus berbuat apa." kata Vernon.
"Seharusnya kau tinggalkan saja kak Seungkwan denganku." kata Dino.
"Ya..." keluh Vernon.
Tapi sekarang sudah agak terlambat. Mungkin seharusnya hal ini sudah dipikirkan Vernon sebelum ia menyebabkan Seungkwan mengandung monster penghisap kehidupan ini.To be continued...
Jangan lupa komen dan vote-nya
KAMU SEDANG MEMBACA
SEVENTEEN : Code Seven ✓
Fanfic"Tak akan ada yang bisa melawan takdir." • Code 7 : Grand • Inspired by Twilight Eclipse & Breaking Dawn ⚠️WARNING!⚠️ - BxB - Mature Content Highest Rank : #3 Joshua #5 VerKwan #7 Jeonghan #10 The8 Prequel Start : 2022-09-22 The Real Start : 2022-10...