Dua

861 32 2
                                    

"Bangun, Bela! Sudah subuh" Entah sudah yang ke berapa kali Angga membangunkan Bela yang masih terlelap dalam tidurnya. Adzan sudah lewat 20 menit yang lalu. Namun, Bela masih belum bangun. Jangankan bangun, bergerak sedikit saja tidak. Angga geleng-geleng tak percaya. Anak gadis seperti Bela ternyata tidurnya seperti orang yang sedang latihan mati.

Karena panggilannya tak direspon oleh Bela. Angga berjalan menuju kamar mandi dan mengambil segayung air. Air itu Angga ciprat-cipratkan ke wajah Bela. Benar saja, tidak lama kemudian ada pergerakan dari tubuh Bela. Angga menghembuskan nafasnya lega, akhirnya dia berhasil membangunkan Bela.

Bela membuka perlahan matanya yang masih terasa berat. Tatapannya masih sedikit buram. Namun, dia bisa melihat kalau Angga tengah memperhatikannya.

"Apa sih, Pak?" Tanya Bela.

"Sudah subuh. Cepatlah bangun dan sholat subuh!".

"Saya masih ngantuk, Pak!" Tukas Bela dan mulai memejamkan matanya lagi.

"Bangun, Bela!" Tangan Syam menggoyangkan pundak Bela.

Bruak...

Angga jatuh ke bawah akibat dari tendangan maut Bela. Angga baru sadar bahwa ternyata Bela mempunyai tenaga besar. Tangan Angga mengelus pantatnya yang terasa sakit.

"Kamu ngapain nendang saya?!" Tanya Angga sedikit kesal.

"Bapak sendiri, kan yang bilang, kalau Bapak menyentuh saya maka saya boleh menghukum Bapak".

Angga geleng-geleng kepala "Cepatlah sholat subuh" Ucapnya, lalu, melenggang pergi.

"Jangan bersikap seolah Bapak memang suami saya" Ucap Bela saat Angga belum sepenuhnya pergi dari kamarnya.

Angga cukup tersentak mendengar perkataan Bela. Dia hanya membangunkan Bela agar gadis itu sholat subuh, apa itu salah?.

"Maksud kamu? Saya hanya ingin membangunkan kamu untuk sholat subuh. Tidak lebih!" Tukas Angga sembari menatap sempurna ke arah Bela.

"Saya tahu. Saya hanya mengingatkan supaya Bapak tidak lupa".

Angga membalikkan lagi badannya. Lalu, berjalan kembali keluar kamar. Tak menggubris perkataan Bela.

Angga berfikir, mungkin mulai sekarang dia harus terbiasa dengan sikap dan sifat Bela yang masih terbilang kekanak-kanakan. Angga sama sekali tak menyalahkan Bela karena sikapnya. Namun, jauh dilubuk hati Angga, dia ingin pelan-pelan Bela menjadi gadis yang sedikit lebih dewasa. Angga tak akan memaksa. Tapi, Angga ingin Bela sedikit belajar.

Pernikahan bukanlah mainan. Dua manusia sudah diikat dengan ikatan yang sangat kuat. Dalam menjalani pernikahan ada komitmen dan janji sehidup semati yang harus dijalani.

***

Bela sudah siap dengan seragam sekolah yang sudah menempel sempurna di tubuhnya. Hari ini tepatnya satu hari setelah hari pernikahannya, Bela memilih untuk langsung masuk sekolah. Tanpa ada liburan tentunya. Sebenarnya, kedua orang tua Bela sudah menyuruh Bela agar masuk kembali ke sekolah seminggu lagi. Tapi, Bela tetaplah Bela. Gadis keras kepala dan susah diatur. Bela tak memperdulikan perkataan kedua orang tuanya. Hari ini dia tetap akan masuk sekolah. Toh, dia tak pernah menganggap serius pernikahan itu. Sedangkan, Bela memilih menuruti kemauan Bela. Walaupun sebenarnya dia ingin mengambil cuti.

Bela berjalan keluar kamar dan menghampiri Angga yang sedang sibuk di dapur. Bela memperhatikan punggung Angga yang tengah membelakanginya. Laki-laki itu tengah memasak. Mungkin sangking fokusnya, Angga sampai tak sadar kalau Bela ada di belakangnya.

Bela gugup, dia bingung harus mengatakan apa kepada Angga. Apakah dia langsung pergi ke sekolah tanpa berpamitan dengan Angga? Atau sedikit berbasa-basi dulu dengan Angga?

Kamu Jodoh Saya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang