「008」 Mati

1K 153 3
                                    

Ponselku di saku baju terusan bergetar saat aku berkata seperti itu. 'Oh ya lupa, ini masih aku mute...' Yah, sebenarnya aku belum keluar dari toilet, sih.

Saat aku sedang meraba saku bajuku, seseorang berbicara dan suaranya lumayan terdengar jelas dari samping kanan toilet.

"Aku minta maaf... aku benar-benar menyesal, aku benar-benar tak berniat melakukan itu." Suaranya terdengar gemetar sekali. "Aku benar-benar tak berniat menyeretnya dalam kecelakaan itu!"

"Ck! Terlambat!"

DORR!

'Eh?!' Dengan refleks tanganku meraih gagang pintu toilet untuk keluar dan melihat keadaan. Darah segar mengalir di lantai dari toilet samping kananku. Itu karena ini Cubicles Toilet! Lalu sempat terpikir pelaku masih ada disini. Hampir saja aku membuka pintu kalau aku tak melihat darah. 'P-pembunuhan!'

Sebuah tangan berdarah-darah muncul dari sela-sela antara dinding toilet dan lantai. Aku terkaget-kaget. Ekspresi wajahku sekarang pasti sangat tak terkontrol. Tak berani keluar. Tambah tak berani karena tangan kiri itu masih saja bergerak. Terlihat seperti akan menuliskan sesuatu. Dan benar saja, tangan itu menulis huruf katakana "シネ" [shi ne (artinya 'matilah')].

'Orang ini seperti tau kalau ada seseorang di toilet sebelahnya.... Apa dia menyumpahi aku? Atau menitip pesan untuk disumpahi ke pelakunya?'

Cepat-cepat aku mengambil ponsel dan membuka fitur kamera, dan memotret dying message itu. Mungkin saja pelaku akan menghapusnya kalau melihatnya.

CKREK!

'Siallll! Blitz-nya lupa aku matiin! Dan kenapa juga harus bunyi keras...?! Sial!' Batinku panik.

Aku menengok kesana kemari, mencari celah kabur. 'Apa? Apa yang harus aku lakukan biar ga kelihatan??'

'Ah, iya benar!' Aku pelan-pelan tapi cepat menutup penutup kloset duduk, dan berdiri diatasnya. Dan benar, seseorang mengintip dari sela-sela bawah toilet. Kalau lihat dari sela-sela sekat dinding atas, tidak akan sampai karena tinggi. Tapi kalau naik, akan sampai.

Seseorang yang tak lain-yang kuduga-adalah pelakunya itu lalu mencoba membuka pintu toilet yang kutempati. Sepertinya ia akan menghapus dying message itu. Tapi, tentu saja karena aku kunci dari dalam, ia tak bisa membukanya. Lalu tangan seseorang lain yang bersarung tangan itu masuk dari sela-sela bawah. Tangan bersarung hitam itu mengangkat tangan yang berlumuran darah, mencelupkannya ke darah baru yang mengalir tadi dan menaruh kembali diatas dying message itu.

Benar-benar tak kusangka. Dying message-nya jadi hilang tertimpa darah itu sendiri.

Aku tak bisa terus berdiri diatas dudukan toilet. Paling-gak, aku harus pindah dari satu-toilet, ke toilet lain. Untungnya toilet ini tidak ada siapapun kecuali mayat, pelaku dan aku.

Tanganku meraih sisi atas dinding toilet dan mengangkat badanku melewati sela-sela atas. Aku merasa beruntung karena sela-sela dinding atas lumayan lebar, jadi badanku bisa masuk.

Apa kalian bertanya kenapa aku tak melawan penjahatnya saja? Kalian bertanya-tanyea?

*plakk! //geplak author

Jawabannya sangat simpel. Karateku tak sehebat Ran dan nyaliku saat ini menciut. Lagipun kalau aku sekuat dia, aku takkan menang melawan senjata api. Bahkan sebelum aku memulai gerakan, penjahat mungkin sudah nembak duluan. Kalau sekuat Makoto? Entahlah, aku tak kepikiran.

Kaki kananku duluan mendarat di atas dudukan kloset. Lebih mengerikannya lagi, aku terpeleset dan tak sengaja mengeluarkan suara. "Aakk!" Refleks aku langsung menutup mulut.

The Character Who Never Mentioned [Detective Conan Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang