Happy reading...
--------🛸--------
Sore ini semesta seakan ikut berkabung, awan mendung ikut serta melengkapi bagaimana sedihnya upacara pemakaman itu.
Ketiga anak keluarga Aradhana menatap sayu gundukan tanah didepannya, menabur sedikit demi sedikit bunga itu dibantu kerabat dan teman dekat ayah Winata maupun ketiga jagoan Aradhana.
Jeje menunduk, berusaha menghalau agak tidak kembali menangis. Ia ingin cepat mengikhlaskan kepergian yang tersayang, namun itu tidak akan mudah 18 tahun ia hidup bersama sang ayah.
Om jaya yang berada di dekat Jeje menepuk lembut pundak lebar itu, ia juga tidak menyangka adiknya akan pergi begitu cepat.
Om jaya yang melihat bahwa ketiga keponakan nya butuh waktu berbicara dengan adiknya, memberi kode kesemua orang disana untuk meninggalkan sementara area pemakaman.
Cukup sunyi saat semua orang sudah pergi, hafi melirik kedua adiknya, sudah saatnya ia mengakuinya. Benar kata ayah apapun bisa disembunyikan tapi tidak untuk keluarga.
"Ayah.. " panggilan itu berasal dari suara berat si sulung, Jeje dan Raka yang mendengarnya memilih mendegarkan seksama apa yang akan si sulung Aradhana katakan "hafi punya penyakit mental, hafi seorang psikopat gila" Jeje dan Raka menatap penuh hafi namun hafi seakan mengabaikannya, memilih menatap batu nisan ayahnya. "tapi hafi gak akan bunuh orang kalo orang itu gak ganggu keluarga Aradhana, maaf ayah hafi menyembunyikan nya"
Jeje berdiri berlari kearah sang kembaran, memeluk erat sang kembaran seakan memberikan kekuatan bahwa kembarannya sangat hebat berani mengatakan nya.
"Hiks hafi.. jangan lagi ya hiks nanti bisa dibicarakan baik baik, maaf Jeje sering selfharm tanpa sepengetahuan kalian hiks" hafi mengepalkan tangan nya, sudah ia duga karena sang kembaran selalu menggunakan baju panjang. "Bisakah kau berhenti menyakiti dirimu" Jeje kembali menangis mengangguk ribut takut kembarannya akan marah.
Raka yang sedari tadi diam memilih mengrengsek masuk dalam pelukan kedua kakak kembarnya "kenapa rahasia kalian terungkap saat ayah sudah tiada" kalimat itu membuat kedua saudara kembar itu terus menerus merapalkan kata maaf untuk sang adik.
Dari kejauhan om jaya tersenyum teduh melihat bagaimana ketiga saudara itu saling menguatkan. "Winata, Abang janji, akan selalu ada untuk ketiga jagoanmu" air mata itu kian luruh, tangannya menghapus kasar, ia tidak boleh menangis.
"Ayah!!!!"
Badan tegap itu terhuyung kedepan, saat ketiga anaknya memeluk dari belakang, bukan kan keluarga nya sama dengan keluarga adiknya, kedua putra kembar dan satu putra bungsu hanya berbeda dari umur dan takdir.
Takdir sering bercanda bukan?
--------🛸--------
Mansion Aradhana terasa dingin, berdiri tanpa semestanya. Takdir seperti tidak ingin melihat ketiganya tersenyum sebentar. Kini ketiganya memilih diam menatap lapangan olahraga milik Sang ayah dari kamar masing masing.
Mereka tidak tau bagaimana cara mereka bangun untuk jatuh kedua kalinya. Mereka tidak punya seseorang yang ingin ia banggakan. Mereka sudah tidak punya rengkuhan hangat dan nasihat sang ayah, dan mereka tidak akan bisa bercerita layaknya anak kecil kepada ayahnya.
Pergi nya ayah Winata benar benar meninggalkan rasa sakit tersendiri diketiganya. Karena mereka punya kenangan tersendiri dengan beliau.
Selamat jalan ayah Winata adiwirya aradhana, ketiga jagoanmu akan bertahan hidup dengan nasihat yang kau tinggalkan.
--------🛸--------
HUAAA BENERAN UDAH INI, maaf dikit bgt karena emang cuman buat mengungkap rahasia kedua anak kembar Aradhana.
Terimakasih untuk readers yang mau mengikuti kisah keluarga Aradhana maaf jika tidak sesuai ekspektasi, Bye bye jangan lupa mampir di akun aku, see you di book selanjutnya...
Love youuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Ayah
Fanfiction[END] ft. Keluarga Aradhana Menceritakan tentang keluarga Aradhana, Keluarga dengan orang tua tunggal mereka, Roda kehidupan yang setiap detik berputar juga kisah keluarga ini yang di ketuai ayah Winata. Dan tentunya pelengkap keluarga ini, si kemba...