Lentera Ayah [06-End(?)]

235 16 1
                                    

Happy reading....

Kalo readers ada yang lebih tau bisa tolong diperbaiki ya, aku soalnya gak paham kesehatan dan sebagainya, ini juga aku tau cuman sebatas denger...

Intinya kalo salah tolong dikoreksi, makasih..

Ati ati 2k+++

--------🛸--------

"Satu satunya cara adalah di suntik pak, karena ini sudah terlampau kritis"

"Tidak ada cara lain? Saya dengar bisa dipasang ring?"

"Benar pak, bisa dipasang ring akan tetapi waktunya sangat mepet, bapak juga sering nyeri dan sesak napas"

"Apa resikonya dok?"

"Jantung akan berhenti beroperasi karena bapak punya riwayat stroke"

Kepala keluarga Aradhana itu menghela napas, bagaimana ia mengatakan ini kepada ketiga anaknya, bahkan resiko yang ditanggung dapat membuatnya meninggalkan ketiganya.

"Saya akan pikirkan terima kasih dok"

"Jangan terlalu lama pak, mohon maaf sebelumnya tetapi jika tidak segera ditangani dapat tertuju kearah kematian, tapi saya yakin apapun keputusan bapak itu yang terbaik.

Ayah Winata tersenyum menanggapi dokter muda di depannya ini, sudah hampir 2 tahun ia dirawat oleh dokter muda ini dan sudah hampir 2 tahun ia juga menyembunyikan penyakit jantungnya dari ketiga anaknya.

Langkah itu ia bawa keluar dari ruangan putih itu. Menghela napas sejenak memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi esok. Apa yang harus ia katakan. Ketiga anaknya masih butuh ia.





"Bagaimana pak? Hasilnya sudah membaik?"

Ayah winata hanya tersenyum saat disambut antusias oleh supir pribadinya. Selama ini yang tau penyakit jantungnya hanya dokter muda itu dan supir pribadinya ini. Ayah Winata masuk kedalam mobil itu bersandar memejamkan mata. Saat mobil sudah berkendara membelah jalan yang cukup ramai mata sayu itu kembali terbuka, menatap pantulan supir dari kaca depan.

"Pak, apapun yang terjadi jangan tinggalkan anak saya ya?!"

Supir pribadi keluarga Aradhana itu mengeryit tak paham "maksud bapak apa? Jangan berfikir aneh aneh pak, saya yakin bapak kuat"

Ayah Winata kembali memejamkan mata, ia sungguh lelah. Akhir akhir ini sesak napas dan nyerinya sering kambuh, bahkan rasanya sangat sakit melebihi seperti biasanya.






Netra itu kembali terbuka saat dirasa tempat tujuan sudah menanti didepan, ia harus bekerja hari ini dan pulang sebelum jam 4 agar kondisinya semakin membaik.

--------🛸--------

Siang ini sekolah sedikit riuh karena si kembar Aradhana. Beberapa menit yang lalu perundungan bungsu aradhana terbongkar. Bahkan Jeje yang biasanya dapat ditaklukan siang ini ia sangat brutal. Menepis kata kasian, si kembar kembali membabi buta kelima siswa kelas 12 itu yang berani mengeroyok adik bungsu mereka. Disamping itu ada lima siswi yang histeris, bisa dibilang mereka lah yang selama ini membully secara psikis dengan melontarkan kata kata membanding.

Sebenarnya otak dari kesepuluh itu sudah lenyap ditangan si sulung Aradhana. Namun setelah tau bahwa pembullyan itu masih terjadi membuat si kembar turun tangan sekaligus.

"Hafi Jeje udah woy, Lo mau bunuh mereka?!!!" Enal teriak menerobos gerombolan itu.

"Mending kalian obati Raka biar mereka urusan kita" tambah asa yang menatap datar kesepuluh siswa itu. Si kembar yang mendengar adik mereka bergegas memapah tubuh itu.

Lentera Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang