Lentera Ayah [01]

252 28 0
                                    

Happy reading....

--------🛸--------

"MAS CEPETAN SARAPAN!!!"

"Hus dek, jangan teriak masih pagi"

Remaja 17 tahun itu hanya tersenyum kecil memberi respon teguran dari sang ayah. Merasa cacing perut nya kembali meronta, remaja 17 tahun itu menggerutu menyumpah serapahi kedua kakak kembar nya yang lelet bukan main.

"Pagi ayah, pagi Raka hehe" sapa salah satu remaja 18 tahun tak lupa senyum tak bersalahnya.

"Cih lama bgt, ini Raka laper loh, kakak lelet sumpah"

Ya, remaja 17 tahun yang sedari tadi kita bicarakan adalah si bungsu aradhana,  Raka Anarghya Aradhana. Dia masih menggerutu kecil saat sang kakak duduk dengan wajah mengejeknya. Tak lama, remaja 18 tahun lainnya turun, gerutuan itu tak lagi terdengar, Raka takut dengan Abang nya ini.

"Hafi sini duduk disini" Raka melotot saat kakak nya memanggil duduk, bukan apa tapi kakaknya menyuruh abangnya duduk di depan Raka yang biasanya kakak nya itu tempati.

"Ayo makan!!!" Ayah dari 3 anak itu hanya menanggapi dengan gelengan kecil saat anak tengah nya bersorak riang berbeda dengan atmosfer si sulung yang tenang memakan sarapannya, sedangkan si bungsu hanya diam sembari menunduk memakan sarapannya, jujur saja ia tak berani menatap penuh Abang tertuanya.

Hafizhan Anarghya Aradhana menjabat sebagai Abang si kembaran dan abang si bungsu, bisa dibilang ia adalah sulung keluarga Aradhana. Sedangkan sang kembaran Jeje Anarghya Aradhana, moodboster sekaligus anak tengah keluarga Aradhana, entah kebetulan atau bagaimana ia juga sering menjadi penengah antara si sulung dan si bungsu. Biasanya anak tengah itu dibilang bukan anak kesayangan, beda lagi dengan anak tengah Aradhana, ia malah bisa di bilang pusatnya kesayangan entah dari Ayah sang kembaran atau si bungsu. Tapi bukan berarti Ayah Aradhana pilih kasih, beliau benar benar membagi rata kasih sayang itu.

"Kalian nanti pake mobil aja, motor kalian mau ayah Service"

"Service lagi? Baru tiga Minggu kan?" Hafi yang sedari tadi diam memilih mengangkat suara Tentang topik yang dibawa ayah.

"Iya, kamu gak inget fi, motor si Jeje sama Raka kan kemarin habis hmmmpp-" Jeje dan Raka melotot sembari membekap sang ayah yang hampir saja membeberkan kejadian kemarin.

Hafi yang merasa janggal menaikkan satu alisnya, menatap tajam kedua adiknya. "Jeje Raka gak sopan, duduk!" Jeje dan Raka yang memang dari dulu takut dengan si sulung memilih menuruti perkataan si sulung dan menunduk dalam.

"Jadi?"

Ayah Aradhana terkekeh, melihat kedua anaknya takut kepada Abang sulung mereka. "Jangan marah marah hafi, kemarin Jeje sama Raka jatuh" ayah yang melihat anak sulungnya diam tidak melanjutkan makannya memilih langsung menyaut cepat "tapi bukan salah mereka, itu motor mereka rem nya kurang berfungsi"

Hafi menatap kedua adiknya, lalu menghembuskan nafas berat "satu Minggu berangkat sama Abang" Jeje yang ingin membantah kembali diam saat suara berat itu kembali menyapa.

"Tidak ada penolakan je" dan berakhir Jeje dan Raka mengangguk mengiyakan apa yang diperintahkan yang paling tua dari mereka.

Sang ayah mati Matian menahan gelak tawanya saat kedua anak menatap tajam kearahnya. "Tatapan kalian kurang sopan" ya kedua nya kalah lagi karena ucapan si sulung. Ayah Aradhana bersaudara yang sudah tak tahan memilih melepaskan tawanya itu membuat hafi terkekeh dan kedua orang lainnya menggerutu pelan, takut si sulung mendengar.

--------🛸--------

Pagi ini sekolah sudah ramai ketika Aradhana bersaudara turun dari mobil, Jeje yang melihat teman nya sekaligus anggota OSIS sudah berjejer rapi mengecek satu persatu kelengkapan siswa siswi memilih menghampiri.

Lentera Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang