Chapter 3

22 2 0
                                        

Ruangan bernuansa putih yang didesain menyerupai kamar hotel tipe suite room ini sengaja dibuatkan sang papa agar Syanum dapat tidur dengan nyaman di malam hari. Tapi hal tersebut ternyata tidak cukup mampu untuk mengusir mimpi buruk yang selalu datang pada gadis itu. Baru tadi malam, setelah menerima pesan dari Keenan, seluruh tubuhnya terlelap sempurna. Nafasnya teratur dan begitu nyenyak hingga Mbak Surti yang mengasuh gadis itu sedari kecil sulit untuk membangunkannya.

"Sya, ada nak Keenan di luar."

"Masih ngan-"

Mendengar nama Keenan yang disebut, Syanum turun secepat kilat dari tempat tidur dan membersihkan wajahnya dengan kapas yang ditetesi milk cleanser. Tiga puluh detik. Ritual yang biasanya memakan waktu belasan menit kali ini diselesaikannya dengan sangat cepat. Gadis itu kemudian berlari membuka pintu luar bahkan tanpa melihat papa kesayangannya tengah duduk membaca koran diruang tamu.

"Pagi Keen. Eh salah, pagi mas Keenan."

Dengan sekali pandang, Keenan bisa tahu bahwa gadis didepannya baru saja bangun. Muka bantal dengan rambut setengah kusut itu menguatkan argumennya. Keenan kemudian bergerak merapikan rambut yang kusut dipuncak kepala Sya.

"Makanya jangan begadang."

Gadis itu hanya diam sambil tersenyum malu. Entah apa yang saat ini ada dipikirannya.

"Ini obatnya. Olesin ditangan sering-sering ya. Oh iya, ini ada bubur. Saya gak tahu kamu suka atau enggak tapi kalau kamu gak suka, kasih ke bu Surti atau buang aja."

Senyum Sya mengembang sempurna setelah mendengar kalimat tersebut. Diambilnya bubur pemberian Keenan dengan mata yang berbinar.

"Makasih banyak Mas," ucap gadis itu.

"Saya pergi dulu," pamit Keenan.

"Hati-hati Mas Keenan."

__

Malam selanjutnya acara begadang Sya kembali di interupsi Keenan. Pukul 2 dini hari, lelaki itu kembali menemukan postingan terbaru Sya yang memperlihatkan dirinya masih terjaga. Sebab itulah, Keenan kini tengah sibuk mengirim pesan untuk Sya. Namun sebelum ia selesai mengetik, pop up yang muncul dilayar ponsel Keenan sebelah atas justru menunjukkan pesan dari gadis itu. Isinya sangat jelas dan tidak bertele-tele.

Mas Keenan belum tidur juga, ya? Barusan liat story Sya soalnya, hehe. Boleh telfon?

Beberapa detik setelah pesan itu dibuka oleh Keenan, Sya langsung meneleponnya.

"Kenapa belum tidur?" Tanya Keenan setelah mengangkat telepon.

"Mas Keenan lagi apa?"

"Saya barusan nanya kenapa belum tidur, Sya."

"Gak bisa, Mas. Jam segini biasanya emang aku gak tidur."

"Ha?" Keenan tak paham.

Gadis itu akhirnya menceritakan semua ketakutannya selama ini yang membuatnya tidak tidak bisa tidur sendirian. Aneh memang. Tapi tipe manusia seperti itu memang ada. Buktinya Syanum. Dia selalu merasa tak aman saat tidur malam seorang diri. Karena mimpi-mimpi buruk terus muncul saat ia tidur.

Mendengar penjelasan gadis itu, Keenan kembali kehilangan sifat masa bodohnya. Ia membantu Sya tidur dengan terus bercerita banyak hal. Lambat laun Keenan bisa mendengar helaan nafas Sya yang teratur. Gadis itu tertidur dengan berbagai macam cerita Keenan walau awalnya selalu disela dengan pertanyaan-pertanyaan menyebalkan khas Syanum.

Sejak malam itu, Sya tidur nyenyak hingga pagi dengan cerita-cerita Keenan yang menemani. Hari-hari selanjutnya juga berlangsung lebih berwarna. Akibat kecelakaan itu, Keenan bertemu orang baru dengan sifat berbeda hingga bisa meruntuhkan pembatas yang ia bangun sedemikian rupa untuk gadis lain. Syanum menjadi pengecualian. Gadis dengan tinggi hanya sebatas dagunya itu perlahan-lahan membuat hatinya terus beralih. Gadis aneh yang bisa dengan mudah mendekatkan diri padanya hanya dalam waktu sehari. Gadis cerewet dengan segala sifat kekanak-kanakannya yang mampu membuat lelaki itu mengulas senyum lebih sering. Gadis yang selama dua bulan ini terus ditemuinya setiap hari untuk memberi obat, makanan, buku-buku bacaan, serta berbagai hal lainnya.

Hari ini Sya bahkan memintanya untuk membawakan face serum. Membuat Keenan bingung setengah mati kenapa barang sekecil itu ada banyak sekali macamnya. Jika hari ini bukan hari yang penting, Keenan akan dengan sangat leluasa menolak permintaan Sya tersebut seperti beberapa minggu lalu ketika gadis itu memintanya membeli sleeping mask. Mau tak mau, Keenan menuruti permintaan Sya karena hari ini adalah hari penting. Hari terakhirnya mengunjungi Sya.

"Wah, Mas Keenan beneran bawa serum dong. Makasih banyak, Mas. Nanti uangnya Sya ganti, ya."

"Gak usah. Anggap aja permintaan maaf terakhir saya."

Gadis itu mulai resah dengan gerak-gerik Keenan. Ia tahu ada hal berat yang akan diterimanya sejak lelaki itu tak mau masuk ke rumah ini dan terus berdiri di depan pintu. Tak seperti biasanya. Seolah-olah urusannya hanya sebentar dan akan segera pergi.

"Sya, lusa saya wisuda."

Sya yang mendengar pernyataan itu pun kaget. Dia tahu bahwa Keenan akan wisuda dalam waktu dekat tapi yang ia bayangkan tak secepat ini.

"Bagus dong. Selamat Mas Keen-"

"Setelah itu akan langsung ke Vienna untuk garap project baru dan lanjut kuliah."

"Sendiri?"

"Ada beberapa orang dari tim saya yang ikut."

"Kapan balik?"

"Dua-tiga tahun lagi atau bisa jadi lebih lama."

"Gak apa-apa. Sya tunggu."

Keenan mengerti ke mana arah bicara Sya. Ini yang Ia takutkan dari awal. Keenan belum berani memulai lembaran baru. Kehadiran Syanum dalam hidunpnya membuat keenan takut. Takut dirinya yang pembawa sial itu kembali menyebabkan mala petaka bagi Syanum. Ia takut menyakiti Sya yang sudah punya banyak luka dan kekhawatiran sejak kecil. Selain itu, Keenan juga takut dirinya terlalu cepat berpaling dari Disa.

"Semangat dong! Nanti Sya bakalan datang diwisudaan Mas Keenan, kok."

"Jangan Sya."

"Aku gak dengar. Oh iya, Tangan aku udah baik. Sama sekali gak sakit kalau digerakin sekarang," ucap Syanum berusaha menukar topik pembicaraan mereka.

Keenan hanya mengangguk pelan. Ia ikut senang mendengar berita itu tapi juga ikut resah karena jawaban Sya sebelumnya. Hubungan mereka selama ini kian hari kian dekat. Sya selalu saja punya cara ajaib untuk meluluhkan Keenan. Dua bulan selalu melihat Syanum sudah membuatnya begitu nyaman. Tanpa dia sadari, hatinya sudah terbuka pada Sya.

"Saya pergi dulu. Jaga kesehatan, Sya. Harus selalu hati-hati kedepan-"

"Stop, Mas Keenan. Jangan bikin hari ini seolah-olah hari terakhir kita ketemu. Besok lusa masih ada. Besoknya lagi, besok satunya lagi. Pokoknya aku gak akan ke mana-mana, kamu juga gak ke mana-mana. Vienna dekat loh! Kalau Mas Keenan mau pulang, hati-hati. Aku masuk dulu."

Dengan langkah setengah berlari Syanum pergi menghindari ucapan selamat tinggal Keenan. Gadis itu kembali membaringkan badan di tempat tidurnya. Ia perlu menenangkan diri. Semua ini terlalu tiba-tiba hingga membuatnya tak siap. Sayangnya, Sya tidak tahu bahwa saat itu memang menjadi kesempatan terakhirnya berbincang dengan Keenan. Tidak pernah ada lagi percakapan diantara mereka. Tidak pada acara wisuda waktu itu dan tidak pula sekarang.

Apa kabar dia? Batinnya.

_____

Klik ikon bintang kalo kalian suka ya, thank you!

November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang