Chapter 5

27 2 1
                                    

Pagi ini Syanum sudah kembali baik. Penampilan gadis itu begitu memuaskan walau matanya sedikit bengkak. Namun hal tersebut tidak akan terlihat dari balik kacamata hitam yang ia kenakan. Musik yang mengalun dari radio mobil milik papanya juga menambah keceriaan Syanum. Hanya pemilik mobil itu yang sedari tadi terlihat lesu dibalik kemudi. Selalu demikian ketika Sya akan berangkat tugas ke daerah yang sulit akses dan komunikasi.

"Pa, gimana kalau kita beli kopi dulu? Sya teraktir deh" ucap Sya mencoba menghibur papanya yang memang pencinta kopi.

"Kamu pikir papa gak punya duit!"

Respon tersebut membuat Sya tertawa. Siapa juga yang bilang beliau tidak punya uang. Gajinya selama tiga bulan pun bukan apa-apa jika dibandingkan dengan milik papanya.

"Nanti balik dari tugas ini Sya nyusul ke rumah oma deh."

"Bener ya? Awas aja kalau kamu gak nepatin janji."

Jurus terkahir ini sukses membuat sang papa semangat. Beliau bahkan membeli kopi yang tadi disebutkan Sya lengkap dengan cemilannya.

Perjalanan ke bandara kali ini menjadi lebih menyenangkan dari pada yang lalu. Berita Sya yang akan ikut acara di rumah oma nampaknya akan menjadi topik utama di grup keluarga. Dia harus bersiap diri untuk menerima berbagai daftar lelaki rupawan kenalan para tantenya. Hanya ada dua cucu perempuan dikeluarga itu. Syanum dan kakak sepupunya yang sudah menikah dua tahun lalu. Setelah kakak sepepunya tersebut, tentu saja Syanum akan menjadi target selanjutnya. Tapi tak apa, yang penting saat ini ia bisa berangkat dengan tenang.

Beberapa jam setelah mengudara, Sya dan rekan-rekannya berhasil mendarat di kota kecil ini. Sepanjang jalan menuju penginapan mereka habiskan dengan berdecak kagum atas pemandangan di depannya sambil sesekali memotret rumah-rumah adat lewat lensa kamera. Penginapan mereka berada tepat di sebelah balai desa dengan kebun Stroberi didepannya. Udara dingin khas pegunungan langsung menerpa wajah Sya setelah turun dari bus yang mengantarkan mereka. Rekan-rekannya yang bertugas pada bagian akomodasi kemudian memberikan Sya kunci kamar. Gadis itu akan berbagi ruang dengan dua orang lainnya.

Setelah meletakkan barang dan mengenakan pakaian yang lebih hangat, Sya kembali keluar untuk melihat area sekitar penginapan. Hidup di desa ini tampaknya sangat tenang. Tanahnya subur, pemandangan indah, bahkan beberapa orang yang lewat juga tersenyum ramah kepada Sya. Pembangunan lima sekolah yang telah dilakukan perusahaannya semoga bisa menambah kenyamanan hidup masyarakat di desa ini.

Ting.

Sebuah pesan dari Rayhan menghiasi kolom notifikasi Syanum. Udah sampai sana Sya? Begitu kira-kira isinya.

Perempuan itu kemudian membalas pesan Rayhan dengan cepat karena takut jaringan internet yang tiba-tiba muncul ini akan hilang. Dia kemudian mengabari papanya lewat panggilan telepon. Setelah panggilan itu terputus, Sya memilih untuk beristirahat ke kamarnya karena beberapa jam lagi akan ada rapat acara.

Tepat ketika Sya akan memejamkan mata, sebuah pesan kembali masuk. Kali ini sms, tertulis nama Rayhan disana.

Aku rasa sinyal internet kamu hilang, jadi semoga sms ini bisa jadi solusi. Selamat bersenang-senang, Sya. Jangan lupa istirahat. See you soon.

Sya tersenyum simpul. Dia lupa bahwa fitur sms masih ada di dunia. Pesan dari Rayhan menjadi pengantar tidurnya siang ini. Nanti ketika sudah mengisi pulsa, Sya berjanji akan segera membalas sms itu.

______

______

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
November RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang