“Apa kabar Sya?”
Pertanyaan itu diucapkan oleh Keenan dengan nada yang tak bisa dijelaskan. Suaranya terdengar lembut bercampur takut. Tapi bagi Syanum, pertanyaan barusan hanyalah basa-basi belaka. Maka rencananya adalah membalas pertanyaan itu sekenanya.
“Baik, Pak” ucap Sya datar bahkan tanpa senyum simpul yang kerap kali ia berikan pada orang asing.
“Sekar bilang kamu kurang sehat saat berangkat ke sini."
Kalimat Keenan barusan sukses membuat Sya memutar pandangan. Gadis itu benar-benar terkejut.
“Kamu tahu saya tugas di sini?” Sya bertanya dengan serius.
“Tahu. Mas bahkan tahu kalau kamu yang bakalan jemput kami di bandara.”
“Maksud kamu apa nyelidikin hidup saya?” suara Sya mulai tinggi. Dia tidak suka dengan jawaban Keenan barusan.
“Jangan teriak Sya. Tapi kalau kamu mau mereka dengar kita, mas juga gak keberatan.”
Kalimat tersebut bahkan lebih membuat Sya geram. Ditariknya nafasnya dalam-dalam oleh gadis itu sebagai usaha mengontrol emosi.
Sya segera keluar dari mobil ketika sampai di penginapan. Untungnya gadis itu berhasil mengembalikan ketenangannya. Kemudian dengan ramah, perempuan itu memperkenalkan tim produksi kepada project leader dan beberapa rekan kerja yang lain. Seusai perkenalan tersebut, Sya juga membantu tim produksi untuk meminta kunci kamar yang akan mereka tempati. Ada dua kamar yang diberikan oleh perusahaan. Satu untuk tiga orang anggota tim produksi, satu lagi khusus untuk ketua tim mereka. Atasannya berpesan bahwa Keenan baru saja terbang dari Vienna dan transit berkali-kali untuk sampai disini. Jadi Pak Keenan yang mereka agung-agungkan itu butuh ruang khusus untuk beristirahat. Persetan dengan kondisi Keenan, dia hanya ingin cepat-cepat menghilang saat ini.
“Sya, mas boleh minta bantuan kamu?” ucap lelaki itu yang tiba-tiba muncul di belakang Syanum.
Syanum hanya diam. Tak berniat merespon pertanyaan keenan. Detik selanjutnya dia memutar badan dan mengambil langkah pergi. Sungguh, dia benar-benar akan menghindari Keenan. Gadis itu tak ingin bermain api. Lagi pula apa yang bisa kalian harapkan dari orang yang sebentar lagi akan melangsungkan resepsi? Orang yang tanpa pamit pergi sesuka hatinya. Bahkan yang lebih parah, dia pernah menyakiti Syanum bertahun-tahun yang lalu.
Masih ingat betul di kepala Sya kejadian hari itu. Hari kelima di bulan November empat tahun lalu. Hari wisuda Keenan. Sya memberanikan diri menemui lelaki itu untuk memberi bunga dan ucapan selamat. Klasik sekali, tradisi perayaan kelulusan. Tapi sebenarnya jauh di dasar hatinya, Sya datang karena ingin memperbaiki hubungan mereka. Gadis itu ingin meminta maaf karena beberapa hari lalu sempat mengusir Keenan. Tapi betapa mengejutkannya, tepat di ujung gedung auditorium kampus sebelah kanan, Sya melihat Keenan sedang bercumbu dengan seorang wanita. Tangannya gemetar. Berusaha menyembunyikan diri dan pergi membelah kerumunan di depan aula. Dia hanya menangis hingga Carin yang waktu itu menemaninya hilang akal sebab Sya tak mau bercerita. Bahkan sampai saat ini. Tak pernah ada yang tahu kejadian itu. Tidak Carin, tidak pula lelaki itu.
___
Pukul empat sore hari, rapat besar mulai digelar di balai desa. Sya dan seluruh tim perusahaannya akan mendapat arahan terakhir terkait acara besok pagi. Segala perintilan acara hingga ke bagian terkecil akan diselesaikan hari ini. Setiap orang melakukan tugasnya dengan tenang. Hanya Sya yang gelisah. Untuk pertama kalinya, gadis itu menyesali posisinya sebagai seorang corporate branding karena mengharuskannya berkoordinasi dengan tim produksi. Ya, tim Keenan dan tentu saja dia harus kembali berbicara dengan lelaki itu.
Lima belas menit sudah Sya berusaha mencari tim tersebut tapi tak satupun dari mereka tampak di penglihatan Sya. Dia bahkan juga meminta Dika untuk mencari tim itu. Sepuluh menit kemudian, barulah Sya menemukan Faried. Lelaki itu tengah menyetel Tripodnya pada lahan di seberang penginapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
November Rain
ChickLitSyanum kembali dipertemukan dengan seseorang yang telah disukainya sejak lama, lewat cara yang mengejutkan. Pada sebuah pulau kecil yang dibatasi lautan biru dari pusat kota, di tengah kesibukannya menjalankan program perusahaan, Keenan muncul di ha...