Jalanan kota begitu sesak. Beberapa kendaraan tak menghiraukan lampu lalu lintas. Khas orang-orang egois yang hanya peduli pada urusannya sendiri daripada keselamatan bersama. Tipe-tipe orang yang sangat dibenci Keenan. Sebab dirinya pernah kehilangan sosok yang sangat berharga karena kecelakaan yang disebabkan orang-orang demikian.
Setelah terjebak lampu merah, Keenan terus menyetir dengan tenang menuju rumahnya. Hanya itu tempat yang terlintas di pikiran Keenan karena Sya bersikeras tidak mau pulang. Mungkin Ibu di rumahnya juga bisa membantu mencari solusi pengobatan tangan Sya agar lebih cepat sembuh. Alhasil di sinilah Keenan sekarang. Membelah jalanan kota bersama Sya yang sedari tadi sibuk menekan-nekan nomor dilayar ponselnya.
“Halo, Pa. Ini Sya.”
...
“Iya, baterai Sya tadi habis, jadi pinjam punya teman. Papa jadi pulang besok?”
...
“Oh, malam ini.” Kepala gadis itu mengangguk pelan beberapa saat. “Pa, tadi Sya ditabrak motor. Tapi gak parah, Papa jangan khawatir.”
...
“Gak apa-apa Pa. Iya, ada teman Sya yang jagain.”
...
“Iya, Pa. Nanti kalau mbak Surti udah di rumah kabarin Sya aja ya, Pa.”
Lewat percakapan singkat itu Keenan jadi lebih mengerti alasan Sya tidak ingin pulang saat ini. Tipe-tipe anak yang berasal dari keluarga kaya nan super sibuk. Mungkin Sya tidak ingin sendiri dan lain sebagainya. Keenan tidak akan bertanya lebih banyak. Takut akan melukai perasaan Sya.
“Keen, Papa aku ternyata balik malam ini. Sekarang lagi di bandara buat nunggu flightnya. Kayaknya aku langsung ke rumah aja kali, ya.”
“Oke kalau gi-“
“Eh tapi enggak deh. Tetap aja nanti sendirian, kan. Papa pasti lama nyampe rumahnya.”
Hampir saja Keenan memutar stir tapi gadis labil ini justru dengan cepat mengganti rencananya. Keenan bahkan tak bisa membayangkan seberapa menyebalkan gadis yang ada disebelahnya itu.
Ponsel Keenan yang berada di dekat persneling mobil memberikan peluang pada mata Sya sehingga bisa membaca pesan yang baru saja masuk melalui pop up dilayar ponsel.
Lu masih di tempat Disa? Gila, kok gak muncul-muncul dari tadi!
Membaca pesan tersebut membuat Sya jadi berasumsi banyak hal. Salah satunya seperti, apakah Disa pacar lelaki itu?
“Jadi kita ke mana, ini?”
Pertanyaan barusan malah muncul dari gadis plinplan yang ada di sebelahnya. Keenan jadi menghela nafas panjang.
“Saya gak tahu, Sya. Kamu maunya ke mana. Ini sudah jam makan malam, loh.”
“Pokoknya jangan ke rumah aku. Aku gak berani sendirian.”
Keenan tak lagi menjawab. Pilihannya sudah bulat. Rumahnya tinggal beberapa meter lagi. Semoga hari ini Ibu tidak mengikuti pelatihan hingga malam seperti beberapa hari belakangan. Berprofesi sebagai pegawai pemerintah membuat sang ibu memang sering mengikuti pelatihan sepanjang tahun.
Halaman rumah Keenan diisi oleh beberapa sepeda motor. Sepertinya teman-teman adiknya, Sekar, sedang berkumpul di dalam. Setelah memarkir mobil, Keenan membantu Sya memasuki rumah.
“Wah rame, ya. Gak apa-apa ini? Siapa tahu lagi ada acara,” bisik Sya pada Keenan pelan.
“Teman-teman Sekar, adik saya.”
![](https://img.wattpad.com/cover/332463702-288-k708030.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
November Rain
Chick-LitSyanum kembali dipertemukan dengan seseorang yang telah disukainya sejak lama, lewat cara yang mengejutkan. Pada sebuah pulau kecil yang dibatasi lautan biru dari pusat kota, di tengah kesibukannya menjalankan program perusahaan, Keenan muncul di ha...