13. Dongeng

56 8 0
                                    

HAI HAI 💘

GIMANA MALMING NYA???

Seru? Harus dong, kan aku update wkwk

✨ HAPPY READING ALL ✨

.
.
.

"Jika Mencintaimu adalah seni melukai diri sendiri, tenang saja. Aku punya musik sebagai obatnya."

Setelah kegiatan makan malam terlaksana, mereka berdua merealisasikan ucapan Barra tadi.

Ucapan tentang Sandria yang harus menceritakan semuanya kepada Barra.

Dibawah lampu kamar yang memancarkan cahaya putih itu, ditambah gorden yang tak ditutup membuat sinar bulan diatas langit tanpa izin masuk kekamar gadis itu.

Angin malam yang masuk melewati ventilasi udara, membuat hawa dingin menerpa keduanya.

Hening. Tak ada yang memulai percakapan. Suasana saat ini sangat menegangkan dan begitu tenang.

Suara serangga kecil yang saling beradu serta beberapa kicauan burung yang berterbangan, menambah kesan malam yang mencekam.

Keduanya duduk bersila diatas kasur dengan tubuh yang saling berhadapan. Masing-masing dari mereka saling beradu pandangan, menatap lama yang akhirnya membuat eyes contact semakin mendalam.

Barra terus diam, padahal Sandria tengah gugup setengah mati. Ia menelan salivanya susah payah. Entah mengapa udara semakin menjadi dingin dan membuat bulu kuduk Sandria berdiri.

Masih menatap Barra tanpa mau menghentikan acara tatap-tatapan tersebut,akhirnya ia angkat bicara.

Menghembuskan nafas pasrah, memejamkan mata sejenak lalu membukanya kembali.

Jika terus berdiam, kapan dimulai dan akan selesai?

Tak mungkin juga waktunya terbuang sia-sia hanya untuk saling adu tatapan.

Kini ia sadar, Barra tengah menunggu jawaban langsung dari dirinya tanpa mau bertanya lagi.

Seperti, Barra tengah membaca situasi dan kondisi. Buktinya, tangan cowok itu kini bersedekap dada.

Sandria gelisah, bingung mau memulai dari mana. Terlalu banyak yang harus diceritakan, tapi tak mungkin juga untuk diberitahukan.

Menguatkan diri bahwa semua akan baik-baik saja, ia memulai semua dengan doa.

Setelah itu, tanpa berlama-lama ia bertanya. Gadis itu belum menceritakan, namun bertanya terlebih dahulu.

"Soal apa? Gue terlalu banyak masalah, bingung mana yang mau diceritain," ungkap Sandria lalu tersenyum getir.

Ia tidak boleh menangis, ia benci kenapa disaat-saat seperti ini dirinya menjadi mudah menangis bahkan terisak hebat. Tak boleh! Ia tak boleh menangis.

Tapi kenyataannya, pelupuk matanya tengah bersikeras menahan air mata yang hendak turun. Sebisa mungkin gadis itu tak berkedip saat ini juga.

Barra menaikan sudut bibirnya. Merasa kasihan kepada adiknya.

"Kenapa bisa banyak masalah?" tanya Barra.

ALEXSANDRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang